Sukses


    Mengenang Drama Sepak Bola Gajah yang Menodai Duel Timnas Indonesia Vs Thailand

    Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia bakal menjamu Thailand di lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Bentrok kelas Big Match Asia Tenggara ini selalu berbalut drama yang menguras emosi. 

    Sejarah mencatat, duel Timnas Indonesia kontra Thailand pernah memunculkan cerita kelam. Kedua negara pernah terlibat skandal sepak bola gajah di Piala Tiger 1998 (nama lama Piala AFF). Seperti apa ceritanya?

    Kasus sepak bola gajah benar-benar merusak reputasi Tim Merah-Putih saat itu.

    Mungkin masih banyak di antara pembaca Bola.com yang masih ingat kejadian pada Piala AFF 1998 ini. Ya, bila dibandingkan kiprah Timnas Indonesia pada ajang ini, insiden sepak bola gajah yang terjadi pada babak penyisihan, lebih menyita perhatian.

    Sikap tidak sportif yang diperlihatkan Tim Garuda tidak hanya menyentak publik dalam negeri karena kejadian ini juga jadi perhatian di pentas internasional.

    Kejadian bermula ketika Indonesia tergabung di Grup A bersama Thailand, Myanmar, dan Filipina. Ketika itu Thailand dan Indonesia mendominasi penyisihan grup.

    Indonesia mengawali pertandingan pertama Grup A dengan baik. Filipina ditundukkan 3-0. Di laga kedua, giliran Myanmar yang dihajar 6-2 oleh Bima Sakti dkk. Sementara Thailand, imbang 1-1 dengan Myanmar dan menang 3-1 atas Filipina.

    Alhasil, Timnas Indonesia yang kala itu dilatih Rusdy Bahalwan (almarhum) dan Thailand memastikan diri tampil di semifinal. Penentuan juara dan runner-up grup ditentukan pada duel terakhir (laga ketiga), yang mempertemukan keduanya.

    Mau tahu insiden gol bunuh diri Mursyid Effendi di Piala AFF? Tonton video ini:

    2 dari 3 halaman

    Mursyid Effendi Terpidana

    Tidak diduga, pertandingan yang diprediksi berjalan panas karena dua tim terbaik di Grup A berhadapan, justru memunculkan keanehan sejak awal pertandingan. Kedua tim bermain dalam tempo lambat dan tampak tidak bergairah untuk memenangi pertandingan.

    Situasi membaik kala Miro Baldo Bento menjebol gawang Thailand pada menit ke-53. Kemudian susul-menyusul skor terjadi. Thailand lantas menjebol gawang Indonesia yang dikawal Kurnia Sandy. Indonesia balas memimpin 2-1 lewat gol Aji Santoso menit ke-84 dan segera disamakan Thailand dua menit kemudian.

    Di pengujung waktu normal, kejadian menyesakkan ini terjadi. Adalah Mursyid Effendi yang jadi pelaku gol bunuh diri pada menit ke-90 yang membuat Indonesia kalah 2-3.

    Gol bunuh diri itu tidak hanya mengagetkan penonton di Stadion Thong Nat, Ho Chi Minh, Vietnam, namun juga suporter setia Indonesia yang berada di Tanah Air menyaksikan siaran langsung lewat layar kaca. Nyaris tidak ada yang percaya gol bunuh diri itu terjadi, membuat Indonesia kalah dan jadi runner-up. 

    Mursyid Effendi, sudah melupakan insiden gol bunuh diri di Piala Tiger 1998. (Bola.com/Fahrizal Arnas)Unsur kesengajaan dalam proses gol bunuh diri itu sangat jelas terlihat. Melalui layar kaca, penggemar sepak bola di Tanah Air tersentak karena seusai membobol gawang sendiri, Mursyid disambut beberapa rekan setim justru melakukan selebrasi.

    Motif menghindari Vietnam di semifinal diduga kuat sebagai alasan Timnas Indonesia dan Thailand enggan menang di partai terakhir penyisihan Grup A hingga akhirnya memilih memainkan sepak bola gajah. 

    Saat itu Vietnam dianggap menakutkan untuk dihadapi karena permainan yang diperlihatkan selama penyisihan grup. Padahal, justru Singapura yang keluar sebagai juara Grup B.

    Apesnya, rencana menghindari Vietnam di semifinal tetap tidak mampu membawa Indonesia ke final karena di semifinal, Yusuf Ekodono cs. dikalahkan Singapura 1-2 pada 3 September 1998. Sama seperti Indonesia, Thailand juga menyerah dengan skor 0-3 dari Vietnam.

    Singapura akhirnya memenangi gelar juara Piala AFF 1998, gelar pertama mereka, setelah menundukkan tuan rumah Vietnam 1-0. Sedangkan Indonesia, mengakhiri Piala AFF 1998 dengan berada di peringkat ketiga setelah mengalahkan Thailand lewat adu penalti (5-4) setelah di waktu normal bermain sama kuat, 3-3.

    3 dari 3 halaman

    Timnas Citra Rasa Persebaya

    Persoalan tidak berhenti di situ. Publik di Tanah Air sangat geram dengan aksi tidak sportif yang diperlihatkan tim kesayangan. Ketidakpuasan, sindiran, hingga caci-maki tidak hanya dilayangkan pada para pemain tetap juga ditujukan ke PSSI, yang dinilai ikut bertanggung jawab atas kejadian memalukan itu.

    Apalagi, tidak lama setelah insiden gol bunuh diri itu, Ketua Umum PSSI saat itu, Azwar Anas, sempat berujar bila aksi Timnas Indonesia itu tidak akan berbuah sanksi. Tetapi, tentu saja penilaian itu keliru karena PSSI akhirnya dikenai sanksi denda 40 ribu dolar AS oleh FIFA serta Mursyid Effendi dikenai sanksi larangan beraktivitas di sepak bola internasional seumur hidup.

    Media massa di dalam dan luar negeri juga riuh memberitakan sepak bola gajah ini. Azwar lantas mengundurkan diri dari jabatannya.

    Di luar aksi aib bagi sepak bola Indonesia itu, permainan Bima Sakti dkk. sebenarnya cukup menjanjikan. Itulah mengapa hingga kini banyak yang menyayangkan ketidakpercayaan diri Timnas Indonesia hingga terpaksa menempuh jalan pintas demi menghindari Vietnam.

    Dari 20 pemain yang dibawa Rusdy Bahalwan, didominasi pemain Persebaya sehingga kala itu sempat ada ungkapan "timnas rasa Persebaya". Pemilihan pemain yang dibawa ke Vietnam itu juga memunculkan kontroversi tersendiri karena almarhum Rusdy dinilai tidak objektif.

     Aji Santoso, satu dari sembilan pemain Persebaya di skuat Piala Tiger 1998. (Bola.com/Fahrizal Arnas)Selain sang pelatih, Rusdy Bahalwan, ada sembilan pemain tim Bajul Ijo di Skuat Garuda.  Mereka adalah Hendro Kartiko, Bejo Sugiantoro, Yusuf Ekodono, Khairil Anwar, Uston Nawawi, Anang Ma’ruf, Hartono, Aji Santoso, dan Mursyid Effendi.

    Dari catatan yang ada, status pemain tertua di Timnas Indonesia pada Piala AFFF 1998 dipegang Yusuf Ekodono dengan usia 31 tahun sedangkan pemain termuda dipegang Uston Nawawi (20 tahun).

    Dari empat pertandingan yang dijalani Timnas Indonesia, dua pemain, yakni Miro Baldo Bento dan Aji Santoso, menyumbang masing-masing tiga gol. Hanya berselisih satu gol dari top scorer turnamen asal Myanmar, Myo Hlaing Win.

    Di sisi lain, pada penyelenggaraan Piala AFF 1998 ini sebenarnya Indonesia (Jakarta) didapuk sebagai tuan rumah. Namun, karena situasi yang belum kondusif pasca lengsernya Presiden Soeharto, AFF memindahkan lokasi turnamen ke Ho Chi Minh (Grup A) dan Hanoi (Grup B), Vietnam.

    Video Populer

    Foto Populer