Sukses


Nostalgia Jacksen Tiago dan Luciano Leandro di PSM Makassar

Bola.com, Makassar - PSM Makassar mulai mendatangkan pemain asing pada Liga Indonesia 1995-1996. Pada musim kedua kompetisi kasta tertinggi sepak bola Tanah Air ini, manajemen PSM yang dikendalikan Nurdin Halid memakai jasa trio Brasil, Jacksen Tiago, Marcio Novo, dan Luciano Leandro.

Dua nama terakhir baru pertama kali datang ke Indonesia. Sedangkan Jacksen Tiago lebih dulu merasakan atmosfer Liga Indonesia dengan membawa Petrokimia Putra menembus final sebelum takluk 0-1 ditangan Persib Bandung pada musim 1994-1995.

Pada masa persiapan jelang kompetisi, Marcio dan Luciano lebih dulu bergabung dengan tim di Makassar. Sementara, Jacksen malah berlatih bersama Persebaya di Surabaya. 

"Persebaya yang mengirim tiket pesawat buat saya untuk datang ke Surabaya. Namun, pada akhirnya saya lebih berjodoh dengan PSM musim itu," ujar Jacksen kepada Bola.com, Rabu (8/4/2020).

Menurut Jacksen, Luciano menelpon dan memintanya segera ke Makassar untuk bergabung di PSM Makassar. Alasannya, Nurdin Halid dan Angel Ionita, agen Jacksen, sudah menjalin kesepakatan.

"Untung manajemen Persebaya bisa memahami situasi yang saya hadapi. Saya pun berinsiatif mengganti uang tiket pesawat yang sudah dikeluarkan Persebaya," terang Jacksen.

2 dari 5 halaman

Sukses di Persebaya

Langkah Jacksen menggganti uang tiket mendapat respons positif dari Persebaya. Buktinya, musim berikutnya, Jacksen diterima dengan tangan terbuka di Surabaya.

Bersama Persebaya, Jacksen meraih gelar pertamanya di Liga Indonesia serta secara personal meraih penghargaan sebagai top scorer dengan 26 gol.

Bagi Jacksen dan Luciano, PSM Makassar adalah klub kedua mereka tampil bersama. Sebelumnya, pada 1993, keduanya bermain untuk klub Divisi 1 Brasil, Valerio Esporte Clube. 

"Saya dengan Luciano sudah saling mengenal karakter masing-masing. Jadi kami langsung klop di PSM. Dengan Marcio juga tak masalah meski saya tidak mengenal dia sebelumnya. Kesamaan budaya dan bahasa membuat kami bisa saling mendukung untuk membawa PSM berprestasi," papar Jacksen.

Hal senada dikatakan Luciano. Meski baru pertama kali datang ke Indonesia, ia tak sulit beradaptasi. "Jacksen banyak membantu saya dan Marcio untuk lebih tahu budaya sepak bola Indonesia," ujar Luciano.

Kiprah trio ini di PSM terbilang lumayan. Mereka mampu mengembalikan pamor PSM setelah terpuruk pada musim perdana. Juku Eja kembali ke habitatnya sebagai klub papan atas Indonesia dengan menembus final Liga Indonesia 1995-1996. Sayang di partai puncak, Juku Eja kalah dari Mastrans Bandung Raya 0-2.

"Penampilan Bandung Raya memang lebih baik dari PSM di partai final," ungkap Jacksen.

3 dari 5 halaman

Kenangan Berkesan di Makassar

Meski hanya semusim membela PSM Makassar, Jacksen mengaku menyimpan kenangan berkesan di Makassar. Aksi ciamiknya bersama Luciano dan Marcio di lapangan hijau membuat ketiganya menjadi idola baru suporter PSM. Belum lagi suasana dan kebersamaan tim di PSM sangat baik ketika itu.

"Manajemen memperlakukan kami dengan baik. Waktu itu kami tinggal satu rumah dengan pelatih dan pemain dari luar Makassar. Kami merasa seperti satu keluarga besar." kata Jacksen.

Bersama PSM, Jacksen tampil pada puluhan laga. Tapi, ada satu partai yang paling berkesan dan membuatnya bangga. Pada Piala Champions Asia 1996-1997, PSM berhasil mengalahkan Pohan Steelers (Korea Selatan) dengan skor 1-0 pada leg 1 babak pertama di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin.

Jacksen jadi pencetak gol tunggal kemenangan Juku Eja. PSM memang akhirnya gagal melangkah ke babak selanjutnya karena kalah 0-4 di kandang lawan pada pertemuan kedua.

"Berhasil mencetak gol ke gawang Pohang Steelers jadi kenangan terindah karier saya sebagai pemain. Karena saya melakukannya ke gawang Pohang yang merupakan juara bertahan di kompetisi kasta tertinggi Asia," kata Jacksen.

4 dari 5 halaman

Abadikan Nama Ayyub Khan

Itulah mengapa Jacksen dan Luciano merasa seperti berada di rumah sendiri. Khusus buat Jacksen, Makassar jadi tempat kelahiran putranya, Ayyub Tiago. Nama depan anaknya itu terinspirasi dari gelandang PSM saat itu, Ayyub Khan.

"Banyak sekali kenangan di sana (Makassar). Paling berkesan adalah persahabatan saya dengan Ayyub Khan (almarhum)," kenang Jacksen.

Jacksen yang juga menjadi legenda Persebaya, paling sukses ketika membesut Persipura Jayapura. Jacksen mengantar tim Mutiara Hitam meraih gelar ISL pada musim 2008-2009, 2010-2011, dan 2012-2013.

5 dari 5 halaman

Saksikan Video Berikut Ini

Video Populer

Foto Populer