Sukses


Semua Tentang RedBull Depok: Proyek Ambisius atau Halusinasi Belaka?

Bola.com, Jakarta - Tiga hari belakangan, media sosial dikagetkan dengan kemunculan RedBull Depok dengan akun @redbulldepokfc di Instagram. Klub tersebut baru terbentuk dan direncanakan mengikuti Liga 3 Zona Jawa Barat (Jabar).

Yang bikin menarik, tim bau kencur ini terus dikaitkan dengan raksasa perusahaan minuman berenergi, RedBull. Kebetulan, RedBull juga mengelola sejumlah klub di Eropa semodel RedBull Leipzig dari Jerman dan RedBull Salzburg di Austria.

Lantas, dengan berdirinya RedBull Depok, apakah RedBull mulai tertarik menginvasi Indonesia? Jawabannya belum.

Penggunaan nama RedBull Depok baru sekadar terinspirasi dengan kesuksesan RedBull meyulap Leipzig dan Salzburg. Belum ada kerja sama resmi antara RedBull Depok dengan perusahan asal Austria itu.

Namun, tim asal Kota Belimbing ini mengklaim telah mengirimkan proporsal kepada RedBull untuk mendapatkan dukungan secara manajerial dan sponsor.

"Terkait dengan nama RedBull ini, kami mengirimkan tim ke Eropa yang sedang menjajaki ke arah sana. RedBull di Indonesia ini hanya distributor produk. Kalau urusan sepak bola itu ke Eropa. Ada tim kami di sana lagi komunikasi. Belum clear, jelas Humas RedBull Depok, Diddy Kurniawan, ketika dihubungi Bola.com, Rabu (15/4/2020).

"Kami berikan gambaran RedBull membangun tim dari kasta bawah. Kami melihat potensi bibit pemain melimpah. Atmosfer penonton di Indonesia itu satu di antara beberapa yang paling meriah di Asia. Kami mencoba menarik RedBull supaya mau mendukung kami. Kami persiapkan dengan nama RedBull. Walaupun nanti prosesnya akan berjalan," lanjutnya.

Kelahiran RedBull Depok menuai pro dan kontra. Warganet di media sosial ramai-ramai mempertanyakan kelegalan RedBull Depok memakai nama RedBull. Polemik ini justru ditanggapi santai oleh Diddy. Dia menyebutnya sebagai test case alias skenario memperkenalkan RedBull Depok secara luas.

"Mereka masih mempertimbangkan. Untuk meyakinkan sebuah perusahaan besar ini butuh perjuangan. Tim sepak bola dilihat dua hal, prestasi dan suporter. Mereka mau melihat bagaimana test case lapangan di Indonesia begitu nama RedBull muncul. Ternyata gegap gempita. Polemik itu bagian dari test case pasar juga. Dan respons suporter seperti apa? Kalau kemudian adem-adem saja untuk apa mereka ke Indonesia," tutur Diddy.

Lalu, jika proposal RedBull Depok ditolak oleh RedBull, apakah Diddy tetap bersikeras mempertahankan nama RedBull? Disomasi pun tak masalah. Yang penting, klub ini harus jalan dulu.

"Sebenarnya kami terinspirasi dari mereka. Sistem manajemen klub RedBull. Tentunya mereka akan melihat animo dan pemberitaan segala macam, ternyata besar. Pasti akan ada pertimbangan. Polemik segala macam biasa. Niat kami bagaimana membangun sepak bola Indonesia kami terinspirasi pembangunan klub RedBull di beberapa negara," ujar Diddy.

"Selama belum disetujui RedBull, pasti mereka akan somasi atau sebagainya, itu persoalan lanjutnya. Nanti itu pasti ada titik temu. Yang jelas kami ingin biarkan ini mengalir dulu. Kami lagi persiapan legalitas dan launching pada 27 April 2020," imbuhnya.

Video

2 dari 3 halaman

Visi 2024, Bermarkas di Stadion Baru

Untuk berlaga di Liga 3 Zona Jawa Barat, RedBull Depok akan mengakuisisi klub di Jawa Barat. Namun, Diddy masih merahasiakan identitasnya. Katanya, proses pembelian tinggal difinalisasi.

Sementara waktu, Stadion Mahakam disiapkan sebagai markas RedBull Depok. Namun, Diddy ingin tim ini berkandang di stadion yang lebih besar jika visi empat tahun lagi terwujud; berkancah di kompetisi paling elite di Indonesia.

Diddy mengklaim, pihaknya telah membuka komunikasi dengan Pemerintah Kota Depok. Ia menyarankan pemerintah untuk membangun stadion baru di wilayah Depok Timur.

"Satu hal lagi kami sudah komunikasi dengan Pemerintah Kota Depok terkait bagaimana membangun stadion baru di kawasan Timur Depok. Dekat pintu tol, ada pengamanan brimob di Cikeas, ada rumah sakit. Itu syarat stadion internasional. Jangkauan kami sudah sampai ke soal bagaimana visi kami pada 2024, kalau sampai memakai nama RedBull Depok dan bisa disokong oleh RedBull, itu akan di Depok," ujar Diddy.

"Kota Depok belum memiliki tim dapat roh di sini setelah Persikad Depok dibeli Sinar Mas kemudian menjadi Bogor FC dan menjadi Sulut United. Kami berharap sekarang ini, di Depok, kota dengan penduduk hampir 2 juta jiwa, yang penontonnya menjadi pencinta tim ibu kota, bukan klub Depok, itu yang ingin kami ubah. Biar Depok punya tim sendiri yang menjual dan punya daya saing."

"Responsnya, untuk di sini kami tes pre order jersey. Sampai hari kedua sudah ratusan yang berminat. Kami belum produksi dan menjual. Itu satu di antara beberapa test case kami. Sebenarnya respons pasar terhadap brand RedBull seperti apa? Ini bagian rencana kami," kata Diddy.

Diddy menanggapi ulah iseng warganet di media sosial yang menanyakan langsung ke pihak RedBull Indonesia melalui media sosial apakah RedBull berafiliasi dengan RedBull Depok. Jawabannya ternyata tidak. Namun, Diddy tak ambil pusing. "Itu kan RedBull Indonesia. Kami berkomunikasi dengan perusahaan RedBull di Eropa," terangnya.

3 dari 3 halaman

Bayangan Skuat dan Pelatih

Meski berdiri di Depok, skuat RedBull Depok tidak akan didominasi oleh putra daerah. Diddy ingin mengumpulkan para pemain muda berkualitas seantero Tanah Air ke Kota Belimbing.

Diddy masih belum bisa membuka identitas pelatih RedBull Depok. Yang pasti, sang nakhoda berasal dari Afrika dan membantu pihaknya menjajaki kerja sama dengan RedBull.

"RedBull ini perusahaan internasional. Dari segi materi pemain, tidak mungkin mengandalkan pemain lokal Depok. Kami ingin punya jaringan pencari bakat yang bisa membawa pemain-pemain terbaik ke RedBull Depok," tutur Diddy.

"Pelatih kami berasal dari Afrika. Kami masih belum bisa umumkan. Yang jelas masa mudanya melanglang buana di Eropa dan punya ikatan emosional dengan kami. Tak pernah bermain di Indonesia. Pernah menggawangi tim Eropa, tapi bukan kasta utama. Tapi, dari beliau semua inspirasi muncul," ucapnya mengakhiri.

Video Populer

Foto Populer