Sukses


Kombinasi Formasi XI Juara Persija dan Bali United: Racikan Magis Stefano Cugurra Teco

Bola.com, Jakarta - Prestasi Stefano Teco sebagai pelatih di sepak bola Indonesia cukup mengekutkan. Pelatih asal Brasil ini datang ke Indonesia pada 2017 untuk menukangi Persija Jakarta. Targetnya saat itu tidak muluk-muluk, yakni membawa tim ibu kota kembali disegani.

Persija Jakarta hancur lebur sebelum dipegang Teco. Tim berjulukan Macan Kemayoran ini terseok-seok di Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016. Lalu, Teco hadir dan mengubah segalanya.

Tanpa dibebani target tinggi, Teco mampu mengantar Macan Kemayoran finis di peringkat keempat Liga 1 2017. Persija pun menggenggam tiket Piala AFC 2018 karena dua tim di atasnya, Bhayangkara FC dan PSM Makassar, tak mengantongi lisensi AFC.

Teco saat itu bermodalkan skuat pas-pasan. Tak ada nama bintang kecuali deretan pemain lokal yang setia, yakni Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, Andritany Ardhiyasa, dan Ramdani Lestaluhu. Pemain dengan pamor mentereng hanya Bruno Lopes, penyerang asal Brasil dengan label marquee player saat itu.

"Teco juga sukses mengangkat performa tim-tim menengah jadi cukup berprestasi di Thailand. Jadi memang reputasi yang dimilikinya bagus," kata Ferry Paulus, Presiden Persija kala itu, mengenai alasan pihaknya merekrut Teco.

Modal Teco dalam bermain adalah mengusung formasi 4-3-3. Ia mematenkan pakem ini pada musim berikutnya. Hasilnya, Persija keluar menjadi juara.

Selain itu, Teco juga menyulap Persija sebagaim tim paling minim kebobolan pada 2017 dan 2018. Pada kurun waktu tersebut, Macan Kemayoran hanya kemasukkan 24 dan 36 kali.

"Teco lebih mengutamakan soal pertahanan. Dia detail dengan pertahanan. Karena anggapannya, kalau kami tidak kebobolan, kami tidak akan kalah. Itu prinsip dia. Syukur-syukur kami bisa counter attack, ada bola mati dan tendangan penjuru kami dapat satu gol, kita bisa menang. Jadi selama dia menangani Persija, dia detail sekali soal pertahanan," kata Ismed Sofyan.

Kembali ke pakem 4-3-3 ala Teco. Pelatih berusia 45 tahun tersebut jarang sekali mengubah komposisi pemain pada formasinya tersebut. Terlebih saat mengantar Persija Jakarta juara.

Kurang lebih, susunannya seperti ini. Andritany Ardhiyasa; Ismed Sofyan, Jaimerson Xavier, Maman Abdurrahman, Rezaldi Hehanussa; Sandi Sute, Rohit Chand, Renan Silva; Riko Simanjuntak, Novri Setiawan, Marko Simic.

Kesebelas serdadu itulah yang membantu Teco meraih gelar bergengsi pertamanya di Indonesia.

Video

2 dari 4 halaman

Makin Paten di Bali United

Ada dua ciri khas Teco yang dipertahankannya sewaktu hijrah ke Bali United pada musim lalu. Pria asal Brasil ini makin mematenkan pakem 4-3-3 dan pertahanan kuat. Namun, dia mulai meninggalkan permainan bertahan lantaran skuat Bali United dibentuk untuk bermain menyerang.

Saat kompetisi masih menyisakan empat pekan lagi, Bali United bahkan telah mengunci titel juara. Bukti kepiawaian Teco yang lainnya ialah membuat tim berjulukan Serdadu Tridatu ini menjadi tim dengan lini pertahanan tertangguh setelah hanya kebobolan 35 gol.

Masih memakai kebiasaan lamanya, Teco jarang merotasi skuat terbaiknya. Susunan pemain Serdadu Tridatu konsisten sepanjang musim; Wawan Hendrawan; I Made Andhika Wijaya, Willian Pacheco, Leonard Tupamahu, Ricky Fajrin; Brwa Nouri, Fadil Sausu, Paulo Sergio; Stefano Lilipaly, Melvin Platje, Ilija Spasojevic.

Bagaimana jika dua formasi juara Persija Jakarta dan Bali United di atas dikombinasikan? Siapa tim dengan penyumbang pemain terbanyak?

3 dari 4 halaman

Kombinasi Skuat Juara Persija dan Bali United: Kiper dan Bek

  • Kiper: Andritany Ardhiyasa

Paling berat adalah menentukan penjaga gawang. Andritany hanya bermain 19 kali pada 2018 karena berkutat dengan cedera, sementara Wawan tampil dalam 31 pertandingan pada musim lalu. Namun, ada peran yang lebih penting dari sekadar performa, yakni menjadi kapten tim. Ya, untuk pertama kalinya, Andritany didapuk sebagai pemimpin rekan-rekannya setelah diserahkan ban kapten oleh Ismed Sofyan.

Memilh Andritany sebagai kiper dalam kombinasi skuat juara Persija dan Bali United dirasa cukup rasional.

  • Bek Sayap Kanan: Ismed Sofyan

Saat Persija menjadi juara musim 2018, Ismed Sofyan telah berusia 38 tahun dan masih mampu mencatatkan 25 penampilan. Ketika Bali United merengkuh gelar Liga 1 2019, pos bek sayap kanan masih jadi rebutan antara Dias Angga dan I Made Andhika Wijaya.

Ismed tentu menjadi sosok yang paling pas menggawangi pos bek sayap kanan dalam kombinasi skuat juara Persija dan Bali United.

  • Bek Sayap Kiri: Ricky Fajrin

Posisi bek sayap kiri jadi jatah Ricky Fajrin. Pasalnya, Rezaldi Hehanussa tidak punya alasan kuat untuk menandinginya. Keduanya memang tidak membukukan penampilan cukup banyak. Fajrin tampil pada 21 laga, sedangkan Rezaldi dua pertandingan lebih sedikit. Dua musim lalu, Rezaldi sempat berkutat lama dengan cedera. Itu yang membuat permainannya menurun.

Fajrin juga serupa dengan Rezaldi. Sempat dihajar cedera pada musim lalu. Akan tetapi, performanya tetap stabil.

  • Bek Tengah: Jaimerson Xavier dan Willian Pacheco

Persija dan Bali United berbagi dua pemain untuk slot bek tengah. Jaimerson Xavier dan Willian Pacheco adalah bek terbaik di musim saat timnya juara.

Mustahil menyempilkan Maman Abdurrahman, rekan Jaime di jantung pertahanan Persija Jakarta dan Leonard Tupamahu, duet Pacheco di lini belakang Bali United, dalam kombinasi skuat dua tim juara.

 

4 dari 4 halaman

Kombinasi Skuat Juara Persija dan Bali United: Gelandang dan Penyerang

  • Gelandang Bertahan: Brwa Nouri

Selain kiper, menentukan posisi ini juga rumit. Sandi Sute menjelma sebagai Gennaro Gattuso-nya Persija pada 2018. Sedangkan Brwa Nouri, melejit menjadi bak Misugi Jun bagi Bali United.

Keduanya juga dikenal gemar memancing kartu kuning; Sandi Sute dengan koleksi delapan kartu kuning pada 2018 dan Nouri mencatatkan sembilan kartu kuning pada 2019. Namun, Nouri punya keunggulan dibanding Sandi Sute. Selain bertugas sebagai pemotong bola, gelandang asal Irak itu juga lihai mengalirkan bola ke lini depan.

  • Gelandang Box to Box: Rohit Chand

Rohit Chand unggul segalanya dari Fadil Sausu. Maklum, dia berstatus pemain asing. Saat Persija menjadi juara, gelandang asal Nepal itu merebut titel pemain terbaik.

  • Gelandang Serang: Paulo Sergio

Torehan dua gol dan sepuluh assists Paulo Sergio tidak bisa dibandingkan dengan kontribusi Renan Silva di Persija. Untuk membandingkan keduanya pun tidak seimbang lantaran Renan baru berkostum Macan Kemayoran pada pertengahan musim.

  • Penyerang Sayap Kanan: Riko Simanjuntak

Riko Simanjuntak adalah segalanya bagi Persija ketika juara. Dia yang menggerakan serangan. Dia yang memberikan umpan kepada penyerang tengah. Dia juga yang mengacak-acak lini pertahanan lawan. Melvin Platje bukan lawannya untuk mengisi komposisi utama kombinasi juara.

  • Penyerang Sayap Kiri: Stefano Lilipaly

Peran Stefano Lilipaly terpaksa berubah seiring kedatangan Paulo Sergio. Dia diplot sebagai penyerang sayap kiri. Namun, dasar Lilipaly yang terkenal pemain serbabisa, gelandang kelahiran Belanda itu membayar kepercayaan Teco dengan performa stabil.

Lilipaly mengungguli Novri Setiawan untuk menghuni posisi penyerang sayap kiri starting eleven kombinasi juara.

  • Penyerang Tengah: Marko Simic

Marko Simic mencetak 18 gol ketika Persija menjadi juara. Ilija Spasojevic menorehkan 16 gol saat mengantar Bali United merengkuh trofi. Kontribusi keduanya tidak jauh berbeda ketika kedua tim berjaya.

Namun, Simic adalah monster. Dia adalah rookie saat Persija meraih gelar Liga 1. Sedangkan Spaso, penyerang berpengalaman yang telah berkarier di Indonesia sejak 2011. Total, Simic menorehkan 42 gol pada musim pertamanya bersama Macan Kemayoran di berbagai kompetisi dan turnamen.

 

Video Populer

Foto Populer