Sukses


Kisah Kepindahan Kontroversial Aji Santoso dari Arema ke Persebaya seharga Rp50 Juta

Bola.com, Jakarta - Aji Santoso sudah malang melintang di rumput hijau Tanah Air. Ia merupakan satu di antara pemain sekaligus pelatih terbaik di Indonesia. Namun, ada sekelumit cerita kontroversial saat dirinya hijrah dari Arema menuju Persebaya Surabaya.

Sosok Aji Santoso adalah pelatih kelahiran Kepanjen, Malang, dan memulai karier sepak bolanya bersama Arema pada 1987. Tetapi, masa remajanya dihabiskan di klub Argo Manunggal Sawunggaling (AMS) di daerah asalnya, serta Persema junior.

Pada 1987-1988, bakat Aji tercium oleh dua pendiri Arema, Ovan Tobing dan Lucky Acup Zainal. Saat itu usianya masih 18 tahun namun hebatnya mampu bersaing dengan pemain senior Arema yang berkompetisi di Galatama.

Lima tahun berselang, tepatnya 1992, Aji berperan penting menjadi sosok fundamental di balik gelar Galatama yang diraih Arema. Sebelumnya, kecemerlangan sang bek sayap kiri mengantarkan mantan pelatih Persela Lamongan itu masuk skuat Timnas Indonesia pada SEA Games 1991.

Periode awal 1990-an menjadi momen keemasan buat sosok Aji. Arek-arek Malang menganggapnya sebagai pahlawan karena sukses bersama Arema dan Indonesia.

Akan tetapi, pada 1995, ia pindah ke Persebaya Surabaya, klub rival Arema. Transfer itu menyisakan kontroversi karena rivalitas kedua klub tersebut. Selain itu, Aji Santoso diboyong dengan nilai fantastis, yakni Rp50 juta, yang menjadikannya pemain termahal saat itu. Bagaimana kelanjutannya?

 

Video

2 dari 3 halaman

Pemain Lokal Termahal dan Protes Aremania

Berdasarkan keterangan Jawa Pos, Aji dikenal sebagai pribadi yang ulet sedari kecil. Ia diketahui pernah bekerja sebagai kuli di Pasar Kepanjen. Lewat sepak bola, hidupnya berubah. Mantan kuli itu menjadi menciptakan rekor termahal untuk pemain domestik.

Dari pemain yang pernah ditukar dengan bola sejumlah 50 buah, transfer Aji dari Arema ke Persebaya bernilai Rp50 juta (beberapa media menyebut Rp45 juta).

Aji Santoso menuai sukses bersama Arema. Namanya lantas dilirik klub kaya di Indonesia kala itu. Sempat tersiar kabar bahwa Aji diincar oleh Mitra Surabaya dan Pupuk Kaltim Bontang (PKT Bontang). Namun, ia memilih Kedawung Sakti Indonesia (KSI) Surabaya, dan tepat pada Liga Indonesia edisi II, ia berseragam Persebaya Surabaya.

"Jumat (18/8/1995), saya sudah menandatangani kontrak dengan KSI," ujar Aji singkat dilansir dari koran Jawa Pos.

Meski nilai transfernya Rp50 juta, Aji hanya mengantungi 10 persen saja, atau Rp5 juta, angka yang sudah besar juga saat itu. Sebanyak Rp42,5 juta masuk rekening Arema, sedangkan sisanya menjadi milik operator Liga Indonesia. Mungkin, karena itulah ada media yang dengan tegas mengklaim transfer Aji ke Persebaya tak lebih dari Rp45 juta.

Mengenai gaji, Aji Santoso disebut menerima gaji lima kali lebih besar ketimbang apa yang ia dapat bersama Arema. Persebaya berani menggajinya Rp12,5 juta per tahun, dibayar kontan sebanyak dua kali gaji.

"Aji minta dibayar kontan dua tahun. Gajinya saya bayar Rp1,5 juta per bulan," kata Didik, petinggi Surabaya kala itu di tengah kabar bahwa Aji melipir ke Persebaya karena Arema tak sanggup memenuhi permintaan gaji Rp20 juta per tahun.

Apa pun itu, pria kelahiran 6 April 1970 itu menilai ini bukan tentang materi semata. Baginya, sebagai pesepak bola profesional, apalagi telah memberikan yang terbaik buat klub sebelumnya, adalah hal yang wajar ketika ia tergiur dengan bayaran tinggi. Buat dia, itu adalah sikap profesional.

"Justru kepindahan saya menguntungkan buat Arema. Dengan nilai transfer sebesar itu, mereka bisa menggaji pemain selama beberapa bulan," ujar Aji dunukil dari JPNN.

Drama pun terjadi di Malang. Aremania melakukan protes besar-besaran meminta sang kapten untuk mengurungkan niatnya pindah ke Persebaya. Apalagi posisinya saat itu, Aji tengah menyiapkan resepsi di sebuah hotel di Malang. Tentunya banyak Aremania yang mengira kalau Aji sudah menetapkan hatinya di Malang.

 

3 dari 3 halaman

Legenda Dua Klub Sarat Rivalitas

Dengan segala kontroversinya, coach Aji tetaplah pribadi yang total di bidang yang ia tekuni. Aji merupakan sosok yang pantas dihormati dan disegani karena selalu bersikap profesional di mana pun dan kapan pun ia berada.

Dalam sebuah kesempatan, Aji Santoso bercerita pengalaman uniknya saat masih muda dulu, sebuah kisah yang patut menjadi teladan buat semua orang.

Disebutkan, Aji hendak menuju Gajayana menggunakan kereta api. Meski tak punya uang, ia nekat masuk gerbong barang. Pikirnya saat itu, petugas tiket tak akan menarik uang karena naik di gerbong barang.

Ternyata salah besar, ia tetap dikenai biaya dan mau tak mau memberikan sepatu bolanya sebagai jaminan atau barang sitaan. Padahal, biaya naik kereta saat itu hanya Rp100 saja.

Tanpa mengurangi semangatnya, Aji melanjutkan perjalanannya hingga Gajayana. Ia sampai tanpa menggunakan sepatu sepak bola. Rohanda, pelatihnya kala itu, bukannya marah. Ia dan Aji kembali ke stasiun dan memarahi petugas kereta api tersebut.

Sikap nekat dan penuh kepercayaan diri itulah yang membawanya 'menembus batas'. Cap legenda sepak bola Indonesia, Arema, dan Persebaya tentunya bukan tanpa alasan.

Selain meraih juara bersama Arema, Aji juga sukses memberikan trofi Liga Indonesia saat membela Persebaya. Bahkan, pada musim perdananya bersama Persebaya, Aji ditunjuk sebagai kapten saat tim ditangani pelatih Sasho Kostov asal Bulgaria di Liga Indonesia 1995-1996.

Musim berikutnya di Liga Indonesia 1996-1997, Aji masih menjadi kapten tim di bawah arahan pelatih Rusdy Bahalwan. Bajul Ijo sukses menjuarai kompetisi ini, yang menjadi prestasi pertama sejak Perserikatan dan Galatama digabung pada 1994.

Setelah berpetualang, termasuk ke PSM Makassar, Aji kembali ke Persebaya sebagai pelatih pada 2009. menggantikan Arcan Iurie yang meraih hasil buruk selama Divisi Utama 2008-2009.

Meski berstatus pelatih debutan, Aji memberikan kenangan manis lagi untuk Persebaya. Saat itu Persebaya menjalani laga play-off melawan PSMS Medan untuk lolos ke ISL 2009-2010. Aji berhasil menang.

Aji lantas kembali ke Arema dengan status pelatih pada awal musim 2017. Lagi-lagi, dia mampu mempersembahkan trofi juara, kali ini adalah Piala Presiden 2017, untuk kebanggaan masyarakat Malang tersebut.

Kesuksesan Aji bersama Persebaya dan Arema menjadi catatan khusus. Dia pernah memberi prestasi untuk dua klub yang merupakan rival lama di Jawa Timur itu sebagai pemain maupun pelatih.

Aji Santoso bahkan satu-satunya yang pernah menjadi pemain dan pelatih untuk dua klub tersebut. Dia merupakan sosok yang sangat disegani dan dihormati oleh dua kelompok suporter, yang masih dalam perselisihan hingga sekarang itu.

Video Populer

Foto Populer