Bola.com, Jakarta - Madura United belum berencana mengumpulkan pemain dalam waktu dekat. Pelatih Rahmad Darmawan menyebut keputusan itu diambil karena Jawa Timur masih masuk daftar zona merah COVID-19.
Madura United sudah meliburkan pemainnya sejak pertengahan Maret 2020. Sampai saat ini, para pemain belum berkumpul dan berlatih lagi karena sedang berada di rumah dan negara masing-masing.
Baca Juga
Ragnar Oratmangoen Bandingkan Gaya Bermain Shin Tae-yong di Timnas Indonesia dengan Pelatihnya di Eropa
Perempat Final Piala Asia U-23 2024: Striker Andalan Korsel yang Berbahaya untuk Pertahanan Timnas Indonesia U-23 Rupanya Sedang Wamil
Kepada Media Timur Tengah, Erick Thohir Bercerita Mengenai Keberhasilan Timnas Indonesia Lolos dari Fase Grup Piala Asia U-23 2024
Advertisement
Rahmad Darmawan masih terus memantau perkembangan pandemi virus corona. Khususnya di wilayah Jawa Timur yang belum terlihat adanya penurunan kasus positif.
"Sejauh ini belum ada kendala karena kalau masa persiapan pun dan kami ikut, liga baru pada awal Agustus mendatang. Masih ada 45 hari dari sekarang dan kami lihat perkembangan kondisinya seperti apa," kata Rahmad Darmawan kepada wartawan.
PSSI belum memutuskan waktu kelanjutan kompetisi Liga 1 2020. Rencananya, kompetisi sepak bola di Indonesia siap bergulir pada September atau Oktober mendatang.
Namun, sejauh ini Madura United masih ngotot menolak kelanjutan Liga 1 2020. Pertimbangan itu diambil setelah menilai situasi Indonesia yang belum kondusif dari pandemi virus corona.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Siap Mundur
Madura United siap pada keputusan untuk mundur dari Liga 1 2020. Sikap itu akan dilakukan jika PSSI kukuh melanjutkan kompetisi musim ini setelah pandemi virus corona.
Direktur Madura United, Haruna Soemitro, menyebut menggelar Liga 1 2020 masih terlalu berisiko. Demi kebaikan seluruh pemain, Madura United menyatakan siap mundur.
Advertisement
"Silakan kalau mau melanjutkan, Madura United tidak ikut. Kami sudah meminta masukan dari banyak pihak, termasuk pemain. Mereka mendukung penolakan ini karena risikonya masih tinggi," kata Haruna Soemitro beberapa waktu lalu.
Advertisement