Sukses


Cerita Bima Sakti, Lompatan Besar Dalam Karier Setelah Dicoret dari Tim Soeratin Balikpapan

Bola.com, Makassar - Bima Sakti adalah gelandang jangkar terbaik yang pernah beredar di Liga Indonesia. Ia pun pernah membawa PSM Makassar meraih trofi juara pada Liga Indonesia 1999-2000. Pada musim itu pula, ia mendapat perhargaan personal dengan menjadi pemain terbaik. Sebelum mentas di kasta tertinggi tanah air, Bima menimba ilmu bersama tim PSSI Primavera di Italia dan Helsinborg FC di Swedia.

Sementara di level Timnas Indonesia, Bima Sakti tercatat sebagai pilar skuat Garuda di Piala Asia 1996 dan 2000. Setelah gantung sepatu sebagai pemain, Bima melanjutkan karier dengan menjadi pelatih. Ia kini berstatus pelatih kepala Timnas Indonesia U-16 yang akan bersaing pada Piala AFC U-16 2020 di Bahrain.

Menurut Bima, proses pencapaian suksesnya sebagai pemain panjang dan berliku. Ia malah mengawali proses itu dengan pengalaman pahit. Pada 1991, ia gagal melewati seleksi tim Soeratin Balikpapan yang mewakili Kalimantan Timur pada putaran final di Sidoarjo.

"Saat itu, hati saya seperti hancur karena saya sudah merasa berlatih dengan keras dan disiplin. Beruntung, saya punya orang tua, terutama ayah yang tak henti mendukung saya," kata Bima dalam Channel Youtube Garuda Nusantara.

Sesampai di rumah, Tukiman, sang ayah, memotivasinya agar jangan patah semangat.

"Beliau bilang, kamu anak tentara. Harus bangkit dan terus berjuang mencapai keinginanmu. Saya pun berjanji di dalam hati untuk terus meningkatkan intesitas latihan," kenang Bima.

Tukiman, ayah dari mantan pemain yang kini menjadi pelatih Timnas Indonesia. (Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo

Sebelumnya, sepulang dari lokasi seleksi, di atas angkutan kota, Bima bertemu dengan seseorang yang penuh senyum dan terlihat bersemangat meski dua kakinya buntung. "Ia bilang jangan pernah menyerah dan tetap semangat."

Kebetulan rumah Bima berdekatan dengan lapangan kompleks TNI AU di Balikpapan. Sehabis salat subuh, ia langsung ke lapangan untuk berlatih sebelum ke sekolah. Sepulang dari sekolah, ia kembali berlatih sampai petang. "Sampai ada tetangga yang bilang, Bima kenapa tidak tidur saja di lapangan."

Tukiman tak hanya memotivasi, ia juga memberikan buku teknik sepak bola ala Will Coerver, mantan pelatih Feyenoord yang pernah menangani Timnas Indonesia. Bima pun mempelajari dan langsung dipraktikan di lapangan.

"Saya belajar dasar menendang, umpan dan dribling dengan benar lewat buku itu. Kalau sekarang kan lebih baik. Pemain muda bisa menyaksikan lewat youtube," tutur Bima.

Tak hanya itu, Bima pun meningkatkan kekuatan fisiknya, terutama kedua kakinya dengan menggunakan ban sepeda bekas.

"Saya juga memotivasi diri dengan menulis seluruh keinginan saya dalam sebuah kertas, di antaranya menaikkan haji orangtua, bermain di Eropa dan tim nasional Indonesia. Alhamdulliah, ketika saya membaca kembali tulisan itu delapan tahun kemudian, semuanya sudah tercapai," ungkap Bima Sakti.

Video

2 dari 2 halaman

Masuk Skuat PSSI Primavera

Hanya setahun setelah gagal memperkuat Balikpapan, Bima Sakti terpilih masuk skuat Soeratin Samarinda yang akan bersaing dengan tim provinsi lain di Bogor. Dari ajang itu, kemampuan Bima terpantau dan masuk dalam daftar 60 pemain yang berhak ikut seleksi untuk masuk skuat PSSI Primavera. Dari jumlah itu, kemudian terpilih 20 pemain yang akan berguru di kompetisi Primavera Italia.

Menurut Bima, awalnya sempat ada rasa minder yang melanda dirinya. Apalagi para pesaingnya mayoritas berasal dari diklat terbaik Tanah Air seperti Ragunan dan Salatiga.

"Saya sendiri adalah pemain kampung. Tapi, semuanya saya tepis. Saya yakin, apa yang telah saya tanam selama ini dengan latihan keras akan saya tuai dengan lolos ke Italia," ungkap Bima.

Prinsip tidak mau kalah dan total di lapangan ala Bima menarik perhatian tim seleksi. Itulah mengapa, saat di Italia, Danurwindo sebagai pelatih PSSI Primavera angkatan pertama memainkan Bima sebagai gelandang jangkar. Padahal, awalnya Bima adalah penyerang sayap kanan. Bermain sebagai gelandang, Bima meningkatkan intesitas latihannya.

"Gelandang harus memiliki mobilitas yang tinggi. Dan itu membutuhkan fisik dan stamina yang prima," ujarnya.

Totalilitas Bima kerap jadi candaan rekan-rekannya di tim PSSI Primavera.

"Saya berteman baik dengan Eko Purjianto, Yeyen Tumena, dan Kurniawan Dwi Yulianto. Tapi, tidak saat latihan. Mereka kerap melontarkan kata 'pelan-pelan' saat diinstruksikan pelatih mengitari lapangan. Tapi saya cuek. Saya butuh latihan keras. Apalagi posisi saya dan mereka berbeda," terang Bima yang kemudian didapuk menjadi kapten tim PSSI Primavera.

Berguru di kompetisi Primavera dan kemudian Helsinborg FC, kemudian jadi lompatan karier yang besar buat Bima, pemain muda yang pernah gagal dalam seleksi level tim Soeratin.

"Pesan saya kepada pemain muda, jangan langsung menyerah bila gagal. Tetap fokus dan kerja keras karena yang lolos belum tentu kariernya lebih baik," pungkas Bima.

Video Populer

Foto Populer