Sukses


Kenangan Ibnu Grahan: Berburu Jersey AC Milan Sampai Kamar Ganti dan Negosiasi Lucu dengan Assyabaab

Bola.com, Makassar - Perjalanan karier Ibnu Grahan sebagai pemain terbilang baik. Ia membawa Persebaya Surabaya meraih trofi juara Perserikatan 1987-1988 plus runner-up musim berikutnya serta dan Piala Utama 1990. Sukses yang membuatnya berstatus sebagai PNS di Dinas Pemuda dan Olahraga Surabaya.

Status ini pula yang menjadi alasan Ibnu Grahan menolak sejumlah tawaran dari klub luar Surabaya, seperti Lampung Putera, Yanita Utama, Pelita Jaya dan PSM Makassar. Namun, Ibnu sempat bermain pada dua klub selain Persebaya, yakni Mitra Surabaya dan Assyabaab Salim Group Surabaya.

"Saya menerima tawaran bermain di dua klub itu karena markasnya di Surabaya," ujar Ibnu dalam channel youtube Omah Bal-balan.

Kental dengan sepak bola Surabaya membuat Ibnu berkesempatan satu lapangan dengan bintang-bintang AC Milan yang sedang mejalani tur Asia pada 1994 silam. Saat itu, Ibnu bermain bersama tim Surabaya Selection yang merupakan gabungan pemain Mitra Surabaya, Persebaya, dan Assyabaab.

Pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora 10 November, 6 Juni 1994, Surabaya Selection memang kalah 1-4 dari skuat asuhan Fabio Capello. Tapi, partai itu sangat bermakna buat Ibnu karena dia menjadi pencetak gol tunggal timnya lewat tendangan penalti. "Saya mendapat bonus dari manajemen sebesar Rp850 ribu karena gol penalti itu.

Ibnu pun mengungkap perjuangannya mendapatkan jersey AC Milan usai pertandingan. Karena tidak semua pemain AC Milan mau bertukar jersey, ia pun terus berjuang sampai ke kamar ganti tim tamu. Ia pun akhirnya mendapatkan jersey nomor 4 milik Fernando de Napoli.

"Jersey itu saya masih simpan sampai sekarang," kata Ibnu.

Aksinya bersama Surabaya Selection plus penampilan apik dengan Mitra Surabaya membuat PSM Makassar yang dikendalikan Nurdin Halid kepincut menawarinya bergabung di Juku Eja. Tapi, Ibnu menolak dengan alasan status PNS.

"Yusuf Ekodono yang saat itu sudah deal dengan PSM ikut merayu saya. Kata Yusuf, Pak Nurdin akan menyetujui berapa pan kontrak dan gaji yang saya inginkan," terang Ibnu Grahan yang akhirnya kembali bergabung Persebaya jelang Liga Indonesia musim 1995-1996.

Video

2 dari 3 halaman

Negosiasi Kontrak Lucu di Assyabaab

Terkait kontrak, Ibnu Grahan mengungkap pengalaman lucunya ketika melakukan negosiasi dengan Assyabaab jelang musim 1996-1997. Kala itu, Ibnu diberikan kesempatan lebih dulu untuk menyebut nilai kontrak dan gaji yang diinginkannya.

"Saya menyebut nilai gaji Rp2,5 juta per bulan dan Rp7,5 juta untuk kontrak. Ketika saya menyebut angka itu, wajah manajer Assyabaab terlihat kaget dan seakan tidak percaya. Saya langsung berpikir nilai yang saya ajukan terlalu tinggi," tutur Ibnu.

Ternyata, jawaban sang manajer justru mengejutkan Ibnu. Ia diminta menaikkan nilai gaji dan kontraknya. "Beliau bilang kok saya mintanya segitu. Saya malah disodorkan cek kosong untuk diisi langsung," kisahnya.

Tapi, Ibnu tetap bergeming dengan nilai itu meski sang manajer tetap memaksanya. Malah, sang manajer memperlihatkan satu kontrak pemain yang sudah deal di mana gaji pemain itu sebesar Rp20 juta per bulan dan kontrak Rp100 juta.

"Saya pun tetap dengan nilai awal. Beliau pun bilang kalau semua pemain seperti saya, manajemen klub pasti tenang," ujarnya.

Negosiasi yang alot membuat durasi pertemuan memakan waktu lama. Kondisi inilah yang membuat pemain lain mengganggap Ibnu mendapat kontrak dan gaji yang besar.

"Saat itu, saya hanya diam saja saat keluar ruangan. Baru setelah beberapa tahun kemudian, saya ungkap setelah Putut Wijarnako menanyakan peristiwa itu,"kenangnya.

3 dari 3 halaman

Kiprah Sebagai Pelatih

Seperti halnya ketika menjadi pemain, Ibnu Grahan juga mengaku tidak pernah membayangkan kariernya bisa berlanjut sebagai pelatih. Pada satu momen, Ibnu yang bersatus pegawai Dispora Surabaya bertemu dengan Walikota Soenarto Soemoprawiro yang juga Ketua Umum Persebaya.

"Saat itu beliau meminta saya jadi asisten pelatih di Persebaya mendampingi Rusdi Bahalwan," kenang Ibnu.

Tapi, Ibnu menolak dengan halus. Selain faktor lisensi, ia bilang masih sungkan melatih sebagian rekannya yang masih membela Persebaya.

Ibnu pun ditugaskan melatih Persebaya U-18 di Liga Remaja. Hasilnya lumayan, Budi Sudarsono dan kawan-kawan meraih posisi tiga. Setelah itu, ia diajak Rudy Keltjes yang kala itu menangani Persebaya Surabaya di Divisi 1 (Liga 2).

"Om Rudy berkali-kali mengajak saya. Baru pada kali ketiga saya baru menyetujuinya," terang Ibnu.

Berstatus asisten pelatih, Ibnu kemudian menjadi bagian sukses Persebaya promosi ke Liga Indonesia dan kemudian meraih trofi juara pada musim 2004. Semusim kemudian, Persebaya kena skorsing karena menolak bertanding melawan Persija di babak 8 Besar dengan alasan keamanan.

Alhasil, Persebaya pun terdegrasi. Namun, pada 2006 kembali promosi dengan status juara Divisi Satu dan kembali tampil di kasta tertinggi kompetisi tanah air.

Video Populer

Foto Populer