Sukses


4 PR Timnas Indonesia U-19 Setelah 5 Kali Uji Coba di Kroasia: Penyakit Lawas Masih Ada

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-19 harus puas bermain imbang 1-1 melawan Qatar U-19 di Stadion Valica Gorica, Zagreb, Kroasia, Minggu (20/9/2020).

Partai ini menjadi uji coba kelima bagi Bagas Kaffa dan kawan-kawan selama menjalani pemusatan latihan di Kroasia dan pertemuan kedua kontra Qatar dalam kurun waktu empat hari.

Timnas Indonesia U-19 tampil dengan komposisi utama, meski Shin Tae-yong melakukan sedikit rotasi. Bagas Kaffa, Witan Sulaeman, Byrlian Aldama, hingga Supriadi dipercaya tampil sejak menit pertama.

Beberapa pemain yang kerap menjadi starter, diparkir, yakni Irfan Jauhari dan David Maulana. Penampilan agresif yang ditunjukkan pada pertemuan pertama, tidak begitu terlihat dalam uji coba kedua kali ini.

Namun, Timnas Indonesia U-19 tetap bermain ofensif dengan memiliki banyak peluang emas. Organisasi antarlini juga semakin berjalan dengan baik. Hingga akhirnya Saddam Emiruddin memecah kebuntuan di babak kedua.

Kemenangan yang sudah di depan mata ini buyar pada menit akhir. Qatar menyamakan skor pada menit ke-89 melalui gol penalti dari Osamah Abdulkarim Altairi. 

Dengan hasil imbang ini, Timnas Indonesia U-19 menyisakan sejumlah pekerjaan rumah. Pengamat sepak bola Indonesia asal Kota Solo, Aris Budi Sulistyo memiliki pandangan sekaligus analisis tentang apa saja yang perlu dibenahi oleh tim besutan Shin Tae-yong itu.

 

 

Video

2 dari 5 halaman

Kesalahan Dasar

Aris Budi mengakui kualitas permainan Timnas Indonesia U-19 semenjak dibesut Shin Tae-yong mengalami kemajuan yang pesat. Melihat tren dari hasil pertandingan selama di Kroasia.

Dua kali kalah telak dari Bulgaria dan Kroasia, Shin Tae-yong berbenah. Mereke kemudian  menahan imbang Arab Saudi, menang atas Qatar, dan imbang lagi dengan Qatar.

Melihat rentetan hasil tersebut, Aris menyebut ada peningkatan dari hari ke hari yang dialami oleh Adi Satryo dan rekan-rekannya. Namun Aris menilai masih ada beberapa kelemahan, diantaranya kesalahan mendasar yang dilakukan para pemain Shin Tae-yong.

Meski baik dalam menyerang dan bertahan, dirinya mencatat ada kekurangan secsra individual pemain Timnas Indonesia U-19 yang cukup mendasar. Hal itu tidak boleh terulang kembali di kesempatan pertandingan berikutnya.

"Sepintas saya lihat pemain masih sering melakukan kesalahan mendasar, lebih kepada individu pemain. Seperti salah passing, mudah kehilangan bola, melakukan pelanggaran tidak perlu, kemudian membuang kesempatan percuma," kata Aris kepada Bola.com, Senin (21/9/2020).

3 dari 5 halaman

Koordinasi Lini Belakang

Lini Belakang menjadi perhatian utama selama lima uji coba yang telah dijalani. Lima kali pula mistar gawang Timnas Indonesia U-19 selalu dipercayakan kepada kiper Adi Satryo.

Sayangnya gawang Timnas Indonesia U-19 tercatat jebol sebanyak 15 kali. Koordinasi barisan belakang yang wajih ditingkatkan lagi, karena Shin Tae-yong masih sering merotasi lini pertahanannya.

Duet bek tengah Rizky Ridho dan Komang Teguh sudah mulai padu dan tampil tenang. Hanya kedisiplinan menutup pergerakan lawan harus ditingkatkan berkaca dari golnl Qatar di pertemuan pertama yang seharusnya bisa dicegah.

Kemudian kinerja kedua bek sayap, Bagas Kaffa di kanan dan Pratama Arhan di kiri. Keduanya memang memiliki kecepatan dalam transisi permainan, namun saat kehilangan bola, bisa menjadi bumerang bagi lini belakang.

"Organisasi permainan mulai rapi baik saat menyerang maupun bertahan. Transisinya sudah bagus, hanya itu tadi karena adanya kesalahan individual membuat jadi terhambat," beber pria yang pernah menukangi Persik Kediri itu.

"Jika cara menyerang sudah ada peningkatan, Timnas Indonesia U-19 harus mengevaluasi kinerja lini belakang. Kemarin dapat penalti lagi ada sesuatu kenapa bisa mendapat hukum penalti," lanjutnya.

4 dari 5 halaman

Konsentrasi pada Menit Krusial

Inilah yang sering dialami oleh Timnas Indonesia ketika lengah pada menit-menit akhir. Begitu juga yang terjadi saat kebobolan dari Qatar pada laga terakhir.

Qatar mendapat penalti karena Rizky Ridho melanggar Mohammed Ali Surag. Dengan mudah Altairi menaklukkan gawang Adi Satryo lewat eksekusi penalti.

Sebuah gol balasan yang tidak perlu, karena terjadi menjelang laga bubar. Terlebih saat Indonesia berhasil unggul terlebih dahulu dan mendominasi permainan ketimbang lawannya

Menurut Aris Budi Sulistyo, pemain Indonesia harus membiasakan diri sejenak melupakan budaya bermain ala Indonesia, yakni dengan kerap melanggar di kotak penalti, perbedaan kualitas wasit menjadi tolok ukurnya.

"Pemain kita tidak boleh membiasakan diri dengan kultur sepak bola Indonesia yang mudah melakukan pelanggaran di area berbahaya. Kalau di Indonesia wasit masih bisa menganggap bukan penalti, tapi kalau laga internasional beda cerita," jelas Aris.

5 dari 5 halaman

Penyelesaian Akhir

Lini depan Timnas Indonesia U-19 perlahan mulai tajam, setelah dipermak 0-3 oleh Bulgaria dan 1-7 dari Kroasia. Pundi-pundi gol mulai dihasilkan, yakni tiga kali menjebol gawang Arab Saudi dan Qatar.

Total, skuad Garuda Muda sudah mengoleksi tujuh gol dalam lima kali pertandingan. Catatan yang cukup impresif, meski seharusnya lebih produktif andai tenang dalam menyelesaikan peluang.

Dalam pengamatan Aris Budi, beberapa peluang yang seharusnya bisa dikonversi menjadi gol, justru terbuang percuma. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Saddam Emiruddin, Irfan Jauhari, Brait Fatari, atau Supriadi, agar lebih mengasah lagi naluri mencetak golnya.

"Harus dibenahi di setiap sesi latihan, bahwa pemain juga perlu diasah kembali soal bagaimana passing atau shooting yang benar. Karena itu bawaan dari masing-masing pemain selama ini," tuturnya.

Video Populer

Foto Populer