Sukses


Ponaryo Astaman, Kenangan Indah Sepak Bola saat Masih Bocah, dan Kekaguman terhadap Bima Sakti

Bola.com, Jakarta - Perjalanan karier Ponaryo Astaman terbilang lengkap. Di level klub, ia meraih trofi juara Liga Indonesia 2011-2012 bersama Sriwijaya serta 3 kali runner-up bersama PKT Bontang (1999-2000) dan PSM Makassar (2003 dan 2004) plus menjadi pemain terbaik di musim 2004.

Bersama Timnas Indonesia, Ponaryo Astaman bermain di semua kategori usia. Pencapaian tertingginya bersama Skuad Garuda adalah tampil di Piala Asia 2004 dan 2007.

Dalam channel youtube Sportsmagz TV, Popon, sapaan akrabnya, menceritakan sejak kecil memang menjadikan sepak bola bagian dari kehidupannya. Termasuk saat menempuh pendidikan dari bangku SD sampai STM di Balikpapan.

"Malah ketika bersekolah di STM 1 Balipapan, saya kerap mendapatkan uang tambahan," ungkap Popon yang kini menjadi General Manajer Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) ini.

Di STM 1 Balikpapan, Popon mengambil jurusan otomotif. Di belakang bengkel praktek sekolah ada lapangan. Di tempat itulah Popon mendapatkan uang tambahan untuk jajan.

"Biasa, saya dan teman-teman mengajak anak kelas lain taruhan bermain sepak bola. Dan kami selalu menang. Lumayan dapat tambahan jajan," kenang Popon.

Sekolah Popon dikenal sebagai gudang pemain muda di Balikpapan. Mereka selalu merebut gelar juara turnamen antarsekolah. Dari berbagai turnamen, Ponaryo Astaman kemudian terpilih mewakili Balikpapan di Piala Soeratin dan kemudian masuk di skuat Persiba Balikpapan selepas menyelesaikan pendidikannya di STM 1 Balikpapan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Bima Sakti Jadi Sumber Inspirasi

Berkat penampilannya di tim Beruang Madu, pada 1998 namanya masuk dalam daftar skuat Timnas Indonesia U-19 yang bertanding di Pra Piala Asia U-19 di Manila.

Di Timnas Indonesia U-19, Popon bermain dengan sejumlah nama yang belakangan jadi rekannya di level senior. Diantaranya Bambang Pamungkas, Erol Iba, Elie Aiboy, Warsidi, Ismed Sofyan dan Purwanto.

Ketika berkutat di level junior, Popon mengaku menjadi Bima Sakti sebagai sumber inspirasinya. Kebetulan keduanya sama-sama berasal dari Balikpapan.

"Kami memang tidak pernah bermain satu tim baik di klub atau timnas. Tapi, saya sangat respek dengan sikap mas Bima yang rendah hati, disiplin dan tidak neko-neko," tutur Popon.

Itulah mengapa Popon tetap menyimpan kenangan saat dirinya berlatih bersama dengan Bima di lapangan kompleks AURI. Selain mendapat motivasi langsung dari idolanya itu, Popon bisa melihat secara langsung bagaimana Bima menjaga kondisinya.

"Kebetulan di sekitar kompleks AURI tempat mas Bima dan keluarga tinggal dekat dengan pantai. Di situ saya melihat mas Bima sering berlatih sendiri," papar Popon.

 

3 dari 3 halaman

Dapat Jersey PSM dari Bima Sakti

Setelah dua tahun di Persiba, Popon berkarier di PKT Bontang jelang musim 1999-2000. Sejatinya, PKT bukan tujuan awal Popon. Ia sempat mencoba peruntungan di Barito Putera. Tapi, latihan klub Banjarmasin sempat vakum.

Ia ke Bontang dan diterima menjadi bagian dari PKT.Di PKT, kemampuan Popon sebagai gelandang tergali optimal. Selain ditangani pelatih asal Moldova, Sergio Dubrovin, ia juga satu tim dengan gelandang papan atas Indonesia, Fachri Husaini.

Bersama PKT pula, Popon merasakan atmosfer final Liga Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno menghadapi PSM Makassar. Sayang, PKT gagal meraih trofi juara setelah takluk 2-3 dari tim Juku Eja.

Meski gagal, laga final itu membawa kesan tersendiri buat Popon. Pada laga itu, ia bisa satu lapangan dan beradu kemampuan dengan Bima yang bersatus kapten PSM.

"Karena sama-sama berposisi sebagai gelandang, kami sering terlibat dalam perebutan bola. Yang menyenangkan, usai laga mas Bima memberi jersey yang dipakainya untuk saya," pungkasnya.

Video Populer

Foto Populer