Sukses


Di Balik Karier Gemilang Zulkifli Syukur: Kerja Serabutan Sebelum Manggung di PSM dan Timnas Indonesia

Bola.com, Makassar - Zulkifli Syukur termasuk bek sayap papan atas di pentas Liga Indonesia. Pencapaiannya sebagai pemain terbilang lumayan.

Ia meraih trofi juara Liga Indonesia 2009-2010 saat berkostum Arema Indonesia dan Piala Indonesia 2018-2019 bersama PSM Makassar. Di Timnas Indonesia, bek berdarah Makassar ini jadi pilar Timnas Indonesia ketika menjadi runner-up Piala AFF 2010.

Berkat sepak bola, Zulkifli sudah mendapatkan banyak hal termasuk materi berupa rumah dan mobil yang menemani kesehariannya bersama keluarga kecilnya. Sebuah pencapaian yang merupakan buah kerja keras dan impian yang kuat untuk menggantungkan hidupnya dari sepak bola.

Dalam channel Youtube Fung Ukka, Zulkifli mengungkap proses panjang perjalanan di sepak bola yang diawali oleh wafatnya sang ayah, Syukur ketika ia masih duduk di bangku kelas 5 SD. Zulkifli pun diasuh oleh tantenya, Nursiah setelah ibunya, Mardiana memutuskan merantau ke Sorong beserta empat saudaranya.

"Jadi, sejak kecil saya sudah tak bersama kedua orang tua. Kondisi yang justru membuat karakter menjadi sosok yang mandiri," kenang Zulkifli.

Situasi yang serba sulit membuat Zulkifli harus bekerja serabutan untuk biaya sekolah dan membeli sepatu bola untuk menyalurkan hobinya mengolah kulit bundar.

"Saya berlatih sepak bola secara diam-diam karena tante melarang. Beliau bilang, untuk apa jadi pemain sepak bola yang tidak punya masa depan. Pernah pada satu saat, tante melihat sepatu bola saya dan membuangnya sambil marah-marah," kata eks bek Persib Bandung ini.

Apesnya lagi, uang yang ia kumpulkan dengan menjadi tukang cuci piring di warung makanan, honor membersihkan got dan menjadi juru parkir pada sebuah gedung pernikahan ternyata belum cukup untuk membeli sepatu bola baru. Alhasil ia terpaksa memalak teman kelasnya di SMP.

"Kalau ingat peristiwa itu saya jadi malu sendiri," kata Zulkifli Syukur.

Video

2 dari 3 halaman

Bersaing di PSM Junior, Kerja di Bengkel

Peruntungan Zulkifli Syukur di sepak bola mulai terbuka ketika namanya masuk dalam daftar skuat PSM U-15. Tapi, dalam tim itu ia tidak mendapatkan menit bermain yang banyak.

Maklum, Zulkifli yang awalnya bermain sebagai libero dan stoper harus bersaing dengan Hamka Hamzah dan Rifai Arsyad. Nama terakhir adalah satu-satunya pemain muda asal Makassar di Timnas Indonesia U-15 saat itu.

"Saya pun sempat merasa karier saya hanya sampai disitu," tutur Zulkifli.

Ia pun sempat mencoba jalur lain untuk mengembangkan kemampuannya yakni mengikuti seleksi masuk tentara. Kebetulan saat itu di Makassar sedang marak turnamen antar tentara. Apalagi Panglima Kodam VII Wirabuana (kini Hasanuddin) waktu itu adalah Agum Gumelar yang dikenal sebagai pembina sepak bola.

"Namun, saya tidak lolos seleksi. Saya pun mulai berpikir meninggalkan sepak bola."

Selepas dari bangku sekolah menengah atas, Zulkifli mencoba melupakan sepak bola dengan mengajukan lamaran menjadi karyawan sebuah perusahaan elektronik di Makassar. Sambil menunggu jawaban, ia sempat menjadi pegawai di sebuah bengkel dinamo.

"Baru dua hari kerja di bengkel itu, tiba-tiba ada teman yang mengajak saya ikut seleksi PSM U-18. Awalnya saya menolak karena tak ingin pengalaman sebelumnya terulang. Tapi, teman itu terus memaksa. Akhirnya saya pun mencoba ikut seleksi," kenang Zulkifli.

3 dari 3 halaman

Kontrak 750 Ribu, Gaji 500 Ribu

Ternyata Zulkifli Syukur masuk dalam skuat 20 pemain PSM U-18. Di tim itulah, Zulkifli berganti posisi dari libero menjadi bek kanan. Pelatih PSM U-18 saat itu, mendiang Kusnadi Kamaluddin memintanya bermain sebagai bek kanan karena hanya satu pemain di posisi itu. Zulkifli pun coba dimainkan di posisi itu pada sebuah laga.

"Ternyata Pak Kusnadi senang dengan penampilan saya. Dia pun memplot saya sebagai pemain utama di posisi itu."

Dari PSM U-18, Zulkifli di promosikan ke tim penyanggah Juku Eja. Ia pun mendapat kontrak Rp.750 ribu dengan gaji Rp500 ribu per bulan.

"Dulu kontrak dan gaji berbeda. Ketika mendapat kontrak itu, saya pun langsung pulang ke rumah dan memberikannya ke tante. Saya dulu pernah bertekad dalam hati yakni ingin membuktikan kepada tante bahwa sepak bola juga bisa menghasilkan uang. Saya bangga sekaligus haru melihat tante menangis seraya mendukung saya serius berkarier di sepak bola," papar Zulkifli.

Ketika berstatus tim penyanggah PSM, Zulkifli sempat memperkuat tim sepak bola Sulawesi Selatan pada Pra-PON 2004 dan meraih tiket di Palembang.

Namun, ia tak jadi memperkuat tim itu setelah pengurus merombak tim setelah Zulkifli dan kawan-kawan ketahuan bermain pada sebuah turnamen tarkam. Zulkifli pun akhirnya bergabung di Persim Maros, klub kasta kedua Liga Indonesia pada musim 2005-2006.Dari Persim, Zulkifli mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi di PKT Bontang.

Ia berangkat bersama rekannya Hendra Ridwan ditemani Rivai Arsyad, seorang pembina sepak bola Makassar yang kerap menjadi Inspektur Pertandingan Liga Indonesia.

"Kami berangkat ke Bontang naik kapal laut. Di PKT, saya dan Hendra menjalani seleksi selama dua hari dibawah arahan mendiang Suharno. Alhamdulilah kami dinyatakan lolos dengan kontrak yang lumayan besar," pungkas Zulkifli.

PKT yang tampil di Divisi Utama Liga Indonesia (Liga 1) kemudian menjadi pembuka jalan Zuklifli menembus tim nasional Indonesia. Berkat aksinya bersama PKT,namanya terpantau dan masuk skuat Timnas Indonesia U-23 yang akan berlatih di Belanda sebagai bagian persiapan bersaing di Asian Games 2006 Qatar.

Video Populer

Foto Populer