Sukses


Mengintip Kombinasi Ciamik Pemain Senior dan Junior PSIS di Piala Menpora

Bola.com, Semarang - PSIS Semarang secara mengejutkan berhasil melaju ke babak delapan besar Piala Menpora 2021. Tim Mahesa Jenar keluar sebagai juara grup A dan sudah ditunggu PSM Makassar dalam duel di perempat final.

PSIS kukuh di puncak dengan koleksi tujuh poin, disusul Barito Putera dengan mengemas lima angka. Sekaligus menyingkirkan dua pesaing lainnya Persikabo 1973 dan Arema FC.

Pencapaian di luar dugaan banyak orang, karena PSIS memiliki masa persiapan waktu yang tidak banyak. Kurang dari satu bulan mereka mempersiapkan diri menghadapi ajang ini. PSIS juga hanya mengandalkan pemain lokal, alias tanpa pemain asing.

Di sisi lain, PSIS mengoptimalkan pemain muda dari akademi sendiri di ajang ini. Pemain muda yang berkolaborasi dengan para seniornya, ternyata membuat PSIS tampil apik.

Sebut saja Alfeandra Dewangga, Mahir Radja, Eka Febri, Pratama Arhan, Ryan Ardiansyah, hingga Farrel Arya. Mereka seperti mampu membuat panggung tersendiri di Piala Menpora.

Meski masih minim pengalaman, mereka justru bisa tampil lepas dan mengeluarkan seluruh bakatnya dengan maksimal tanpa adanya beban. Kolaborasi di PSIS yang melibatkan pemain senior dan mudanya, menjadikan mereka begitu kompak.

Bola.com memiliki ulasan menarik mengenai duet atau kombinasi pemain ideal muda dan senior di tim PSIS selama menjalani ajang Piala Menpora. Berikut ulasan kombinasi ciamik antar lini PSIS Semarang.

Video

2 dari 4 halaman

Rio Saputro- Alfeandra Dewangga

PSIS Semarang tampil tanpa pemain asing, termasuk bek tangguh Wallace Costa. Alhasil potensi pemain lokal yang ada harus dimaksimalkan.

Di posisi pertahanan, PSIS masih punya stok melimpah dan tidak kalah kualitasnya. Kombinasi ideal dalam beberapa pertandingan terakhir adalah duet bek Rio Saputro dan Alfeandra Dewangga.

Rio sebagai pemain yang mulai matang, sudah cukup mendapat pengalaman di musim 2018 dan 2019 saat PSIS berada di Liga 1. Ia banyak belajar dari para seniornya, terutama Wallace Costa.

Jebolan tim PON Jateng yang selalu tampil lugas dan tak kenal kompromi jika ada bola berkeliaran di wilayahnya. Ia tak canggung berduel dengan striker tajam termasuk legiun asing tim lawan.

Sementara Alfeandra Dewangga mewujudkan harapannya bisa tampil reguler bersama PSIS. Ia mampu membayar kepercayaan pelatih untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Wallace Costa.

Pemain berusia 19 tahun tersebut tampil cukup percaya diri ditemani Rio Saputro sebagai mentornya. Tidak hanya mengisi peran di jantung pertahanan, beberapa kali ia ikut membantu skema penyerangan dengan aksi lemparan jauh ke dalam seperti yang dilakukan Pratama Arhan.

3 dari 4 halaman

Fandi Eko Utomo - Pratama Arhan

Duet ini kunci permainan PSIS. Fandi Eko Utomo punya peran sebagai jenderal lini tengah, mengisi posisi yang ditinggalkan Septian David Maulana karena cedera.

Fandi Eko yang punya pengalaman dan ketenangan, sanggup menyeimbangkan permainan baik saat menyerang maupun bertahan. Selama tiga laga yang dijalani, perannya lebih menjadi playmaker menyuplai bola ke depan.

Tidak jarang ia menjadi pemecah kebuntuan, dengan koleksi dua gol dari tendangan jarak jauh. Skenario bola mati kerapkali ia menjadi aktornya, karena pemain ini punya tembakan yang akurat.

Demikian juga dengan Pratama Arhan, meski beroperasi di sektor sayap kiri. Permainan satu dua sentuhan oleh Arhan dan Fandi Eko membuat lawan kewalahan. Terutama umpan terobos Fandi yang kemudian mengandalkan kecepatan Pratama Arhan.

Jangan lupa, pemain berusia 19 tahun ini juga mahir dalam urusan bola mati. Sepak pojok maupun tendangan bebas, akan sangat berbahaya jika ia yang mengambil. Gawang Arema FC menjadi korbannya, saat bola melengkung indah dari kaki kirinya dan bersarang ke jala.

4 dari 4 halaman

Chrismanto Ado - Hari Nur Yulianto

Jika biasanya PSIS sangat mengandalkan duet Bruno Silva dan Hari Nur, lain cerita di ajang Piala Menpora kali ini.

Bruno Silva masih berada di negaranya, Brasil, Chrismanto Ado pun jadi. Pemain yang sudah semusim bermain sebagai pelapis, mulai unjuk gigi dalam membayar kepercayaan pelatih.

Penyerang asal Jakarta berusia 24 tahun yang cukup diandalkan pelatih Dragan Djukanovic. Ia selalu tampil ngotot, impresif, dan lincah untuk bertandem dengan Hari Nur Yulianto.

Meski belum mencetak gol, Andreas Chrismanto Ado cukup memberikan dampak positif. Beberapa gol PSIS yang lahir, awalnya bermula dari aksinya saat menekan pertahanan lawan.

Sedangkan nama Hari Nur Yulianto jelas sudah tidak perlu diragukan lagi sebagai penyerang sejati Mahesa Jenar. Satu posisi lini depan PSIS sudah dipastikan menjadi milik sang kapten tim.

Penempatan posisi, ketenangan, dan pengalamannya menjadi pembeda untuk kualitas seorang Hari Nur. Meski sejauh ini dirinya baru mengemas satu gol di Piala Menpora, Hari Nur tetap predator di kotak penalti lawan yang begitu disegani.

Video Populer

Foto Populer