Sukses


    Jelang Piala AFF 2020: Timnas Indonesia Jeblok pada Edisi 2007, Imbas dari Kusutnya Lini Serang

    Bola.com, Jakarta - Entah apa yang terjadi di tubuh Timnas Indonesia pada Piala AFF 2007. Meski bertabur pemain-pemain canggih di lini depan, Ilham Jaya Kesuma dkk. bisa dibilang mandul hingga akhirnya gagal lolos ke fase gugur.

    Piala AFF 2007 menjadi cerita memalukan buat Timnas Indonesia. Bagaimana tidak, Tim Merah-Putih untuk pertama kali gagal lolos ke semifinal alias terhenti di fase penyisihan grup pada turnamen sepak bola terbesar di Asia Tenggara ini.

    Berbekal skuad yang lebih matang dibanding Piala AFF 2004, di mana Timnas Indonesia kalah pada final dari Singapura, Peter Withe yang kala itu masih mendapatkan kepercayaan memimpin Saktiawan Sinaga cs malah gagal total.

    Memang, Timnas Indonesia tidak terkalahkan selama fase grup. Akan tetapi, ketajaman lini serang mereka jauh lebih tumpul dari pada tiga tahun sebelumnya.

    Indonesia sebenarnya mengumpulkan poin lima, poin yang sama dengan dua tim yang lolos semifinal dari Grup B, yaitu Singapura dan Vietnam. Tim Merah-Putih terjegal karena selisih gol kalah jauh dari dua negara itu.

    Vietnam dan Singapura punya selisih gol masing-masing 11 dan sembilan, sementara Tim Merah-Putih hanya surplus dua gol saja.

    Penyebab semua itu, kendati Timnas Indonesia tidak terkalahkan di tiga pertandingan penyisihan grup, Tim Garuda tidak mampu menang banyak atas tim yang dianggap terlemah di Grup B, yaitu Laos. Di Grup B, Indonesia tergabung bersama Laos, Vietnam, dan tuan rumah Singapura.

     

    2 dari 3 halaman

    Tumpul

    Bermain di National Stadium, Kallang, Singapura, Timnas Indonesia hanya bisa menang 3-1 atas Laos. Sebaliknya para pesaing, Vietnam mengalahkan Laos dengan skor 4-0, dan Singapura lebih gila lagi karena menang 11-0 atas Laos.

    Padahal, di Piala AFF 2007, Peter Withe biasa memainkan pola 4-4-2. Tiga pertandingan penyisihan grup seluruhnya memakai pola itu. Pola sama yang diterapkan pelatih asal Inggris itu saat membawa Tim Garuda ke final Piala AFF 2004.

    Hal ini tidak lepas dari kiblat pelatih Eropa yang lebih menekankan keseimbangan permainan dengan sistem serangan yang sistemis.

    Di samping itu, untuk mengisi skuat Indonesia di Piala AFF 2007, Peter Withe mempertahankan setidaknya 11 pemain yang turun di Piala AFF 2004. Nama-nama seperti Hendro Kartiko, Ismed Sofyan, Ilham Jaya Kesuma, Jendri Pitoy, Ponaryo Astaman, Firmansyah, Elie Aiboy, Saktiawan Sinaga, Syamsul Chaeruddin, Mahyadi Panggabean, Agus Indra Kurniawan masih ada di tim.

    Mereka dipadukan dengan pemain muda semisal Atep, Ricardo Salampessy, Eka Ramdani, Ledi Utomo, dan Supardi Nasir. Hanya, rupanya racikan Peter Withe tidak lagi menggigit.

    Pemanggilan pemain ke timnas di Piala AFF itu sekaligus dipakai PSSI untuk menyeleksi pemain yang sekiranya pantas tampil di putaran final Piala Asia 2007. "Para pemain yang ikut turnamen ini merupakan bagian dari seleksi pemain untuk tim Piala Asia 2007," kata Nurdin Halid.

    Tetapi, lantaran gagal lolos ke semifinal, tidak ada pemain timnas yang mampu menyita perhatian. Mencetak enam gol dari tiga pertandingan fase grup juga menjadi catatan paling buruk sepanjang sejarah keikutsertaan di Piala AFF hingga saat itu.

     

    3 dari 3 halaman

    Tradisi Golden Boot Pupus

    Sebagai catatan, selain tampil di final dalam tiga edisi terakhir, bersama itu Timnas Indonesia juga menempatkan pemainnya jadi peraih gelar Golden Boot alias pencetak gol terbanyak.

    Pada Piala AFF 2000 ada nama Gendut Doni Christiawan dengan lima gol, kemudian Piala AFF 2002 ada Bambang Pamungkas dengan delapan gol, serta Ilham Jaya Kesuma dengan tujuh gol pada Piala AFF 2004.

    Keenam gol timnas Indonesia di Piala AFF 2007 dicetak Atep (2 gol), Saktiawan Sinaga (2 gol), serta masing-masing satu gol dari Ilham Jayakesuma dan Zaenal Arief. Bahkan bek timnas, Supardi Nasir, mencetak gol bunuh diri ketika menghadapi Vietnam.

    Kabar tak sedap perpecahan di dalam internal Timnas Indonesia sempat mencuat ke permukaan. Sejumlah pemain merasa Peter Withe kerap tak fair dalam memilih pemain inti. Ia cenderung memaksakan sejumlah pemain 'kesayangannya' bermain sekalipun performanya tidak memuaskan.

    Video Populer

    Foto Populer