Sukses


Duel Sengit Bhayangkara FC Vs Persebaya di BRI, Selalu Teringat Dualisme yang Luar Biasa Ruwet

Bola.com, Surabaya - Duel sengit diprediksi akan berlangsung saat Bhayangkara FC berjumpa Persebaya Surabaya. Maklum saja, keduanya kini menduduki papan atas. Mereka bakal bersua dalam pekan ke-20 BRI Liga 1 2021/2022 di Stadion I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Selasa (18/1/2022).

Bhayangkara saat ini masih menduduki posisi runner-up dengan koleksi 40 poin. Persebaya hanya satu strip di bawahnya, peringkat ketiga, dan menempel ketat dengan telah mengantongi 39 angka.

Ini jadi kali pertama buat Bhayangkara dan Persebaya bertemu dalam situasi keduanya sedang berada di tiga besar klasemen sementara. Terlepas dari posisi di klasemen, ada cerita lain yang mengiringi pertemuan ini.

Dualisme klub yang sempat menimpa Bhayangkara FC dan Persebaya dalam waktu yang cukup lama. Publik sepak nasional pasti tahu bahwa dua tim ini sempat dalam sengkarut permasalahan hak cipta.

Itu buntut dari Persebaya yang dipaksa terdegradasi dari ISL 2009/2010 yang menggemparkan sepak bola nasional.

Akibat insiden itu, manajemen Persebaya kemudian mengambil keputusan tak ingin berlaga di Divisi Utama (kasta kedua) 2010-2011. Sebagai wujud protes, mereka berkompetisi di LPI 2011 yang merupakan kompetisi tandingan ISL.

Pada momen inilah, muncul sebuah tim yang bernama serupa. Mereka menggunakan nama Persebaya DU dan mendatangkan pemain Persikubar Kutai Barat untuk menggantikan kiprah Persebaya Surabaya di bawah PT Mitra Muda Intan Berlian (MMIB).

2 dari 5 halaman

Berbuntut Panjang

Keputusan meninggalkan kompetisi resmi telah berbuntut panjang hingga dualisme. Persebaya 1927, nama yang digunakan untuk membedakan dengan Persebaya DU, masih berkompetisi di IPL pada musim 2011-2012 dan 2013. Dualisme kompetisi masih mewadahi mereka berkiprah.

Tapi, lain halnya dengan musim 2014. Persebaya 1927 telah hilang. Sebagai pengganti Persebaya DU yang naik kasta ke ISL 2014 muncul dengan menggunakan nama Persebaya Surabaya.

Dengan menggunakan hak kompetisi Persebaya 1927, Persebaya DU kemudian promosi ke ISL 2014. Pada 2015, Kemenkumham memberikan hak logo dan nama Persebaya kepada PT Persebaya Indonesia. Hal inilah yang kemudian membuat Persebaya tandingan (PT MMIB) harus berubah nama.

Selama lebih dari lima tahun dualisme, Bonek dalam kondisi gamang melihat klub idamannya tidak bertanding. PSSI pun tak mengakui.

Penantian Bonek itu akhirnya semakin jelas saat Persebaya tandingan berganti nama mulai dari Persebaya United, Bonek FC, Surabaya United, hingga Bhayangkara Surabaya United.

Klub tandingan itu tak bisa lagi memakai berbagai atribut yang identik dengan Persebaya, sampai akhirnya memakai nama Bhayangkara FC setelah saham mayoritasnya dibeli oleh Polri pada 2016 dan masih eksis hingga sekarang.

Di musim 2017, tak ada lagi cerita dualisme. Bhayangkara berhasil menjuarai Liga 1 2017, sedangkan Persebaya menjadi yang terbaik di Liga 2 2017 setelah diakui kembali sebagai anggota PSSI di awal tahun.

Musim 2018 jadi kali pertama kedua tim bertemu karena Persebaya promosi ke kasta tertinggi. Hal ini sempat melahirkan masalah baru, meski Bhayangkara sudah hijrah dari Surabaya dan memilih berkandang di Jakarta.

3 dari 5 halaman

Polemik TMS

Bhayangkara FC rupanya masih menggunakan nama Persebaya Surabaya dalam data FIFA. Fakta ini terkuak setelah mereka menggunakan akun transfer matching system (TSM) dengan nama Persebaya.

Akun TMS sangat penting bagi sebuah klub sepak bola untuk melakukan aktivitas transfer pemain asing. Tanpa itu, Persebaya jelas akan kesulitan untuk mendatangkan legiun impor, hal yang baru Persebaya saat itu karena Liga 2 melarang perekutan pemain asing.

PSSI akhirnya mengundang Persebaya dan Bhayangkara untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kedua pihak akan hadir pada Professional Football Administration Workshop Kantor PSSI, Jakarta. Bahkan ada pembahasan khusus mengenai polemik ini.

Bonek, suporter Persebaya, sampai turun tangan dan terus mendesak pengembalian akun TMS milik Persebaya. Sebagai wujud pengawalan, suporter Persebaya yang tergabung dalam Arek Bonek 1927 (AB1927) telah menuntut beberapa hal.

Pertama, mereka mendesak kepada manajemen PT Persebaya Indonesia untuk mengambil hak TMS dari BFC maksimal Rabu, 20 Desember.

Kedua, mereka menuntut PSSI dan Bhayangkara FC untuk mengembalikan TMS Persebaya maksimal Rabu, 20 Desember. Ketiga, mereka akan menggelar aksi AB1927 pada Minggu, 17 Desember di Car Free Day, Taman Bungkul, Jl. Raya Darmo, Surabaya.

4 dari 5 halaman

Bhayangkara Konvoi di Surabaya

Usai menggelar konvoi juara Liga 1 di Jakarta, Bhayangkara FC (BFC) melanjutkannya dengan konvoi di Surabaya. Hal itu tidak mengejutkan mengingat klub yang berafiliasi dengan Polri itu memiliki cikal bakal di Kota Pahlawan.

Mereka mengarak para pemain keliling Surabaya pada Senin pagi (18/12/2017). Arakan itu dimlai dari Hotel Alana, Jalur Frontage sisi barat, depan Rumah Sakit Islam, Jalan Raya Darmo Al-Falah, Basuki Rahmat menggunakan jalur kanan.

Kemudian dilanjutkan di depan Tunjungan Plaza Surabaya, Jalan Gubernur Suryo depan Gedung Grahadi, dilanjut ke Jalan Raya Panglima Sudirman, Urip Sumoharjo, Darmo hingga finis di Jalan Raya Achmad Yani, masuki ke Mapolda Jawa Timur.

Konvoi yang digelar oleh BFC yang jauh berbeda dibanding Persebaya saat menjuarai Liga 2. Kali ini, suasana Surabaya tidak sepadat kala masyarakat menyambut kedatangan Persebaya bersama trofi Liga 2.

Kedatangan peserta konvoi disambut oleh beberapa spanduk di sepanjang rute yang dilalui. Salah satu spanduk cukup ganas memberikan kritikan kepada klub asuhan Simon McMenemy itu.

“Tidak pantas Anda berkonvoi di kota kami. Bhayangkara FC, balikno  (kembalikan) TMS Persebaya,” demikian bunyi spanduk yang terletak di Jalan Darmo.

Sebab, hanya sehari sebelumnya, Minggu pagi (17/12/2017) Bonek mengadakan aksi di Taman Bungkul. Mereka menuntut Bhayangkara untuk mengembalikan TMS milik Persebaya yang selama ini mereka pakai di Liga 1.

5 dari 5 halaman

Duel Sengit Musim Ini

Status sebagai dua tim papan atas akan menambah panas pertemuan antara Bhayangkara dan Persebaya dalam waktu dekat.

Bhayangkara sendiri baru saja bangkit dengan kemenangan 3-2 atas Madura United pekan lalu (14/1/2022). Buat Persebaya, tantangannya kali tidak mudah karena Bhayangkara sedang menduduki posisi papan atas klasemen sementara.

Persebaya saat ini sedang sulit dihentikan dengan membukukan 13 laga tanpa kekalahan di BRI Liga 1. Bahkan, Persebaya sukses memetik kemenangan dalam lima laga terakhir secara berturut-turut.

Kali terakhir Bajul Ijo gagal mendulang poin terjadi saat kalah 2-3 dari PSIS Semarang (3/10/2021). Sudah empat bulan mereka tidak tertunduk melihat lawan berpesta berhasil menekuk tim arahan Aji Santoso itu.

Persebaya juga juaranya dalam urusan produktivitas gol. Mereka jadi tim yang paling banyak membobol gawang lawan, tepatnya 37 kali. Angka itu unggul 10 gol dari Arema yang berada di puncak klasemen.

Lini depan mereka memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Ada Samsul Arif yang sedang on fire. Lalu, Taisei Marukawa dan Burno Moreira juga konsisten tampil ciamik. Jangan lupakan gelandang muda Marselino Ferdinan yang selalu memberi kejutan.

Dari catatan pertemuan, kedua tim ini telah berjumpa sebanyak enam kali sejak pertama kali berhadapan pada 2018. Hasilnya, Persebaya lebih unggul dengan tiga kemenangan, berbanding hanya dua laga dimenangkan oleh Bhayangkara.

Namun, lini pertahanan Persebaya masih menjadi sorotan. Sebanyak 20 gol pernah bersarang ke gawang tim asal Kota Pahlawan tersebut. Mereka kerap kecolongan di menit-menit akhir, meski akhirnya tetap mampu mengemas tiga poin karena biasanya mencetak gol cepat.

Video Populer

Foto Populer