Sukses


Kenangan Slamet Nurcahyo, Dikejar Tukang Jagal Persebaya karena Nutmeg

Bola.com, Jakarta - Gelandang Madura United, Slamet Nurcahyo kini masuk dalam kategori pemain gaek di BRI Liga 1. Maklum, usianya sudah 39 tahun.

Pahit manis dunia sepak bola Indonesia sudah dirasakannya. Pemain yang berposisi sebagai gelandang serang ini masih mengingat sebuah kisah saat merintis karier di sepak bola profesional.

Waktu itu, Slamet Nurcahyo jadi pemain magang di Persebaya Surabaya tahun 2004 silam. Dia dibawa oleh Jacksen Tiago yang waktu itu jadi pelatih baru tim berjulukab Bajul Ijo.

Kenangan tersebut diceritakannya dalam kanal Youtube sportcast77. "Saya berasal dari Jember. Lulus SMA, ke Surabaya ikut kompetisi internal Persebaya dengan Assyabaab yang dilatih Jakcen Tiago," kata Slamet. 

"Setelah juara di internal, Jacksen ditarik Persebaya. Lalu dua pemain Assyabaab diseleksi untuk magang. Salah satunya saja,” kenangnya.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Cerita Nutmeg Khairil Anwar

Waktu itu, Persebaya dihuni banyak pemain senior dengan nama besar. Seperti Bejo Sugiantoro, Mursyid Efendi, Khairil Anwar dan lainnya.

Ternyata, Slamet Nurcahyo tidak kenal dengan nama-nama itu. Karena dia jarang melihat pertandingan sepak bola. Jangankan ke stadion, melihat pertandingan sepak bola di televisi tidak pernah.

“Yang saya tahu pemain Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto. Karena ada posternya di tabloid," kata Slamet.

"Pertama masuk (Persebaya) saya tidak tahu siapa Bejo, Uston dan lainnya. Waktu game, Pace (Khairil Anwar) saya kolongi (nutmeg). Marah dia, saya dikejar,” katanya.

 

3 dari 5 halaman

Tukang Jagal

Setelah kejadian itu, dia baru mengetahui para pemain senior Persebaya. Khairil Anwar sendiri dikenal sebagai tukang jagal tim Bajul Ijo. Baik lawan maupun kawan segan kepada pemain asal Maluku tersebut.

"Mungkin kalau sudah kenal, pertama latihan saya akan segan. Tapi karena belum kenal, saya main lepas saja,” sambungnya.

Di era merintis karier, dia mengungkapkan jika ada senioritas di setiap klub. Pemain muda yang baru promosi akan digembleng mentalnya dalam latihan.

"Dulu, kalau ada pemain muda, diterapi dulu sama pemain senior. Disleding, dihantam dalam latihan. Ada juga yang disuruh nyuci sepatu. Kalau saya tidak pernah nyuci sepatu. Karena pendiam, pemain senior mungkin jadi kasihan,” kenangnya lalu tertawa.

 

 

 

4 dari 5 halaman

Juara Tanpa Bermain

Slamet sendiri masuk Persebaya di usia 22 tahun. Namun waktu itu dia masih jadi pemain magang. Di musim pertamanya dia tak dapat kesempatan main. Karena dia belum didaftarkan di kompetisi.

Padahal waktu itu Persebaya akhirnya jadi juara Liga Indonesia 2004. Artinya, Slamet merasakan eruforia juara tapi tanpa merasakan pertandingan.

Baru di musim kedua dia didaftarkan. Sayangnya, sampai saat ini justru Slamet belum merasakan gelar juara di kasta tertinggi. Andaikan dia sudah bermain di tahun 2004, tentu karirnya sudah lengkap saat ini.

"Di Persebaya saya dikontrak 2 tahun. Musim pertama hanya menemani senior latihan saja. Istilahnya magang dan tidak didaftarkan untuk main di kompetisi," kenang Slamet. 

"Baru musim kedua saya bisa main. Kesempatan mainnya tidak banyak. Mungkin 15 menit terakhir baru masuk. Waktu itu gelandangnya ada Danilo Fernando dan Uston Nawawi,” imbuhnya.

 

5 dari 5 halaman

Sempat Gabung PSS

Setelah kontraknya berakhir, Persebaya menyodorkan perpanjangan kontrak. Tapi demi kesempatan bermain, dia rela turun ke kasta kedua membela PSS.

"Waktu itu mau diperpanjang Persebaya. Tapi saya berfikir kesempatan main sedikit. Karena masih ada Danilo, Uston dan lainnya. Bukannya saya pesimis, tapi berpikir realistis. Meski ke kasta kedua, bagi saya yang penting kesempatan main,” tegasnya.

Video Populer

Foto Populer