Bola.com, Jakarta Patrick Kluivert sudah melakoni dua laga sejak didapuk menjadi pelatih anyar Timnas Indonesia menggantikan Shin Tae-yong.
Debut eks tukang jebol Timnas Belanda, Ajax, dan Barcelona itu sangat mengecewakan. Bagaimana tidak, Indonesia secara mengejutkan dibantai 1-5 saat bertandang ke Australia.
Baca Juga
Advertisement
Padahal, pada pertemuan pertama di Jakarta tahun lalu, Shin Tae-yong mampu memaksa Australia bermain imbang tanpa gol.
Pembantaian di Sidney kontak membuat Patrick Kluivert jadi sasaran gempuran kritikan.
Berkaca dari kekalahan di markas Socceroos, Indonesia mampu bangkit dari keterpurukan dengan meraup tiga angka usai mengalahkan Bahrain 1-0 dalam matchday 8 Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Tiga angka menyalakan kembali asa Skuad Garuda untuk tampil di Piala Dunia dua tahun mendatang. Saat ini, dengan modal sembilan poin, Indonesia bercokol di posisi keempat Grup C.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Maksimalkan 2 Laga Tersisa
Indonesia diharapkan bisa memaksimalkan dua laga tersisa pada Juni mendatang, melawan China dan Jepang.
Hanya saja, banyak pihak yang menyatakan kalau kemenangan atas Bahrain kemarin karena Patrick Kluivert dan para asistennya meniru gaya permainan Shin Tae-yong.
Seperti diketahui, ketika bertandang ke Australia Jay Idzes cs. bermain dengan pola 4-3-3. Tapi, kala menjamu Bahrain, berubah menjadi 3-4-3. Bermain dengan tiga bek memang kerap disuguhkan STY.
Benarkah Patrick Kluivert meniru STY? Kesit B Handoyo, pengamat sepak bola nasional, via kanal YouTube Dua Sisi tvOneNews yang bertajuk Libas Bahrain, Kluivert Tiru STY?, mengeluarkan pandangannya.
"Kembali ke judul ya, Libas Bahrain, Kluivert Tiru STY? ya boleh-boleh saja. Tapi kalau saya sendiri sih nggak terlalu sepakat. Kenapa? Karena setiap pelatih itu kan pasti punya format berbeda-beda. Bisa juga sama. Kan begitu," katanya.
"Ketika misalnya Indonesia kalah lawan Australia. Waktu itu kan puzzle-nya nggak lengkap. Justin Hubner nggak main. Kemudian pilihannya mau tidak mau adalah dengan formasi 4-3-3 yang walaupun malah jadi mala petaka," imbuh Kesit.
Advertisement
Koreksi Total
Kekalahan dari Australia membuat tim pelatih melakukan koreksi menyeluruh. Kemenangan merupakan harga mati, terlebih karena bermain di kandang sendiri.
"Tapi kan kemudian ada koreksi. Ketika pemain sudah lengkap, Jay Idzes, kemudian juga Rizky Ridho, juga Hubner sudah bisa diturunkan kan kembali. Bagamana kemudian Kluivert menyadari bersama asistennya Alex Pastoor bahwa memang saat ini materi pemain yang paling memungkinkan untuk skema yang diturunkan oleh timnas ya memang seperti itu 3-4-3," tukas Kesit.
"Kan nggak mau juga dia mati konyol untuk kedua kalinya dengan format yang sama. Jangan-jangan justru malah babak belur menghadapi Bahrain. Beruntung juga Bahrain kemarin bermain nggak bagus."
"Bahrain main enggak bagus. Saya pikir mereka setelah juara Piala Teluk mengalahkan Oman penampilannya akan bagus. Ternyata di luar prediksi, enggak bagus."
Â
Harusnya Lebih dari 1-0
Lebih jauh jurnalis senior itu menegaskan Indonesia sebenarnya bisa menang lebih dari satu gol atas Bahrain.
"Jadi saya pikir, kalau Indonesia kemudian menang harusnya lebih dari satu gol. Jadi kalau kembali ke formasi ya, saya pikir apa yang ditampilkan Kluivert pastilah dia melihat apa yang pernah disuguhkan sebelumnya. Artinya nggak malu kok untuk melihat apa yang pernah dilakukan oleh STY."
"Tapi kalau dikatakan itu meniru, ya nggak juga. Tadi saya katakan bahwa pelatih pasti punya cara. Dia juga melihat pemain yang tersedia saat itu bagaimana. Dan ternyata memang kemarin the best. Kalau kemudian Indonesia menang atas Bahrain, ya wajar," tuntasnya.
Advertisement