Bola.com, Jakarta - Kompetisi sepak bola Eropa musim 2024/2025 tinggal sebulan lagi akan berakhir. Rumor transfer pemain dan rencana tur pramusim makin menggeliat.
Asia seperti biasanya menjadi salah satu destinasi menarik untuk tur pramusim klub-klub raksasa Eropa. Tim elite seperti Manchester United, Arsenal, AC Milan, Liverpool, Barcelona, Tottenham Hotspur, hingga Newcastle United sudah mengumumkan agenda tur ke Asia, bahkan Asia Tenggara.
Baca Juga
Advertisement
MU menjadi tim yang paling awal datang ke Asia. Klub berjulukan Setan Merah langsung terbang ke Asia hanya tiga hari setelah merampungkan kompetisi Liga Inggris 2024/2025 pada Mei mendatang. Tim besutan Ruben Amorim memilih Malaysia dan Hong Kong sebagai destinasi tur pasca-musim ini.
MU akan menghapi ASEAN All-Stars di Malaysia pada 28 Mei di Stadion Nasional Bukit Jalil Kuala Lumpur, kemudian dua hari berselang tampil di Hong Kong. AC Milan, Arsenal, dan Newcastle United juga sudah mengonfirmasi akan terbang ke Asia, tepatnya negara tetangga, Singapura, pada Juli 2025, dalam turnamen bertajuk Singapore Festival of Football. Arsenal dan AC Milan menambahkan Hong Kong ke agenda tur Asia kali ini.
Hong Kong benar-benar menjadi destinasi favorit untuk klub-klub besar pada musim panas ini. Bayangkan saja, Liverpool juga sudah mengumumkan akan terbang ke Hong Kong, serta Jepang.
Yang terakhir, Barcelona mengonfirmasi akan menjalani tur ke Jepang dan Korea Selatan, namun jadwal dan lawan yang dihadapi masih menyusul.
Ironisnya, di tengah hingar-bingar kesibukan negara-negara tetangga di Asia yang bersiap menyambut kedatangan klub-klub raksasa Eropa, Indonesia hanya menjadi penonton.
Indonesia tidak dilirik sebagai destinasi tur klub-klub besar Eropa, padahal animo sepak bola di Tanah Air sedang tinggi seiring meroketnya prestasi Timnas Indonesia. Fans klub-klub Eropa di Indonesia hanya punya dua pilihan, yaitu menonton dari layar kaca atau merogoh kocek lebih dalam untuk terbang ke negara tetangga demi bersua dengan pemain pujaan.
Klub papan atas Eropa terakhir yang menggelar tur ke Indonesia adalah AS Roma, satu dekade silam. Tim berjuluk Serigala Italia itu tidak beruji coba dengan klub Indonesia, melainkan membagi skuadnya menjadi Tim Merah dan Tim Putih. Setelah itu, Indonesia seperti terpinggirkan.
Bagaimana respons penggemar tim-tim Eropa di Indonesia menanggapi femonena ini? Berikut ini hasil wawancara Bola.com dengan beberapa fans di Indonesia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Erlangga Putra Pratama (Wakil Ketua Umum United Indonesia)
Berapa banyak anggota United Indonesia akan berangkat ke Malaysia untuk tur menyaksikan tur MU?
United Indonesia sudah bikin paket tur untuk ke Malaysia. Dari kami paketnya termasuk tiket pertandingan, hotel, transportasi hotel-stadion pulang-pergi. Kalau untuk pesawat beli sendiri-sendiri.
Target kami ada 50 orang peserta yang gabung, kami dapat tiket kategori 6 untuk tur kali ini. Untuk peserta, kami memang mendahulukan dulu member yang sudah terdaftar. Di luar member United Indonesia juga bisa ikut, namun ada biaya tambahan Rp100 ribu.
Apa menurutmu alasan MU memilih ke Malaysia daripada ke Indonesia, padahal fans di sini banyak sekali?
Isunya Indonesia di-black list, mungkin faktor keamanan karena peristiwa pada 2009. Ada isu juga karena penjualan merchandise di Indonesia jelek, banyak yang beli yang KW. Tapi enggak tahu juga apa tepatnya. Tetapi sebagai fans, pastinya kami ingin sekali MU mampir ke Indonesia juga.
Tetapi enggak masalah, kalau misalnya turnya MU dekat, di Malaysia atau Singapura. Meskipun perjuangannya lebih untuk ke sana, akan tetap berangkat.
Seandainya MU menggelar tur di Indonesia, apakah antusiasmenya bakal besar dan tiket bisa terjual habis?
Meskipun MU prestasinya lagi jelek, antusiasmenya tetap besar, pasti laku. Salah satu fans terbesar MU kan di Indonesia. Saya yakin kalau pertandingan digelar di GBK bakal sold out cepat. Ketika MU ke Singapura untuk turnamen ICC pada 2019, 70 persen penontonnya orang indonesia. Saat itu kami juga berangkat 500 orang.
Kalau MU ke Jakarta, yaki 100 persen sold out. Meskipun MU lagi terpuruk, pasti habis kok tiketnya. Bahkan mungkin enggak ada jatah buat fans negara tetangga, karena tiketnya habis buat fans di Indonesia saja.
Apa yang harusnya dilakukan pihak-pihak berwenang menyikapi fenomena klub-klub besar Eropa datang ke Asia Tenggara tetepi tidak melirik Indonesia?
Pemerintah seharusnya ikut campur masalah seperti ini. Harus itu. Konser-konser besar bisa digelar di sini, seharusnya klub-klub sepak bola besar juga bisa. Bayangkan saja jika MU ke sini, dampaknya akan sangat bagus buat Indonesia, dari segi pariwisata, UMKM, dan hotel-hotel juga akan penuh.
Kalau dibilang iri, ya pasti iri. Liverpool pernah ke sini, Chelsea juga, MU belum pernah. Kami ingin sekali melihat MU datang ke Indonesia. Pemerintah juga harus mendukung promotor-promotor yang ingin mendatangkan klub sepak bola besar ke sini. Pemerintah harus bisa meyakinkan Indonesia sudah aman.
Apa harapanmu untuk MU ke depan?
Sebelum saya meninggal, ingin melihat MU ke Indonesia. Ya, pasti pengin nonton ke Old Trafford. Tetapi, sekali-kali MU ke sini, kalau bisa main di melawan Timnas Indonesia.
Advertisement
Theresia Ruth Simanjuntak (Fan Manchester United)
Sebagai fans MU di Indonesia, bagaimana perasaanmu melihat mereka cuma ke Malaysia dan tidak ke Indonesia padahal fans di sini juga banyak?
Sebenarnya disayangkan juga, karena tidak mungkin MU enggak tahu fanatisme fans di Indonesia. Tetapi, karena paham bahwa sejak awal tur itu adalah bisnis buat klub-klub seperti MU, pastinya ada pertimbangan bisnis yang membuat MU masih belum bersedia ke Indonesia
Fans di Indonesia kan sudah lama sekali menunggu MU datang ke Indonesia, menurutmu kenapa mereka tidak kunjung datang ke Indonesia?
Saya sempat mendengar isu bahwa MU belum berniat ke Indonesia karena tidak ada official fanbase di Indonesia. Saya pernah mencocokkan dengan negara-negara tujuan tur mereka selama ini. Sepertinya isu itu ada benarnya
Kamu kan sudah beli tiket tur MU di Malaysia, menurutmu harganya terjangkau atau tidak? Kira-kira kalau digelar di Jakarta dengan harga seperti itu bagaimana?
Menurut saya harganya terjangkau, kisaran harga tiket variatif dari yang mahal hingga yang sangat murah. Saya pribadi kaget karena jika dibandingkan dengan harga tiket ketika MU hampir ke Indonesia pada 2009 ditambah dengan inflasi, harganya tidak jauh beda.
Kalau di Jakarta saya rasa akan lebih mahal mempertimbangkan harga sewa stadion di Jakarta yang miliaran. Contohnya, Timnas Indonesia saja saat friendly match vs Argentina harga tiketnya tidak ada yang 100 ribu serperti harga kategori termurah tur MU di Kuala Lumpur.
Mengapa tetap memutuskan nonton, meskipun harus jauh-jauh ke Malaysia, beli tiket pesawat, penginapan dan lain-lain?
Kayaknya saya dihipnotis haha. Tanggal pertandingannya tepat di hari saya berulang tahun, jadi rasanya spesial sekali bisa nonton tim kesayangan saya di hari ulang tahun. Semoga jadi kado spesial buat saya
Harapanmu sebagai fans MU untuk tur-tur ke depan seperti apa?
Selain tentunya MU bisa tur di Indonesia, saya harap MU bisa adakan acara spesial untuk para penggemar di rangkaian tur. Jadi tidak sekadar nonton pertandingan, tapi ada sesi meet & greet atau sejenisnya sebagai bentuk penebusan dosa atas prestasi kurang oke beberapa tahun terakhir haha. Intinya, rangkaian acara tur yang tidak sekadar pertandingan saja
Rifky Kahfi Abdallah (Humas Milanisti Indonesia)
AC Milan akan datang ke Singapura untuk tur pramusim 2025/2026, bagaimana antusiasme fans Rossoneri di Indonesia untuk nonton ke sana?
Antusiamenya untuk ke sana luar biasa. Apalagi AC Milan yang tim utama terakhir ke Indonesia 1994, setelah itu Milan Glory yang pertama 2011, dan yang terakhir Milan Glory kedua 2013. Sudah lama sekali. Sekarang ada kesempatan lagi AC Milan ke Singapura, kebetulan juga ada agenda gathering nasional di Batam.
Gathering Nasional harusnya Agustus, akhirnya dimajuin menjadi juli, Jadi rencananya AC milan datang ke Singapura pada 23 Juli, gathering kami 25-27 Juli. Kami akan bikin paket tur, banyak yang sudah tanya-tanya, tetapi belum ada angka pastinya.
Rencananya yang akan ikut gathering 500 orang. Nah, kami akan bikin tiga skema paket. Yang pertama paket untuk yang nonton AC Milan saja, kemudian yang kedua nonton AC Milan sekaligus ikut gathering, sedangkan yang ketiga ikut gathering saja. Nanti juga ada diarahin jalan-jalan di Singapura.
Sejauh ini sudah banyak yang tanya untuk tur Milan ke Singapura, karena kan harus pakai paspor ke sana, makanya banyak yang tanya. Kami ingin memaksimalkan tur ini, karena kan dekat di Singapura dan belum tentu AC Milan datang ke Jakarta dalam waktu dekat.
Jika AC Milan tur ke Indonesia, apakah yakin akan ramai antuasiame yang nonton?
Saya yakin ramai. Dulu Milan Glory di Jakarta, yang terdiri dari para legend, penontonnya 40 ribu. Jadi, kalau misal Milan datang ke Indonesia. Kami juga sempat mengorek info dari manajemen AC Milan, katanya mau mengumumkan satu negara lagi, tetapi kami yakin 100 persen bukan Indonesia. Infonya, biaya untuk mendatangkan AC Milan ini ke Indonesia sekitar 3 juta euro (Rp57,4 miliar).
Bagaimana tanggapan soal fenomena klub-klub besar Eropa tur ke Asia Tenggara, tetapi Indonesia cuma jadi penonton? Apa yang harus dilakukan pihak-pihak di Indonesia supaya ke depan klub-klub tersebut juga mampir?
Dulu kan sebenarnya ramai klub-klub besar datang ke Indonesia pada periode 2012-2013, kita sudah lama sekali enggak ada. Pemerintah kita kalah dengan Singapura, seperti yang terjadi untuk konser Taylor Swift. Saya rasa perlu peran pemerintah seperti Kementerian Pariwisata, kemudian PSSI supaya klub-klub tersebut mau datang ke Indonesia. Banyak klub besar yang belum pernah ke Indonesia juga seperti Real Madrid dan Barcelona, kalau mereka datang pasti ramai sih.
Apa harapan untuk ke depan terkait femonena klub-klub yang tidak melirik Indonesia ini?
Pokoknya pemerintah Indonesia jangan mau kalah dari Singapura, atau Malaysia. Lihat saja Singapura, mereka kencang mengeluarkan budget untuk event-event seperti itu, kita juga harus melakukan hal serupa, entah itu dari Kementerian Pariwisata atau yang lain-lain. Jangan mau kalah dengan negara tetangga.
Ini berlaku bukan hanya di sepak bola, tetapi juga untuk konser-konser musik internasional yang juga butuh dukungan pemerintah yang besar.
Advertisement
Muhammad Arif Rahman (Fans Newcastle United dan Managing Director of Whatravel Indonesia)
MU memilih datang ke Malaysia untuk tur pasca-musim ini. Whatravel bikin paket juga untur pertandingan ini. Seberapa besar antusiasme orang Indonesia untuk nonton langsung ke MU tur ke Malaysia? Apakah nanti rencana bikin paket travel juga buat pertandingan AC Milan, Arsenal, dan Newcastle United di Singapura untuk sekalian nonton klub favorit?
Ya, kami bikin tur ke Malaysia untuk nonton MU, sementara 20 pack dulu sudah sold out. Kami sudah buka batch kedua, kemungkinan 10 atau 20 lagi, terdiri dari tiket nonton, menginap di hotel dekat tempat pemain MU menginap, ini masih rahasia hotelnya apa, ada jemputan ke bandara, dan jemputan ke stadion.
Kalau tiket pesawat kami bebaskan, mau beli tiket pesawat apa saja, karena kan kadang-kadang peserta itu preferensi pesawatnya beda-beda. AC Milan, Arsenal, dan Newcastle, kami ingin buka juga, masih nunggu kapan tiket dibuka, infonya untuk presales tanggal 21 April, sementara general sales tanggal 25 April.
Kami masih menunggu bagaimana mekanisme beli tiketnya, yang pasti kami akan buka juga. Aku juga mau nonton ke sana, lumayan kan mumpung Newcastle dekat, dulu sempat di Australia yang pas ada tragedi fans ada kecelakaan pesawat dan itu belum sempat nonton. Ini mumpung ke Singapura, penginnya nonton.
Menurut pendapatmu, jika pertandingan MU, atau AC Milan Vs Arsenal, digelar di Indonesia, yakin bisa sold out enggak?
Yakin sih di sini pasti sold out, apalagi kalau pertandingannya big match dan banyak fansnya, yang legenda-legenda saja dulu ramai, apalagi kalau tim inti yang bertanding. Pasti sold out sepanjang ada kategori tiket juga masuk akal harganya, jangan kemahalan, karena di Indonesia promotor suka mahal jualnya. Kalau ada yang terjangkau, misal paling murahnya Rp500 ribu, pasti laku sih.
Sebagai fans sepak bola dan Newcastle khususnya, bagaimana kamu melihat fenomena tim-tim besar Eropa datang ke Asia Tenggara, tetapi seperti mengabaikan Indonesia?
Sebagai orang Indonesia, ini dua sisi sebenarnya. Tahun ini sedih mereka enggak mampir ke Indonesia, tetapi mungkin sisi yang lain ini lebih ke ragu apakah Indonesia siap untuk menyelenggarakan pertandingan sepak bola, karena kita masih ada case yang tragedi sepak bola di Indonesia itu juga mungkin belum terselesaikan 100 persen.
Mungkin publik juga belum percaya sepenuhnya dengan penyelenggara sepak bola. Pasti klub-klub besar itu ada pertimbangan sendiri untuk mampir ke sebuah negara.
Pertimbangan mereka pasti dari sisi keamanan, mungkin Indonesia belum aman untuk menyelenggarakan pertandingan sepak bola tersebut. Sisi kenyamanan penonton, akses ke stadionnya yang susah dan transport ke stadionnya, jadi mereka mungkin belum menggelarnya di sini. Mungkin kalau di GBK enak, kalau di JIS agak susah transportasinya, mungkin jadi pertimbangan mereka.
Apa yang harus dilakukan pihak-pihak di Indonesia supaya ke depan klub-klub besar Eropa kembali tertarik datang ke Indonesia?
Yang pertama lebih ke stabilitas negaranya dulu sebenarnya. Jadi kalau negaranya nyaman, enggak ada konflik nih, misalnya enggak ada kerusuhan sepak bola dalam satu atau dua tahun terakhir, mungkin dinilai aman untuk klub-klub itu datang ke Indonesia. Sebenarnya dari internal dulu kita dibenahi, terus mungkin dari liganya juga kita beresin, sekarang animo penonton berkurang, stadion pada sepi, dan enggak tahu ada yang bilang ada pengaturan skor dan sebagainya, itu masih belum benar di Indonesia.
Kalau bisa diberesi dulu dari penyelenggara liganya, mungkin PSSI. Kemudian dari pihak-pihak yang terkait, seperti pihak keamanan, promotornya harus beneran yang kredibel dan juga bisa menjamin keamanan dan kenyamanan para pemain ketika di Indonesia.
Klub-klub besar datang bawa pemain-pemain megabintang mereka dan kalau pemain itu tidak diperlakukan dengan baik, mungkin jadi pertimbangan klub-klub itu untuk datang. Kalau di kita sudah siap dan sudah beres dengan semuanya, keamanan dan kenyamanam, prosedural juga sudah rampung, seharusnya tinggal nunggu waktu mereka bisa datang ke Indonesia