Sukses


Tottenham Hotspur Sukses Menggasak Manchester City, Jose Mourinho Anda Jangan Senang Dulu!

Bola.com, London - Jose Mourinho membuktikan kalau ia layak ada di jajaran pelatih elite dunia usai klub asuhannya Tottenham Hotspur menggasak Manchester City 2-0 pada Senin (3/2/2020) dini hari WIB. Namun, usai laga gestur muka manajer asal Portugal itu terlihat kurang bahagia dengan sukses ini. Ya, ia tahu benar bahwa banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan di Spurs. Kemenangan hanya langkah awal reformasi yang dibawa Jose ke London Utara.

Performa Spurs memiliki banyak lubang walau menang atas City. Kemenangan mereka sepenuhnya karena kerapuhan kubu lawan usai mereka bermain 10 orang.

Manchester City kehilangan setengah lusin peluang bagus, dan beberapa di antaranya semestinya berbuah gol namun karena sebuah kesialan mereka tak mampu membobol gawang Hugo Lloris.

Dalam dua pertandingan mereka melawan City musim ini, Tottenham Hotspur mencetak empat kali dari enam kali kesempatan melakukan shoot on target, mereka meraup empat poin di laga tandang dan kandang. Dalam istilah sepakbola, itu berjalan di antara tetesan air hujan.

Pada pertemuan terakhir akhir pekan lalu, Sergio Aguero melewatkan dua peluang yang mestinya berbuah gol. Ilkay Gundogan, yang biasanya jagoan dalam urusan penalti mendadak jadi pesakitan. Ada yang salah dalam laga ini, terutama saat kita melihat perbandingan statistik. Citizens unggul segalanya dari tim tuan rumah, namun mereka pulang dengan kekalahan.

Video

2 dari 3 halaman

Permainan Masih Rapuh

Tottenham masih menempuh jalan panjang untuk menjadi tim yang diidamkan Jose Mourinho.

Pertahanan mereka masih terlihat rapuh. Lini tengah mereka tidak menyajikan perlindungan yang cukup bagi poros belakang. Dan cedera yang menimpa Harry Kane telah meninggalkan masalah serangan tanpa poros.

Namun sisi baiknya pada laga melawan Manchester City, Spurs menunjukkan sebuah nilai sederhana. Dalam kondisi tak ideal mereka menunjukkan sebuah ikatan kuat.

Fokus adalah salah satu faktor yang tidak dapat ditentukan dalam sepak bola, seperti sebuah komitmen. Elemen ini terasa kental di Spurs. Rekor kebobolan mereka menunjukkan kalau para pemain belum bisa menjalin koordinasi dengan baik. Kesalahan-kesalahan kecil seperti misalnya salah mengoper atau membuang bila kerap terjadi.

Secara individual, momen seperti itu biasa terjadi. Tetapi situasinya berbeda jika dilakukan secara bersama-sama sebagai sebuah tim. Mereka mempertontonkan kelemahan yang hampir selalu terekspos sepanjang 90 menit pertandingan.

"Saya melihat tim belum bermain seperti yang diinginkan Jose. Lihat bagaimana pertahanan mereka begitu mudah dibobol lawan. Mereka sedang berproses. Saya yakin Jose bisa merubah tim ini," kata Graeme Souness pundit ternama Inggris dalam sesi diskusi di Sky Sports.

Laga melawan Man City pertandingan pertama setelah penjualan Christian Eriksen ke Inter Milan. Pemain andalan Tottenham Hotspur lainnya, Danny Rose juga pindah ke Newcastle.

3 dari 3 halaman

Lebih Baik Tanpa Eriksen dan Rose

Ternyata kepergian mereka malah membuat performa tim membaik. Saat melawan Manchester City para pemain menunjukkan diri mereka sebagai tim yang lebih sehat. Mereka punya tujuan yang sama sebagai sebuah tim.

Tanpa kenal lelah, penggawa Spurs berlari menutup ruang gerak lawan sepanjang laga.

Para pemain terlihat lebih fokus menyimak instruksi Mourinho dan asistennya Joao Sacramento yang terlihat amat detail dalam memberi instruksi. Satu hal yang terlihat pada laga minggu: para pemain Tottenham Hotspur tampil kolektif.

Mereka bermain dengan satu tujuan yang sama, hal yang tak terjadi sebelumnya di mana mereka terganggu konsentrasinya karena ada sejumlah pemain tak lagi memiliki hati bermain untuk klub.

Jose pun bisa merasakan atmosfer kekompakan tim asuhannya. "Kami menghadapi periode sulit. Pemain silih berganti cedera, kami tidak pernah tampil dalam kondisi ideal. Tapi tak masalah, yang terpenting tim ini solid, kami bersama-sama melaluinya secara bersama. Tidak ada yang saling menyalahkan," kata The Special One.

Secara terang-terangan nakhoda asal Portugal itu belum berani bicara peluang timnya bisa ada di posisi big four Premier League pada akhir musim nanti. "Fokus kami pertandingan per pertandingan. Persaingan di zona ini sangat berat, Anda menang dua kali, kemudian bisa berada di atas, namun situasi berubah ketika Anda mengalami kekalahan beruntun. Jarak poin amat rapat," katanya.

 Apakah hal-hal kecil ini terjadi jika kimia dasar tim tidak menyatu? Apakah pemain berperilaku dengan cara yang sama jika mereka tahu bahwa ada transien di antara mereka yang pada akhirnya akan mengecewakan mereka? Kemungkinan besar tidak. Atau setidaknya tidak dengan keandalan yang cukup, yang mungkin mengapa para pelatih menekankan kesatuan. Hal itu yang tak bisa dikendalikan Mauricio Pochettino di masa-masa akhir tugasnya.

Sumber: FourFourTwo, Sky Sports

Video Populer

Foto Populer