Sukses


5 Wonderkid yang Terkubur di Persaingan Panas Liga Inggris Musim Ini

Bola.com, Jakarta - Liga Inggris 2020-21 menjadi musim yang bagus bagi para pemain muda. Sosok pemain-pemain belia seperti Emile Smith Rowe, James Justin, dan Phil Foden tampil memesona bersama klubnya.

Sayang, Premier League musim ini juga jadi mimpi buruk bagi sejumlah wonderkid. Sejumlah pemain muda kesulitan menunjukkan kinerja ciamik.  Padahal, mereka memiliki talenta yang luar biasa.

Berikut lima pemain muda yang stagnan selama  Liga Inggris 2020-21.

Video

2 dari 6 halaman

Rhian Brewster

Dianggap sebagai salah satu prospek terpanas dalam sepak bola Inggris setelah mencetak delapan gol untuk Timnas Inggris U-17 dalam kemenangan Piala Dunia 2017, rasanya hanya masalah waktu sebelum Rhian Brewster menjadi bintang Premier League.

Cedera membatasi perkembangannya di Liverpool. Tetapi kualitasnya jelas tak bisa dibilang buruk. Di musim 2018-2019 sang pemain pergi ke Swansea City dengan status pinjaman, ia mencetak 10 gol yang mengesankan dalam 20 penampilan di EFL.

Namun, alih-alih bisa menjadi opsi serep lini depan, Liverpool memutuskan untuk membiarkannya pindah di musim panas. Brewster pindah ke sesama klub Premier League Sheffield United pada bulan Oktober dengan banderol £ 23,5 juta.

Harganya adalah rekor klub untuk Blades, dan banyak orang merasa transfer ini akan sangat berguna bagi klub yang mengawali kompetisi dengan raihan tiga kekalahan beruntun.

Namun, Brewster tidak membuat dampak seperti yang diharapkan sebagian besar pengamat. Dia begitu cepat keluar dari susunan pemain utama Blades. Sejauh ini Rhian tampil di 17 laga dan belum mencetak gol pertamanya untuk klub. Kinerja Sheffield United secara makro yang buruk berdampak negatif pada perkembangan Brewster.

3 dari 6 halaman

Brandon Williams

Sejumlah pemain muda telah berhasil menembus skuat inti Manchester United dalam beberapa tahun terakhir. Sebut saja Marcus Rashford, Mason Greenwood, dan Scott McTominay. Dan di musim 2019-2020, sepertinya Brandon Williams akan bergabung dalam daftar itu.

Bek kiri masuk ke tim utama United pada akhir tahun 2019 dan tampaknya semakin kuat di bawah Ole Gunnar Solskjaer. Ia menyisihkan Luke Shaw yang lebih tua dan matang pengalaman.

Beberapa penggemar bahkan menganggap Williams bakal masuk skuat Inggris di Piala Eropa 2020.

Namun, untuk alasan yang hanya diketahui oleh Solskjaer dan United, Williams  (yang kini berusia 20 tahun) amat jarang diturunkan musim ini.

Dia membuat 25 penampilan musim lalu, termasuk 11 pertandingan Premier League. Musim ini, bagaimanapun, dia hanya tampil lima kali, sebagian besar sebagai pemain pengganti. Faktanya, dia sudah tidak tampil sejak United menang di Piala FA atas Watford pada 9 Januari.

Dengan Shaw yang sekarang kian menanjak performanya, dan kedatangan pemain baru Alex Telles, sosok Williams kesulitan bersaing di pos kiri pertahanan United.

 

4 dari 6 halaman

Grady Diangana

Ketika West Brom promosi ke Premier League musim panas lalu, sejak awal klub satu ini diyakini bakal kesulitan bersaing di level elite.

Namun, banyak pengamat merasa kehadiran dua penyerang luar biasa Matheus Pereira dan Grady Diangana bisa memberi mereka peluang bagus untuk bertahan hidup.

Ramalan itu terbukti buat sosok Pereira. Ia telah menyumbang lima gol dan tiga assist. Sayangnya hal ini tidak berlaku untuk Diangana, yang mengakhiri musim 2019-2020 dengan delapan gol dan enam assist.

Mempertimbangkan kemarahan fans West Ham United ketika penyerang itu dijual ke West Brom pada musim panas, sulit untuk tidak kecewa dengan hasil karyanya selama musim ini.

Diangana memulai dengan cukup baik, mencetak gol Premier League pertamanya di pertandingan kedua saat timnya kalah 2-5 dari Everton. Tapi dia gagal mencetak gol sejak itu dan juga belum mencatatkan satu assist pun.

Dan yang lebih mengkhawatirkan, Diangana hampir tidak terlibat di skuat inti sejak manajer baru Sam Allardyce tiba di klub pada akhir Desember.

Tentu, cedera hamstring membuatnya absen dari beberapa pertandingan, tetapi dengan 'Big Sam' ingin memainkan permainan yang lebih defensif, mungkin sulit baginya untuk kembali ke starting XI.

5 dari 6 halaman

Dwight McNeil

Burnley saat ini duduk di urutan ke-16 dalam klasemen Premier League, hanya berjarak delapan poin dari zona degradasi, hanya tim terbawah Sheffield United yang mencetak lebih sedikit gol daripada 13 yang dihasilkan oleh tim asuhan Sean Dyche.

Buruknya kinerja mereka musim ini bisa disebabkan oleh stagnasi pemain sayap Dwight McNeil. Pemain berusia 21 tahun yang mencuat di Liga Inggris 2018-2019, terlihat kehilangan kesaktian.

Statistik tampaknya juga mendukung stagnasi McNeil. Musim lalu dia bermain di setiap pertandingan Premier League untuk Burnley, dan dia mencetak dua gol plus enam assist, terbanyak dari semua pemain di skuad Sean Dyche.

Musim ini, meskipun, McNeil hanya mencetak satu gol plus dua assist, meski tampil dalam 18 dari 20 pertandingan Clarets.

Mungkin saja kinerjanya melempem karena terlalu sering bermain. Burnley tak punya stok pemain bagus di lini depan.

 

6 dari 6 halaman

Reiss Nelson

Sejak Mikel Arteta menjadi manajer Arsenal pada Desember 2019, produk akademi The Gunners diberi banyak peluang untuk bersinar.

Bukayo Saka dan Emile Smith Rowe, terbukti mampu memberikan pengaruh besar di Liga Inggris.

Namun, salah satu youngster The Gunners tampak mandek. Ia sosok winger, Reiss Nelson.

Pemain berusia 21 tahun itu menjalani musim yang sukses dengan status pinjaman di Hoffenheim pada musim 2018-2019, dengan mencetak tujuh gol Bundesliga. Dan meskipun kepulangannya ke Emirates musim lalu tidak sesukses itu, ia tampil mengesankan dalam penampilannya setelah Premier League dimulai kembali di masa pandemi corona.

Musim ini, Nelson hanya tampil di dua pertandingan Liga Inggris, mengumpulkan total hanya 70 menit di lapangan.

Dia telah tampil dalam empat pertandingan Liga Europa, mencetak satu gol, tetapi belum cukup menunjukkan kemampuan terbaiknya untuk masuk ke starting XI Arteta.

Sumber: Sportskeeda

Video Populer

Foto Populer