Bola.com, Jakarta - Ruang ganti dalam sepak bola Inggris—tempat suci yang selama ini hanya dihuni oleh suara pengering rambut saat jeda, diagram taktik, dan secangkir teh panas—telah lama menjadi batas terakhir privasi dalam olahraga ini.
Namun, kini, Premier League sedang menggodok rencana yang bakal membuka pintu ruang ganti lebar-lebar untuk sorotan kamera televisi, sebuah langkah yang bahkan bisa membuat industri olahraga Amerika mengernyit.
Advertisement
Mulai musim depan, rencana ini bisa dijalankan jika disetujui oleh minimal 14 klub—sesuai aturan Premier League.
Jika disahkan, klub-klub akan diwajibkan memberikan akses kamera ke ruang ganti, mengizinkan wawancara pemain saat jeda pertandingan, bahkan menarik pemain yang baru diganti untuk sesi tanya-jawab singkat di tengah laga.
Berita Video, detik-detik Surabaya Samator berhasil mengunci tempat ketiga di PLN Mobile Proliga 2025
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ide dan Penolakan
Usulan ini berasal dari dua pemegang hak siar besar, Sky Sports dan TNT Sports, yang tampaknya merasa tidak mendapat cukup 'hasil' dari kontrak siaran empat tahun senilai 6,7 miliar paun yang baru saja mereka tandatangani.
Beberapa klub Premier League merespons dengan sikap terbuka terhadap pendekatan ini, tetapi tidak demikian dengan "Enam Besar" yang dikenal protektif—Manchester United, Chelsea, Manchester City, Arsenal, Liverpool, dan, Tottenham Hotspur.
Bagi mereka, mengapa harus menyerahkan konten berharga kepada pihak luar jika bisa dimonetisasi sendiri melalui kanal digital internal yang rapi dan dikemas apik?
Advertisement
Penurunan Nilai Siaran Domestik
Namun, para petinggi Premier League melihat tren penurunan nilai siaran domestik sebagai sinyal yang tak bisa diabaikan. Nilai yang dibayarkan per pertandingan kini turun menjadi 6,2 juta paun, padahal pada periode 2016–2019 sempat menyentuh angka 10,19 juta paun per laga.
Kendati hak siar internasional masih menjanjikan, broadcasters domestik kini menuntut "imbalan" lebih atas investasi besar mereka.
Lihat saja kasus di Prancis, di mana DAZN membeli hak siar Ligue 1, lalu kecewa berat ketika klub-klub enggan memenuhi permintaan mereka soal konten eksklusif.
Sky berencana menayangkan sedikitnya 215 pertandingan Premier League secara langsung musim depan, dan mereka ingin memberikan "nilai lebih" kepada pelanggan yang harus merogoh kocek 31,50 paun per bulan.
Dalam konteks inilah, siaran yang lebih dekat dan personal jadi barang dagangan baru.
Satu Perubahan Pasti
Satu perubahan yang sudah dipastikan akan diterapkan adalah kehadiran operator Steadicam di tengah selebrasi gol karena tak ada yang lebih "otentik" dari momen kegembiraan para pemain, selain risiko tersandung kamera saat memeluk rekan setim.
Seluruh usulan yang mengikis batas privasi ini akan dibahas dalam Rapat Umum Tahunan Premier League pada bulan Juni mendatang, di mana para eksekutif klub akan menentukan: apakah tambahan uang sepadan dengan intrusi yang harus ditanggung.
Advertisement
Perbandingan dengan Olahraga di Amerika
Di sisi lain Atlantik, olahraga Amerika sejak lama telah menyerahkan diri kepada dewa penyiaran dengan cara yang mungkin membuat puritan sepak bola Eropa pingsan.
Di NFL, pelatih memakai mikrofon saat pertandingan berlangsung. Di NBA, ruang ganti sudah menjadi properti tetap televisi. Di MLB, wawancara dengan pemain di dalam dugout bisa terjadi di tengah-tengah pertandingan.
Namun, ada perbedaan mendasar: olahraga di Amerika Serikat memang sejak awal dibangun dengan televisi sebagai bagian integralnya—seperti jeda TV di NFL yang secara literal dirancang untuk kebutuhan iklan.
Sebaliknya, Premier League kini mencoba memodifikasi tradisi olahraga berusia ratusan tahun agar sesuai dengan tuntutan industri hiburan modern.
Seperti biasa, semua ini pada akhirnya akan ditentukan oleh satu hal: uang.
Sumber: Inside World Football