Sukses


Stephen Curry, Bintang NBA yang Rendah Hati

Bola.com, Oakland - Bagi seseorang yang dua kali menjadi MVP, pebasket favorit brand, dan bintang di tim yang kini paling bersinar di kancah basket, Stephen Curry masih rendah hati, membumi, dan mudah disentuh. Semua itu tak lepas dari didikan yang didapatnya di rumah dan juga sekolah. Di sekolahnya, Charlotte Christian, Curry hanya pelajar biasa, yang kemudian berkembang karena memiliki jump shot menawan.

John Wilner dari Bay Area News Group meneliti bagaimana itu semua terjadi di sekolah dan bagaimana Curry tetap rendah hati.

Di kantor SMA yang berjarak 3.000 mil dari Oracle Arena, Shonn Brown dan Chard Fair mengawali percakapan dengan membahas kondisi terkini Curry. Pembicaraan mereka juga dengan cepat berganti arah.

"Apakah akhir-akhir ini kamu berbicara dengannya?"

"Bagaimana arah pemikirannya?"

"Gaya rambutnya sesuatu yang berbeda."

Segala komentar fisik tentang Curry tersebut bisa dipahami. Fair dan Brown sudah mengenalnya jauh sebelum Curry menjadi bintang seperti sekarang.

Brown adalah pelatih basket Curry di Sekolah Charlotte Christian. Adapun Fair mengajar di kelas produksi film yang pernah diikuti Curry.

Bersama dengan Bob McKillop, yang melatih Curry selama tiga musim di Davidson College, mereka bisa disebut sebagai bagian lingkar dalam Curry. Mereka selalu siap mendengar atau memberi saran, menjaga privasinya, dan memegang kepercayaan yang diberikan Curry.

Mereka semua menjadi sosok penting di balik gairah Curry untuk tetap fokus, percaya diri, dan rendah hati. Mereka juga punya peran penting sebelum Stephen Curry sefenomenal sekarang.

2 dari 2 halaman

Permainan Sepanjang Hidup Curry

"Mereka semua membentuk saya," kata Curry setelah sesi latihan baru-baru ini.

"Saya mengambil sebagian dari karakteristik mereka dan menambahkannya ke dalam diri saya. Anda bisa saja menghilang pada hari demi hari di liga ini dan dalam drama dan ekspekstasi untuk tampil bagus. Ini seperti sebuah gelembung. Mereka memberi saya prespektif yang segar," urai Stephen Curry.

Saat ditanya tentang pengaruh teranyar Brown dalam hidupnya, Curry langsung menundukkan kepala.

"Dia melihat saya ketika masih berusia 14, 16, 18 tahun, dan itu merupakan tahun-tahun yang menarik," kata Curry membeberkan kehidupan sebagai seorang remaja. "Tapi, dia menunjukkan visi yang bisa terus saya terapkan dalam hidup, bukan hanya di basket."

Saat di sekolah, Curry punya skill memadai untuk bermain di tim utama Charlotte Christian. Namun, Brown memveto ide tersebut dan menempatkan Curry di tim junior atau JV.

Brown, tampaknya memainkan gim yang panjang, permainan sepanjang hidup. "Kami ingin dia bermain di JV, sehingga pada tahun berikutnya dia sudah siap. Itu bakal membuat proses transisinya mudah, jadi dia bisa mengembangkan kepercayaan diri untuk memimpin tim," kata Brown.

"Jika dia langsung di level senior (sebagai pemain baru), dia akan mendapat menit di sini dan di sana. Tapi, apa bagusnya seperti itu? Kami membimbingnya untuk punya peran besar di sana pada saatnya."

"Kami berbicara banyak tentang warisan yang akan dia tinggalkan untuk Charlotte Christian. Kami berbicara tentang menjadi seorang pria. Kami menyebutnya penyelamatan dan pengorbanan. Sekarang, Anda bisa melihat bagaimana dia berkorban untuk Warriors, bagaimana dia mengatur hidupnya," urai Brown.

Mereka masih sering berbincang, Curry dan Brown. Mereka berbincang, saling berkirim pesan, dan bertemu ketika Curry mengunjungi Charlotte pada pertandingan NBA atau Brown menyambangi kamp basket musim panas Curry.

"Saya ingat pernah bilang kepadanya bahwa saya mengapresiasinya karena membiarkan saya bekerja di kamp miliknya," kata Brown.

"Dia kemudian memandang saya dengan lucu dan berkata, 'Anda pelatih Brown. Anda pelatih saya, Brown'."

Seperti Fair dan McKillop, Brown tak pernah meminta apapun dari Stephen Curry. Ketiganya, serta keluarga dan teman dekat Curry, bertekad menjaga sang bintang tetap bersinar dan berpijak ke bumi.

Video Populer

Foto Populer