Sukses


Thailand-Kamboja Siap Teken Deklarasi Damai di KTT ASEAN, Tegaskan 4 Poin Penting tanpa Bentuk Perjanjian Resmi

Deklarasi Damai Thailand Kamboja, bukan perjanjian, tetapi penegasan empat poin krusial di KTT ASEAN.

Bola.com, Jakarta - Thailand dan Kamboja akan menandatangani sebuah deklarasi bersama yang menjadi simbol penting dalam pemulihan hubungan kedua negara.

Penandatanganan dokumen ini dijadwalkan berlangsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Malaysia, menandai langkah besar menuju de-eskalasi dan normalisasi hubungan pascakonflik perbatasan yang sempat memanas.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikondet Phalangkun, menjelaskan bahwa meski publik kerap menyebutnya sebagai "perjanjian damai", dokumen tersebut sejatinya bukan sebuah perjanjian formal.

"Deklarasi ini lebih merupakan penegasan atas empat kesepakatan penting yang telah dicapai sebelumnya oleh kedua negara. Penandatanganan hanya akan dilakukan setelah keempat poin itu benar-benar terpenuhi," ujar Nikondet.

Langkah diplomatik ini merupakan hasil dari serangkaian pembicaraan intensif yang digelar setelah pecahnya bentrokan bersenjata di perbatasan pada 24 Juli lalu.

Insiden itu melibatkan baku tembak artileri dan serangan udara yang menimbulkan kekhawatiran internasional.

Dalam KTT ASEAN mendatang, kehadiran Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, diharapkan dapat memperkuat legitimasi dan pengawasan atas proses perdamaian tersebut.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Empat Poin Kunci Deklarasi Damai

Deklarasi yang akan diteken oleh Thailand dan Kamboja berfokus pada empat kesepakatan utama untuk memperkuat stabilitas kawasan dan memperbaiki hubungan bilateral.

Kesepakatan ini dirancang melalui koordinasi Komisi Bersama Penentuan Batas Wilayah Darat yang dipimpin langsung oleh Menteri Pertahanan kedua negara.

Satu di antara poin utama dalam deklarasi tersebut adalah penarikan seluruh senjata berat dari area perbatasan yang menjadi titik sengketa. Kedua pihak juga sepakat menjalankan operasi bersama untuk membersihkan ranjau darat di kawasan tersebut guna menjamin keselamatan warga sipil.

Selain itu, deklarasi menyoroti kerja sama lintas batas untuk memberantas kejahatan transnasional. Fokus utamanya adalah menindak jaringan call center ilegal yang sering menimbulkan keresahan di kedua negara.

Penyelesaian terhadap segmen perbatasan yang belum memiliki penanda jelas juga termasuk prioritas utama agar konflik serupa tidak terulang di masa depan.

Kendati ada keterlibatan pihak ketiga dalam proses diplomasi ini, Thailand menegaskan bahwa kesepakatan tersebut tetap bersifat bilateral. Perwakilan dari Amerika Serikat dan Malaysia hadir hanya sebagai mediator dan saksi, bukan sebagai penjamin perjanjian.

3 dari 4 halaman

Dukungan Internasional dan Peran Mediator

Keterlibatan mediator internasional menjadi elemen penting dalam proses damai ini. Amerika Serikat dan Malaysia, yang saat ini memegang presidensi ASEAN 2025, aktif mendukung dialog antara kedua negara.

Sebelumnya, para perwakilan dari kedua negara tersebut telah hadir dalam pertemuan bilateral di New York saat Sidang Majelis Umum PBB serta dalam pertemuan lanjutan di Kuala Lumpur.

Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim disebut memainkan peran signifikan dalam mendorong tercapainya gencatan senjata antara pasukan Thailand dan Kamboja pada Juli 2025.

Kehadiran keduanya di KTT ASEAN diyakini akan memberikan dorongan politik dan legitimasi internasional yang kuat terhadap deklarasi tersebut.

4 dari 4 halaman

Dari Konflik Bersenjata Menuju Rekonsiliasi

Perselisihan perbatasan Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama beberapa dekade, meninggalkan luka diplomatik yang panjang.

Ketegangan memuncak pada 24 Juli ketika bentrokan bersenjata kembali pecah, menyebabkan korban di kedua pihak, termasuk warga sipil.

Hanya beberapa pekan setelahnya, pada 4 Agustus, kedua negara akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata. Langkah tersebut menjadi awal proses rekonsiliasi yang kini berujung pada penyusunan Deklarasi Damai Thailand–Kamboja.

Melalui deklarasi ini, Bangkok dan Phnom Penh berupaya menegaskan komitmen mereka terhadap perdamaian jangka panjang serta stabilitas kawasan Asia Tenggara.

Meski bukan berbentuk perjanjian hukum yang mengikat, kesepakatan ini dianggap sebagai momentum penting dalam membangun kembali kepercayaan dan kerja sama antara dua negara bertetangga tersebut.

 

Sumber: merdeka.com

Video Populer

Foto Populer