Sukses


    Kolom Ian Situmorang: Kekompakan Uruguay Versus Cristiano Ronaldo

     

    Ian Situmorang, Wartawan Olahraga Senior PEMEGANG gelar Piala Dunia edisi pertama, Uruguay memiliki modal berharga kala berada di fase perdelapan final. Uruguay sedang on fire.

    Jalan di babak penyisihan diraih dengan hasil sempurna. Tiga kali main, tiga kali menang dengan 'clean sheet', plus koleksi 5 gol. Uruguay menjadi satu-satunya tim tanpa kebobolan dari 32 negara kontestan.

    Luis Suarez dkk tampil menawan, termasuk menundukkan tuan rumah dengan skor telak, 3-0. Tim berperingkat 14 dunia versi FIFA tersebut memiliki materi pemain yang merata. Pengalaman berlaga di liga kompetitif Eropa membuat setiap pemain memiliki kualitas kelas wahid.

    Pelatih Uruguay, Oscar Tabarez memiliki karisma luar biasa di hadapan para pemain. Bukan sekadar dihormati, tapi juga memiliki keahlian membaca kekuatan lawan. Dia juga punya cara khusus menemukan formula paling tepat meredam ketajaman lawan.

    Duet striker, Edinson Cavani - Luis Suarez sangat tajam dan liat. Kecepatan berakselerasi dan melepaskan tembakan tanpa ambil ancang-ancang menjadi kelebihan tersendiri. Apalagi kedua matador ini cukup licik membuat panas barisan pertahanan lawan.

    Pengatur permainan di tengah, Rodrigo Bentacur dan Matias Vecino punya ciri khas sempurna sebagai bekerja keras guna menahan laju permainan lawan. Kedua pemain tengah ini sangat memanjakan dan tahu betul pergerakan duet Suarez dan Cavani.

    Koordinator pertahanan yang matang di Atletico Madrid, Diego Godin ditopang Martin Caceres dan Sebastian Coates, sulit ditekuk musuh. Gerakan mereka tanpa mengenal belas kasihan kepada lawan membuatnya sulit ditembus. Alhasil, gawang yang dijaga Fernando Muslera masih belum mampu sekalipun ditembus ujung tombak lawan dalam tiga kali laga.

    Inilah ujian sesungguhnya bagi Uruguay. Babak 16 Besar Piala Dunia 2018 menjadi kerikil yang tak mudah dilewati. Mereka menghadapi juara Piala Eropa, Portugal dengan megabintang, Christiano Ronaldo, motor utama sekaligus kapten tim. Dari tiga kali main, CR7 telah mencetak 4 gol. Apakah kaki kanan, kaki kiri atau sundulan penggawa Real Madrid ini akan merusak reputasi Muslera?

    Ketika mampu menahan juara Piala Dunia 2010, Spanyol di pertandingan pertama, banyak orang terkagum menyaksikan aksi Ronaldo. Tapi pada dua aksi berikutnya melawan Maroko dan Iran, tampaknya Ronaldo hampir kehabisan tenaga dan kreativitas.

    Seandainya nasib baik berpihak pada Iran di pertandingan akhir, tidak mustahil Portugal sudah tersingkir. Hasil 1-1, membuat negeri Colombus itu masih tetap berada di Rusia. Ada kecenderungan tren menurun mewarnai pasukan Purtugis ini.

    Dari data pertemuan kedua tim, tidak banyak yang dapat dianalisis. Baru dua kali mereka berlaga dan itupun terjadi sudah sangat lama. Pada 21 Juli 1966, Portugal menang 3-0 dan seri 1-1 di pertemuan kedua pada 2 Juli 1972. Pada era modern, malah kedua tim belum pernah bersua lagi.

    Kenapa saya memosisikan Uruguay unggul 55 persen dibandingkan Portugal 45 persen? Tentu dengan berbagai pertimbangan. Uruguay bermain lebih kompak sebagai tim yang didukung kemampuan individual yang merata, tidak bertumpu pada satu bintang.

    Berbeda dengan Portugal. Sulit dibayangkan bagaimana tim ini bertarung, misalnya tanpa ada Ronaldo. Atau Ronaldo mengalami nasib sial karena mengalami cedera, atau diganjar kartu merah. Atau, suasana hati dan fisiknya sedang tidak berada pada puncak performa. Quaresma memang ada sebagai striker pelapis, namun kualitas tidak sepadan.

    Bisa kebobolan empat gol dalam tiga pertandingan adalah bukti ada titik lemah di bagian pertahanan Portugal. Pepe sebagai penjaga pintu masuk di depan kiper sudah terlalu lamban pada usia yang sudah melewati 35 tahun.

    Sulit dibayangkan bagaimana Pepe, pemain kelahiran Brasil ini, mampu menahan geliat dan manuver Suarez dan Cavani. Sedangkan karakter dan gaya main CR7 sudah dihafal Godin, karena sama-sama berlaga di pentas yang sama, La Liga Spanyol.

    Perhitungan saya, Uruguay akan mampu mengalahkan Portugal. Namun, bukan berarti tertutup kemungkinan lain. Ada faktor non teknis menjadi teknis, misalnya cedera dan ganjaran kartu kuning atau bahkan kartu merah dan hukuman penalti.

    Video Populer

    Foto Populer