Trofi Liga Champions Itu Harga Mati buat Mourinho

Menjuarai Liga Inggris dan Piala Liga musim lalu, Mou tetap tidak bisa tidur nyenyak sebelum mengantarkan Si Kuping Besar ke London Barat

BolaCom | BolaDiterbitkan 22 Juli 2015, 20:09 WIB
Kolom : Anton Sanjoyo

Bola.com, Jakarta - Dalam beberapa sisi, Jose Mourinho bukanlah sosok yang mengesankan. Penerjemah yang kebetulan bisa melatih (demikian orang Inggris pernah meledeknya) ini, punya stigma arogan dan berengsek. Arogan karena dia menyebut dirinya The Special One berkat suksesnya menjuarai Liga Champions bersama FC Porto, semusim sebelum dia bergabung dengan Chelsea pada 2004. Berengsek karena dia gemar mengecam wasit dan berseteru dengan pelatih lain, terutama dengan Arsene Wenger. Pendeknya, Mou adalah figure yang tidak disukai.

Namun, apapun stigma yang dilekatkan pada lelaki kelahiran Setubal, Portugal, 26 January 1963 itu, Mou membuktikan bahwa memang dirinya adalah istimewa, the special one dan jenius. Bersama The Blues, pria necis ini mempersembahkan gelar Liga Inggris pertama setelah setengah abad. Sejumlah gelar lain dia persembahkan bagi Chelsea, sebelum dia berseteru dengan pemilik klub, Roman Abramovich, dan pindah ke Inter Milan. Di San Siro, Mou seperti ingin membuktikan siapa dirinya. Tidak tanggung-tanggung, treble winner dia raih pada musim keduanya di kota mode tersebut.

Advertisement

Mou memang istimewa, bukan cuma karena sederet gelar dan perilakunya yang unik atau strateginya yang jenius, tapi juga sikap pasang badannya bagi tim. Di manapun dia berada, Mou selalu jadi bumper atau tameng untuk setiap isu tak sedap yang melanda timnya, utamanya para pemain bintangnya. Dia menghadapi pers dengan gagah, meski kerap juga berseteru dengan para pewarta itu. Mou tidak akan membiarkan masalah klub menghantam pemainnya, menghajar bintangnya. Masalah dan isu biarlah buat dirinya dan pemain cuma boleh berkonsentrasi untuk pertandingan.

Sikap itu pula yang dia bawa semasa menangani klub paling kaya sejagat, Real Madrid, meski kemudian pergi dengan getir walau sejumlah gelar telah dia bawa ke Santiago Bernabeu. Di ibu kota Spanyol, Mou memperkaya lemari piala El Real dengan gelar Copa del Rey dan La Liga, namun gagal mengantarkan klub tajir itu merebut La Decima, gelar Liga Champions yang ke-10. La Decima justru dipersembahkan Carlo Ancelotti, penggantinya. Bagi Mou, fakta ini sangat pahit karena mengulang kegetiran bersama Chelsea, yang justru sukses merebut mahkota Liga Champions untuk pertama dalam sejarahnya, bersama Roberto Di Matteo.

Istimewa, tapi tidak bersama Chelsea dan Real Madrid. Maka, Mou punya ambisi setinggi Mount Everest ketika kembali ke Stamford Bridge pada 2013. Mou gagal pada tahun pertamanya di kesempatan kedua bersama Chelsea dan hanya berada di posisi ketiga akhir musim, kalah bersaing dengan Manchester City yang jadi juara. Musim lalu, dengan tambahan bintang sekelas Thibaut Curtois, Cecs Fabregas, dan Diego Costa, The Blues melaju bak kereta cepat TGV dan sudah memastikan gelar Liga Inggris beberapa pekan sebelum musim berakhir.

Meski juga sukses menjuarai Liga Inggris dan Piala Liga musim lalu, Mou tetap tidak bisa tidur nyenyak sebelum mengantarkan Si Kuping Besar, trofi Liga Champions, ke London Barat. Apalagi musim lalu, Si Biru disingkirkan secara menyakitkan oleh PSG di laga pertama babak knock-out.

Tak mau mengulang "kegagalan" musim lalu, sejak awal Mou mencanangkan gelar Liga Champions adalah harga mati pada musim 2015-2016 ini. Berbekal penampilan sangat mengesankan di BPL musim lalu, Mou dan skuatnya yang relatif tidak berubah, kecuali penambahan Radamel Falcao, tim penggedor bertekad merebut kembali trofi Liga Champions.

Kampanye The Blues akan dimulai Kamis ini (23/7/2015) di Amerika Serikat menghadapi New York Red Bulls dalam turnamen International Champions Cups (IIC). Sebelumnya, John Terry dan kawan-kawan sudah memulai laga pemanasan pra musim menghadapi Thailand All Stars dan Sydney FC. Namun, ICC merupakan kampanye awal bagi Mou untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang skuatnya musim depan. Selain NY Red Bulls, di ICC ini mereka akan menghadapi lawan tangguh, PSG dan Barcelona, juara bertahan Liga Champions, sebelum memulai kampanye mempertahankan Liga Inggris, Agustus mendatang.

Laga antara Chelsea dan NY Red Bulls akan disiarkan secara langsung oleh Indosiar pada Kamis (23/7/2015), mulai pukul 06.45 WIB.

*(Anton Sanjoyo, Komentator Indosiar)