Perjuangan Mr Cepek Mulai dari Nol Jadi Pelatih SSB di Bogor

oleh Ronald Seger Prabowo diperbarui 24 Mar 2016, 14:00 WIB
Indriyanto Nugroho, striker veteran Timnas Primavera memulai karier dari nol melatih SSB. (Bola.com/Dok. Pribadi/Romi Syahputra)

Bola.com, Sukoharjo - Bersama Kurniawan Dwi Yulianto, sosok Indriyanto Nugroho jadi salah satu penyerang yang dipuja publik sepak bola nasional pada pertengahan 1990-an. Pemain yang akrab disapa Nunung itu merupakan salah satu jebolan Proyek Timnas Primavera di Italia. Kini sinar kebintangannya meredup pasca gantung sepatu. Ia harus memulai dari nol menjalani profesi baru sebagai pelatih pesepak bola belia.

Penyerang yang dijuluki Mr. Cepek, karena hanya dihargai 100 rupiah, saat pindah klub dari Arseto Solo ke Pelita Jaya, mengaku amat menikmati pekerjaan barunya. Sekalipun memang sebagai pelatih namanya tak sepopuler dulu saat aktif bermain. 

Advertisement

"Saya mengawali karier sebagai pemain sepak bola dari nol, dengan bermain di sekolah sepak bola (SSB) hingga mentas di Timnas Indonesia. Kini saat jadi pelatih, saya ingin menikmati proses yang pernah saya alami dulu secara perlahan-lahan," kata Nunung yang dijumpai bola.com pada Rabu (23/3/2016).

Indriyanto yang terakhir kali berkostum Persepam Madura United pada musim 2013 saat ini jadi pelatih kepala SSB Kabomania Bogor. Hal yang tak pernah dibayangkan sebelumnya mengingat Nunung menghabiskan sebagian besar hidunya di Solo.

Ia melanglang ke Bogor sejak dua tahun terakhir berkat ajakan sang adik, Haryanto ''Tommy'' Prasetyo. Saat menerima tawaran SSB Kabomania, Nunung baru saja mendapatkan lisensi kepelatihan C AFC.

Indriyanto Nugroho, berfoto bareng anak didiknya di SSB Kabo Mania. (Bola.com/Dok. Pribadi/Romi Syahputra)

Dengan memanfaatkan nama besarnya plus modal ijasah yang dimilikinya, minimal Indriyanto bisa meracik tim  sekelas Divisi Utama. Beberapa rekan seangkatan Nunung telah mentas menangani klub-klub level Divisi Utama atau Liga Nusantara. Yang terkini sebut saja pesepak bola asal DIY, Seto Nurdiyantoro, yang kini jadi nakhoda PSS Sleman.

Nunung menyadari itu. Namun baginya, ketekunan karier melatih secara berjenjang dan bertahap lebih banyak menyerap ilmu. Apalagi jika gegabah meracik klub Divisi Utama bahkan ISL tanpa disertai  pengalaman akan menyusahkan diri sendiri.

Menurut Indriyanyo meramu sebuah tim profesional tentu mendapat tekanan lebih banyak baik manajemen dan suporter. '

'Pengalaman itu sangat penting. untuk itu saya ingin belajar memahami karakter setiap pemain di semua usia. Lisensi C AFC yang saya miliki sejatinya diperuntukkan untuk kelompok umur 16 tahun ke bawah. Saya punya target melatih klub profesional, tapi nanti saja setelah saya matang di level usia dini," ucap pria kelahiran 14 September 1976 tersebut.

Keputusan dan ketekunan membina bibit muda membuahkan hasil tahun lalu. Nunung  ditunjuk jadi pelatih Tim Indonesia di turnamen Piala Gothia di Swedia edisi 2015. Torehan itu baginya sangat membanggakan walaupun di level usia muda.

Selama menjalani pekerjaannya menukangi bocah-bocah SSB Kabo Mania, Indriyanto harus rela hidup terpisah dengan keluarga.
Saat ini istri dan anaknya memang tinggal di Kecamatan Gentan, Kabupaten Sukoharjo. Walau tak bisa setiap saat berjumpa Nunung mengaku mendapat dukungan penuh dari anak dan istrinya.

''Mereka memahami pengorbanan saya ada maksudnya. Profesi yang saya jalani sifatnya jangka panjang. Pilihan melatih SSB saat ini terasa realistis. Konflik berkepanjangan elite sepak bola membuat kompetisi profesional mati suri. Saya sedih melihat banyak pesepak bola menganggur, dan sejumlah rekan pelatih kesulitan mendapatkan klub karena ketiadaan aktivitas kompetisi. Saya beruntung dengan berkat yang didapat saat ini,’’ ucap Indriyanto Nugroho yang sempat bermain di PSIS Semarang, Persijatim Solo FC, Persiba Bantul, dan Persik Kediri itu.