9 Marquee Player Pemanis Kompetisi Liga 1 2017

oleh Ario Yosia diperbarui 26 Apr 2017, 08:00 WIB
8 Marquee Player Pemanis Kompetisi Liga 1 2017. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Kompetisi kasta elite Indonesia sedang dihebohkan dengan kehadiran pemain asing top masuk kategori marquee player. Mereka didatangkan sejumlah klub kontestan Liga 1 2017 dengan banderol mentereng.

Jika selama ini pemain impor bermain di Indonesia mendapat bayaran kisaran satu hingga dua miliar rupiah, mereka yang masuk kategori marquee player dibandor empat miliar hingga 10 miliar rupiah.

PSSI mengklaim regulasi memunculkan marquee player atas permintaan sponsor utama Liga 1 2017.  Mereka didatangkan untuk membuat kompetisi terlihat lebih wah dan menciptakan euforia di kalangan pencinta sepak bola nasional.

Advertisement

Kedatangan beberapa marquee player ke Liga 1 2017 mengemparkan. Banyak media asing memberitakan keberanian klub-klub Indonesia mengontrak superstar dunia.

Indonesia menyusul jejak negara-negara anggota AFC lainnya, Australia, India, serta Jepang, yang menggunakan istilah marquee player buat pesepak bola top dunia yang berkiprah di kompetisi mereka.

Akankah, kehadiran marquee player di Tanah Air membawa dampak positif? Tidak hanya dari sisi antusiasme semata, tapi juga meningkatnya kualitas permainan yang berdampak pada pencapaian Timnas Indonesia di pentas internasional.

Sulit untuk memastikan hal tersebut, mengingat rata-rata marquee player yang didatangkan berusia uzur. Karier mereka di level atas sudah meredup.

Mencuat kekhawatiran kalau nafsu klub-klub Indonesia mendatangkan pemain dengan harga mahal akan memicu masalah di akhir musim nanti. Masalah yang dimaksud adalah krisis keuangan, karena besarnya pengeluaran mereka.

Bukan rahasia lagi banyak klub kontestan Liga 1 2017 terjerat krisis finansial beberapa musim terakhir. Mereka belum menemukan formulasi bisnis sepak bola yang menguntungkan. Pengeluaran selalu lebih besar dibanding pemasukan.

 

2 dari 10 halaman

Michael Essien

Michael Essien (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

1. Michael Essien

Kedatangan Michael Essien, gelandang jangkar asal Ghana yang sempat berkiprah di klub-klub elite Eropa macam, Chelsea, Real Madrid, dan AC Milan, ke Persib Bandung memunculkan kehebohan. Banyak orang tak menyangka pemain berusia 34 tahun (kelahiran 3 Desember 1982) mau bermain di Indonesia.

Sempat muncul rumor tak sedap kalau keputusan Essien merapat ke Maung Bandung dipicu kondisi kebugarannya yang tak lagi berada di level terbaik. Riwayat cedera berat sang pemain selama berkiprah di Eropa cukup panjang.

Saat direkrut Persib status Essien bebas kontrak, setelah sebelumnya bermain di klub Yunani, Panathinaikos. Namun, Essien membuktikan kalau dirinya dalam kondisi fit. Ia lolos tes medis di Persib dengan hasil bagus.

Dipasang jadi pemain inti Persib di dua laga awal Liga 1 2017, Michael Essien tampil cukup oke di lapangan. Ia bahkan sudah menyumbang satu gol buat Persib, kala tim asuhan Djadjang Nurdjaman bertandang ke markas PS TNI. Pertandingan yang melibatkan kedua tim berakhir 2-2.

3 dari 10 halaman

Carlton Cole

Carlton Cole (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

2. Carlton Cole

Carlton Cole didaftarkan Persib Bandung bukan sebagai legiun asing dengan status marquee player. Namun, jika melihat rekam jejak karier sang striker, ia pantas masuk kategori pemain impor spesial.

Pemain yang tercatat tujuh kali membela Timnas Inggris pada periode 2009-2010 itu tercatat sempat berkostum klub-klub Premier League. Cole sempat berkiprah di Chelsea, Wolverhampton Wanderers, Charlton Athletic,  Aston Villa, dan West Ham United.

Namun, belakangan karier striker jangkung tersebut melempem. Sebelum didatangkan Persib, Carlton Cole tercatat bermain di klub semi amatir Amerika Serikat, Sacramento Republic. Pemain kelahiran 12 Oktober 1983 itu bahkan jarang bermain di sana. 

Mencuat kekhawatiran kalau Carlton Cole bakal kesulitan beradaptasi dengan style bermain di kompetisi elite Indonesia. Akankah seperti itu? Waktu yang akan menjawab.

4 dari 10 halaman

Juan Pablo Pino

Juan Pablo Pino (Bola.com/Iwan Setiawan)

3. Juan Pablo Pino

Arema FC tak mau ketinggalan tren merekrut marquee player. Tim Singo Edan mendaratkan Juan Pablo Pino.

Sosok Juan Pablo Pino popularitasnya tak segemerlap Michael Essien atau Carlton Cole. Namun, jika melihat catatan kariernya, cukup terhitung lumayan.

Ia pernah membela Timnas Kolombia sebanyak enam kali pada periode 2008-2010. Pino yang kelahiran 30 Maret 1987 sempat membela sejumlah klub tenar Eropa: Monaco (Prancis), Galatasaray (Turki), Olympiacos (Yunani), Bastia (Prancis).

Juan Pablo Pino yang beroperasi sebagai gelandang serang diharapkan pelatih Arema, Aji Santoso, bisa jadi sosok playmaker ulung pemasok umpan bagi para penyerang Kera-kera Ngalam.

5 dari 10 halaman

Wiljan Pluim

Wiljan Pluim (Bola.com/AFP)

4. Wiljan Pluim

Gelandang serang asal Belanda, Wiljan Pluim, bukan sosok baru di pentas sepak bola Tanah Air. Musim lalu ia unjuk gigi bersama PSM Makassar di pentas kompetisi Torabika Soccer Championship 2016.

PSM berinisiatif mendaftarkan Wiljan Pluim sebagai marquee player musim ini dengan alasan sang pemain berpengelaman berkiprah di kompetisi elite Belanda.  Ia sempat berkostum Vitesse Arnhem, Roda JC, Roda JC, dan Willem II.

Wiljan Pluim bermain di Indonesia dalam usia yang terhitung produktif, 28 tahun (kelahiran 4 Januari 1989). Ia cepat beradaptasi dengan gaya bermain sepak bola Tanah Air, karena sebelumnya sempat mencicipi kompetisi Vietnam bersama, Becamex Bình Duong.

6 dari 10 halaman

Mohamed Sissoko

Mohamed Sisokko (Bola.com/Mitra Kukar)

5. Mohamed Sissoko

Mohamed Sissoko gelandang bertahan asal Mali yang digaet Mitra Kukar punya reputasi mentereng di daratan Eropa. Pemain berusia 32 tahun tersebut sempat jadi andalan klub raksasa macam Juventus, Valencia, Liverpool, Paris Saint-Germain, hingga Fiorentina.

Di usia yang masih terhitung kompetitid, keputusan Sissoko berkiprah di Tim Naga Mekes agak mengejutkan. Namun, jika melihat rekam jejak kariernya beberapa tahun terakhir, terlihat kalau jangkar kelahiran  22 Januari 1985 sinar kebintangannya meredup.

Sebelum datang ke Mitra Kukar ia sempat terdampar di klub Serie B Italia, Ternana Calcio. Di sana ia hanya dapat kesempatan bermain selama sekali. Cedera kambuhan membuat Mohamed Sissoko kesulitan mencapai level terbaik permainannya.

7 dari 10 halaman

Bruno Lopes

Bruno Lopes (Bola.com/Dok. Persija)

6. Bruno Lopes

Kelayakan Bruno Lopes sebagai marquee player layak dipertanyakan. Pemain asal Brasil yang baru saja dikontrak Persija Jakarta sepanjang kariernya tak pernah mentas di klub raksasa Eropa.

Ia hanya pernah tercatat sebagai salah satu pemain klub elite negaranya, Figueirense. Bruno Lopes pernah tercatat berkiprah di klub kontestan J-League 1, Albirex Niigata.

Ia sempat bermain di klub asal Thailand, Ratchaburi, itupun hanya semusim pada tahun 2015. Namun, manajemen Tim Macan Kemayoran tetap ngotot mendaftarkan sang penyerang sayap sebagai marquee player, dengan argumen karier Lopez cukup panjang di jajaran elite Negeri Samba.

8 dari 10 halaman

Jose Coelho

Jose Coelho (Bola.com/Fahrizal Arnas)

7. Jose Coelho

Persela Lamongan membuat kejutan dengan mendatangkan Jose Coelho sebagai marquee player. Klub berjulukan Laskar Jaka Tingkir selama ini dikenal sebagai klub yang hemat dalam pengeluaran. Mereka jarang mendatangkan pemain dengan nama besar.

Sejatinya sinar kebintangan Jose Coelho tak juga terlalu berkilau. Pencapaian tertingginya hanya pernah bermain di klub beken Portugal, Benfica, pada 2009-2012.

Pemain asal Portugal kelahiran 4 Februari 1990 pernah menimba ilmu di Internazionale Milan saat di level junior. Sang gelandang serang juga sempat dapat kesempatan membela Timnas Portugal level U-16 dan U-17.

Jose Coelho sebelum bergabung dengan Persela sempat bermain di Liga Bahrain dengan memperkuat Al Hala SC.

9 dari 10 halaman

Didier Zokora

Didier Zokora (Bola.com/Arya Sikumbang)

8. Didier Zokora

Saat sejumlah klub mendatangkan marquee player, Semen Padang sempat menyatakan ketidaktertarikannya mendatangkan pemain asing spesial dengan banderol mahal. 

Namun, manajemen Kabau Sirah yang mengusung target juara belakangan berubah sikap. Mereka secara resmi menggaet striker asal Pantai Gading, Didier Zokora, sebagai marquee player menghadapi Liga 1 2017 ini.

Duet bintang top Didier Drogba di Timnas Pantai Gading ini reputasinya cukup mentereng. Ia pernah membela klub tenar Eropa macam Tottenham Hotspur (Inggris), Sevilla (Spanyol), serta Trabzonspor (Turki).

Zokora tercatat sebagai pemain dengan jumlah cap terbanyak di Timnas Pantai Gading, dengan rekor penampilan 123 laga (2000–2014).

Usia yang tak lagi mudah membuat gelandang bertahan kelahiran 14 December 1980 (36 tahun) menepi dari keriuhan kompetisi Benua Biru. Terakhir, Didier Zokora bermain di Liga India bersama klub NorthEast United FC.

10 dari 10 halaman

Nick van Velden

Nick van Velden (Bola.com/Bali United

9. Nick van Velden

Dikelola duet kakak beradik pengusaha ban sepeda motor tenar, Peter-Yabes Tanuri, Bali United jadi salah satu klub yang sehat secara finansial. Mudah bagi mereka mendatangkan pemain asing dengan label marquee player.

Di pengujung bursa transfer Liga 1 2017, Bali United secara resmi mengikat kontrak striker asal Belanda, Nick van Velden.

Bomber berusia 36 tahun tersebut masih bermain di level elite Eropa saat digaet Bali United. Pada musim 2016-2017 ia tercatat sebagai salah satu pemain klub Skotlandia, Dundee United.

Sebagian besar karier Nick van Velden dihabiskan di negaranya. Pemain jangkung dengan tinggi 189 cm tersebut pernah memperkuat 2008–2011 AZ Alkmaar, NEC Brenda, dan FC Groningen. Bakal berduet dengan pemain naturalisasi keturunan Belanda, Irfan Bachdim, Velden diyakini Bali United bakal jadi rekrutan bermutu di Liga 1 2017.