TCC 2017: Pentingnya Inteligensi dalam Sepak Bola

oleh Aditya Wicaksono diperbarui 01 Nov 2017, 11:00 WIB
Pemain Universitas Negeri Malang (UM) berusaha menghadang pemain STIE Mara pada laga Torabika Campus Cup 2017 di Stadion Universitas Negeri Malang, Selasa, (31/10/2017). UM Menang 5-0 atas STIE Mara. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Malang - Faktor Inteligensi kerap dilupakan dalam sepak bola. Padahal, faktor inteligensi memiliki peranan penting dalam seorang pesepak bola untuk menghadapi pertandingan dan kelangsungan kariernya.

Advertisement

Selama ini, sepak bola sering dianggap sebagai olahraga yang mengutamakan keunggulan fisik. Tetapi, anggapan tersebut keliru karena sepak bola juga membutuhkan inteligensi dari para pemainnya.

Hal tersebut menjadi pertimbangan utama bagi Torabika untuk mengadakan turnamen di tingkat universitas.

Torabika Campus Cup mencoba untuk membuktikan pentingnya inteligensi dalam sepak bola. Kami berusaha mematahkan anggapan kalau sepak bola hanya memerlukan keunggulan fisik semata,” ujar Jalil Linta.

“Sepak bola dengan inteligensi akan menghasilkan laga yang menarik. Karena itu, kami mencoba memperlihatkannya di ajang ini.”

“Mahasiswa yang sudah terbiasa mengenyam pendidikan, memperlihatkan kalau mereka memiliki pola berpikir yang baik. Selain itu, mereka akan mudah menyerap arahan dari pelatih.”

“Faktor inteligensi juga bisa membuat seorang pesepak bola dapat mempertimbangkan langkah yang tepat untuk kemajuan kariernya. Mereka tentu bisa membuat keputusan dengan kritis, bisa belajar untuk menguasai bahasa asing dan membaca permainan lawan ketika bertanding, jadi tidak hanya sekadar insting saja,” ungkap Komisioner TCC 2017 tersebut.

Perhatian terhadap faktor inteligensi sudah bisa dibuktikan dalam pembinaan sepak bola di Belgia. Satu di antara klub Belgia, Standar Liege, telah membuat program untuk melatih para pemain di akademinya.

Tidak heran jika prestasi Belgia meningkat pesat di kancah sepak bola internasional. Saat ini, kita lebih banyak melihat para pemain Belgia di klub-klub Eropa daripada pemain Belanda, yang pernah mendapat predikat sebagai penghasil pemain terbaik di dunia.

Kehadiran Torabika Campus Cup diharapkan bisa menjadi pendorong agar seluruh elemen sepak bola di Indonesia bisa memerhatikan faktor inteligensi dalam proses pembinaan pemain.

Jika sudah memiliki kemampuan fisik yang memadai dan disertai kebiasaan menyerap pembelajaran, bukan tidak mungkin kalau para pesepak bola di Indonesia bisa menjadi jawara di Asia, bahkan bersaing di tingkat dunia.

Berita Terkait