FOTO: Kisah Tulehu, Negeri Indah dengan Talenta Sepak Bola

oleh Vitalis Yogi Trisna diperbarui 17 Nov 2017, 19:30 WIB
Pelatih Tulehu Putra, Sani Tawainella, bersama anak didiknya usai melakukan latihan fisik di Pantai Tial, Maluku. Sejumlah pemain nasional mulai dari Manahati Lestusen hingga Abduh Lestaluhu pernah dilatih oleh Sani. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)
Awalnya sekolah sepak bola Putra Tulehu dijadikan sarana menjauhkan anak-anak dari kerusuhan Ambon pada tahun 1999. Dari situ anak-anak mulai menata masa depannya menjadi pesepak bola dan menjauhkan konflik. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)
Tak hanya mencetak bakat pesepak bola handal, Tulehu juga memiliki alam yang indah. Desa pelabuhan ini menjadi pintu masuk bagi penduduk dari pulau-pulau Saparua, Seram, Haruku, Nusalaut, dan pulau lainnya. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)
Bekerja sebagai nelayan merupakan mata pencaharian dari mayoritas warga Desa Tulehu. Ikan Cakalang dan Tatihu menjadi komoditi khas dari para nelayan di Tulehu. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)
Anak-anak Putra Tulehu terbiasa latihan fisik di Pantai Tial, bahkan sesekali anak-anak mendaki Gunung Salahutu. Alam mengajarkan para pesepak bola muda untuk menjadi lebih kuat dan fisik yang lebih terasah. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)
Menjadi pesepak bola merupakan cita-cita dari sebagian besar anak-anak di Desa Tulehu. Dengan bermain sepak bola mereka berharap bisa merubah kehidupan keluarga mereka yang sebagian besar masih kurang layak. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)
Namun sayang hingga kini sekolah sepak bola mencetak banyak pemain Timnas Indonesia itu kondisinya masih memprihatinkan. Pendanaan Putra Tulehu masih jauh dari cukup karena memang anak-anak itu berlatih secara gratis. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)
Meski harus berlatih dalam keterbatasan, Sani Tawainella selalu yakin kerja keras bisa membawa anak didiknya tersebut ke pentas nasional. "Alam yang mengajarkan anak-anak Tulehu bermain sepak bola," ujar Sani. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Berita Terkait