La Nyalla Beberkan Praktik Pengaturan Skor Vigit Waluyo

oleh Aditya Wany diperbarui 17 Des 2018, 21:35 WIB
Mantan Ketua Umum PSSI, La Nyalla Matalitti. (Dok Bola.com)

Bola.com, Jakarta Mantan Ketua PSSI, La Nyalla Mattalitti membeberkan praktik pengaturan skor yang selama ini terjadi di sepak bola Indonesia. Salah satu nama yang paling banter mencuat adalah Vigit Waluyo (VW). 

VW disebut sebagai sosok yang “berjasa” membawa PSS Sleman dan Kalteng Putra lolos ke Liga 1 musim depan. La Nyalla menyebutkan bahwa VW merupakan kaki tangan bandar besar dalam praktik pengaturan skor. 

Hal ini diungkapkan oleh pria berusia 59 tahun itu dalam diskusi bertajuk PSSI Harus Baik di Graha Pena, Surabaya, Senin (17/12/2018). Dalam acara itu, hadir pula Wakil Ketum PSSI saat ini, Joko Driyono, yang duduk tepat di sebelah La Nyalla. 

Advertisement

“Dia (VW) di luar struktur PSSI tapi merupakan kaki tangan bandar. Dia bekerja sama dengan pengurus PSSI. Pengurus PSSI inilah yang seharusnya Mas Joko tahu. Tapi, Mas Joko ini orangnya tidak tega, tapi saya tega menyampaikan kebenaran,” kata La Nyalla.

Pria yang menjabat sebagai Ketum PSSI pada periode 2015-2016 itu juga sangat mengenal VW. Namun, dia mengklaim bahwa sosok VW yang pernah menjadi pengurus beberapa klub Indonesia itu tidak bisa berbuat apa-apa karena berada dalam pengawasan ketatnya.

“Saya kenal lama. Pada zaman saya dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi sekarang, ya, karena dilepas begitu saja, karena Mas Joko sudah tidak kontrol dan sebagai regulator. Dulu kalau sebagai regulator, saya dan Mas Joko,” ucap La Nyalla. 

“Kalau ada wasit yang telah disusun, tetapi kemudian sudah disentuh oleh Vigit Waluyo, wasit itu bisa berubah. Nah mudah-mudahan hal itu (pengurus PSSI) bisa berubah,” imbuhnya.

Mendengar pernyataan La Nyalla, Joko Driyono sama sekali merespons dan hanya terdiam. Dia juga tidak membahas atau bahkan menyebut nama Vigit Waluyo. Pria yang akrab disapa Jokdri itu justru malah mengajak publik mengawasi pertandingan Liga 1 dan Liga 2. 

“Sepak bola itu menjadi sangat rentan dalam hal-hal yang gelap tadi, jika pengawasan secara kolektif tergerus. Liga 1, yang 75 persen total pertandingan disiarkan live, membuatnya terawasi secara kolektif,” ujarnya.

“Yang kami bicarakan ini adalah Liga 2. Lebih tepat mengurusi internal di dalam profil sepak bola ini dan bagaimana tontonan ini diawasi secara kolektif,” tutur Joko Driyono.