Tim Pelatih Perseru Kecewa Setelah Gagal di Piala Presiden 2019

oleh Gatot Susetyo diperbarui 13 Mar 2019, 14:45 WIB
Pelatih Perseru Serui, I Putu Gede, saat pertandingan melawan Tira Kabo pada laga Piala Presiden 2019 di Stadion Si Jalak Harupat, Jawa Barat, Kamis (7/3). (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Bandung - Pelatih Perseru, I Putu Gede Swi Santoso dan sang asisten Choirul Huda antusias ketika mempersiapkan tim menjelang perhelatan Piala Presiden 2019 yang disiarkan Indosiar. Meski persiapan sangat mendadak, dua sosok asal Malang ini serius memilih dan menggembleng Yericho Chistiantoko dkk.

Hasil dari penyisihan Grup A Piala Presiden 2019 di Bandung sangat mengecewakan. Dari tiga kali berlaga Cenderawasih Jingga tak sekali pun meraih kemenangan atau imbang. Perseru kebobolan sepuluh gol dengan memasukkan enam gol. Putu Gede tak menyesali hasil buruk tersebut.

Advertisement

Sebaliknya, mantan gelandang Arema dan Persebaya ini angkat jempol kerja keras semua pemain yang tampil ngotot di tiap pertandingan. Baik Putu Gede maupun Choirul Huda lebih menyesali rencana merger dan kepindahan Perseru ke Lampung pada Liga 1 2019. Suara parau menahan isak tangis terdengar ketika Bola.com mengontak Putu Gede dan Cak Irul, panggilan akrab Choirul Huda.

"Tugas saya di Perseru sudah selesai setelah Piala Presiden ini. Saya dan manajemen juga tak ada komitmen untuk melatih Perseru di Liga 1. Tapi dada saya terasa sesak, ketika ada kabar Perseru akan pindah ke Lampung," ungkap Putu Gede.

Bagi Putu Gede, Yance Banua (pemilik klub) dan Perseru adalah sejarah yang tak terlupakan dalam hidupnya. Seperti Putu Gede tak bisa melupakan Arema yang pernah dibelanya saat aktif bermain.

"Kepercayaan dan kekeluargaan sangat membekas dalam hati saya. Secara pribadi, saya sangat kehilangan bila Perseru pindah ke Lampung. Perseru tak akan hilang dari hati saya. Tapi bila Perseru pindah dan berganti nama berarti juga akan menghapus sejarah klub ini. Saya tak bisa apa-apa, karena nasib Perseru ada di tangan bos (Yance Banua)," tutur Putu Gede.

Kesedihan Cak Irul lebih besar dibanding Putu Gede. Selama tujuh tahun Cak Irul setia dengan klub yang bermarkas di Stadion Marora Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua ini. Sejak berkiprah di Divisi I hingga sekarang, Cak Irul jadi saksi hidup.

"Jangan tanya soal Perseru. Hati saya seperti disayat-sayat mendengar rumor Perseru pindah ke Lampung. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat bersama klub ini. Suka duka mewarnai perjalanan hidup saya bersama Perseru. Terutama hubungan pribadi saya dengan keluarga besar Banua," ucap Cak Irul.

Karena lama bersama Perseru, Cak Irul sangat paham betapa besar kecintaan Yance Banua terhadap klub ini.

"Orang kalau cinta, apapun dilakukan untuk sesuatu yang dicintai. Begitu pula Yance Banua. Bos membiayai klub ini dari kocek pribadinya. Dengan keterbatasannya, bos berusaha memberikan yang terbaik. Terutama memenuhi hak-hak pemain. Meski Perseru klub kecil, pernahkah ada berita manajemen menunggak gaji pemain? Tidak kan?" kata Cak Irul.

Berita Terkait