Vanuatu, Timnas dari Kawasan Lemah yang Tak Layak Disepelekan

oleh Aning Jati diperbarui 13 Jun 2019, 19:15 WIB
Timnas Vanuatu jelang keberangkatan ke Indonesia, Kamis (13/6/2019). (Bola.com/Dok. Vanuatu Football Federation)

Bola.com, Jakarta - Timnas Vanuatu mungkin masih asing bagi pencinta sepak bola Indonesia. Tak salah, karena timnas dari negara kepulauan di Samudra Pasifik bagian selatan itu sangat jarang melakoni partai tandang di luar konfederasi mereka.

Vanuatu Football Federation (VFF) tergabung dalam Konfederasi Sepak Bola Oceania (OFC). VFF berdiri pada 1934 dan gabung FIFA pada 1988.

Advertisement

Selama ini Timnas Vanuatu lebih senang bertanding dengan tim sesama negara anggota OFC di kawasan Oseania saja. Sangat jarang mereka keluar dari kawasan itu, apalagi melawan tim dari luar anggota OFC.

Sekali waktu, mereka bertanding melawan timnas dari Eropa Utara, yakni Estonia. Bisa ditebak, Estonia yang mendatangi Timnas Vanuatu.

Pertandingan ini berlangsung pada 24 November 2017 di stadion kebanggaan Vanuatu, Port Vila. Estonia dipaksa bekerja keras sebelum akhirnya memenangi laga ini dengan skor tipis 1-0.

Setelah itu, sepanjang 2018 hingga awal 2019 ini, Vanuatu kembali menghadapi tim-tim tetangga, semisal Kaledonia Baru, Tahiti, dan Fiji. 

Jika mendengar sepak bola di kawasan Oseania, yang terbayang dalam benak pencinta sepak bola Indonesia mungkin adalah: lemah, bisa jadi lumbung gol.

Hal itu tak sepenuhnya salah. Mengacu pada ranking FIFA per 4 April 2019, dari 11 anggota OFC yang terdaftar di FIFA, hanya dua negara yang ada di posisi 140 besar, yakni Selandia Baru (119) dan Kepulauan Solomon (139).

Sisanya tersebar di ranking lebih rendah, bahkan ada menduduki posisi paling buncit, yakni ke-203, yang dihuni Tonga.

"Kualitas" sepak bola di kawasan OFC sempat "diselamatkan" Australia sebelum negara itu memilih pergi dan gabung AFC pada 2006. Kini posisi terkuat di OFC diambil alih Selandia Baru.

Lantas di mana posisi Vanuatu, calon lawan Timnas Indonesia? Masih dari data sama, tak selayaknya Indonesia memandang rendah lawan dari negara kepulauan indah ini. 

Vanuatu, per 4 April 2019, menduduki ranking FIFA ke-166 dengan poin 991. Indonesia? Hanya tujuh peringkat lebih baik di atas Vanuatu. Tim Garuda menduduki peringkat ke-159 dengan poin 1008.

Jadi, mengalahkan Timnas Vanuatu bukan semudah membalikkan telapak tangan, apalagi menang telak. Meski, pertandingan nanti digelar di tempat sakral bagi Timnas Indonesia, Stadion Utama Gelora Bung Karno.

2 dari 3 halaman

Dihuni Pemain Usia Emas

Timnas Vanuatu saat berlatih. (Bola.com/Dok. VFF)

Contoh terkini, tim tetangga, Singapura, juga baru saja melakoni uji coba kandang dengan tim tetangga Vanuatu, yakni Kepulauan Solomon. Uji coba ini dimainkan di National Stadium, Singapura (11/6/2019), dan tuan rumah dipaksa mengeluarkan keringat lebih sebelum akhirnya menang tipis 4-3.

Vanuatu datang ke Indonesia juga bukan untuk sekadar main dan piknik. Jason Thomas dkk. dalam mode persiapan serius jelang tampil di Pasific Games 2019 yang digulirkan di Samoa, 7-20 Juli 2019.

Sebelum melawan Indonesia, Vanuatu tampil dalam turnamen segitiga. Lawannya, sesama negara OFC, yakni Tahiti dan Fiji.

Keduanya digelar di kandang sendiri, Port Vila. Menjamu Tahiti, 4 Juni 2019, Vanuatu menang 2-0, sedangkan pada uji coba melawan Fiji (10/6/2019), kedua tim bermain sama kuat, 0-0.

Pada uji coba melawan Indonesia, Vanuatu memboyong tim yang disiapkan untuk Pasific Games. Dari daftar, ada 23 pemain yang disiapkan, plus lima pemain dalam posisi stand-by. Namun, tak semuanya dibawa ke Indonesia.

Cukup menarik mencermati ke-23 pemain yang menghuni skuat Vanuatu. Pemain tertua dalam tim, Chikau Mansale, merupakan kelahiran 1983, jadi usianya sudah 36 tahun.

Namun, selebihnya Timnas Vanuatu didominasi pemain kelahiran 90-an, bahkan ada yang kelahiran 2000 dan 2001. Hanya dua pemain tercatat kelahiran 80-an, selain Mansale, ada Daniel Natou (kelahiran 1989).

Rombongan timnas yang dipimpin pelatih Paul Munster ini sudah berangkat dari Vanuatu menuju Jakarta, Indonesia, pada Kamis (13/6/2019). 

Bicara perihal nakhoda tim, Paul Munster merupakan pelatih yang terhitung baru membesut Vanuatu. Pelatih kelahiran Irlandia berpaspor Swedia ini ditunjuk VFF menduduki kursi pelatih pada akhir Februari 2019.

3 dari 3 halaman

Mengenal Pelatih Timnas Vanuatu

Timnas Vanuatu. (Facebook Federasi Sepak Bola Vanuatu / VFF)

Seperti dilansir dari situs resmi VFF, Paul Munster mengantongi lisensi UEFA Pro Licence pada 2018. Pada 2016 ia mendapat lisensi UEFA A dan pada 2013 sudah mendapatkan lisensi UEFA B.

VFF disebut terkesan dengan prestasi yang dihasilkan Munster. Butuh waktu beberapa bulan sebelum akhirnya VFF memutuskan memilih Munster.

Karier kepelatihan Munster tak beda jauh dari Simon McMenemy, pelatih Timnas Indonesia.

Munster memulai kiprah di dunia kepelatihan dari level klub lebih dulu, seperti jadi Direktur Teknik di Kanada pada 2002, kemudian pelatih kepala di klub Swedia pada 2012, termasuk pula menjadi direktur teknik dan pelatih kepala klub di India pada 2014.

Ia mengantar Minerva Punjab menjuarai I-League 2017-2018, gelar I-League pertama sepanjang sejarah klub itu.

Ia juga pernah membawa Orebro SK U-19 memenangi Piala Swedia U-19 pada 2017.  Beberapa pemainnya ketika itu berhasil promosi ke level lebih tinggi dan masuk Timnas Swedia di level kelompok usia.

Di Timnas Vanuatu, Paul Munster mendapat bantuan dari asisten pelatih, yang seluruhnya merupakan pelatih lokal, serta ada juga Direktur Teknik VFF yang mendampingi tugasnya.

Selain menyiapkan tim untuk turnamen Pasific Games di Samoa, Paul Munster juga diminta menyiapkan Timnas Vanuatu U-23 dalam kualifikasi menuju Olimpiade 2020.

Sumber: Berbagai sumber

Berita Terkait