8 Besar Liga 2: Pelatih Persiraja Ungkap Alasan Keberatan dengan Sistem Home Tournament

oleh Gatot Susetyo diperbarui 30 Okt 2019, 08:30 WIB
Hendri Susilo akan minta bantuan NDRC untuk menyelesaikan kasus tunggakan lima bulan gajinya selama melatih PSPS pada Liga 2 2018. (Bola.com/Gatot Susetyo)

Bola.com, Jakarta - Pelatih Persiraja Banda Aceh, Hendri Susilo mengkritik perubahan format babak 8 besar Liga 2 2019, dari kandang tandang menjadi home tournament.

Menurut Hendri, format home tournament merugikan skuatnya.

Advertisement

"Kami kehilangan tambahan pemasukan berupa bonus dari pengurus. Jika memakai sistem kandang tandang, pelatih dan pemain dapat bonus cukup besar ketika Persiraja memenangkan partai kandang," ungkapnya.

Dari pengalaman fase penyisihan grup barat, setiap Laskar Rencong Aceh meraih kemenangan di kandang selalu mendapat bonus Rp 30-40 juta dari manajemen yang diambil dari pemasukan tiket penonton.

"Saat main di kandang penonton pasti membludak. Keuntungan dari tiket masuk penonton diberikan kepada ofisial dan pemain. Setelah penghasilan itu dikurangi biaya penyelenggaraan," kata Hendri.

Menurut pelatih yang berdomisili di Kota Batu, Malang itu, tambahan bonus dianggap sangat besar.

"Gaji bulanan kami rata-rata kecil. Jadi kami selalu main ngotot di kandang, karena ada iming-iming bonus besar. Karena babak delapan besar di tempat netral, otomatis kami akan kehilangan bonus besar itu," ucapnya.

Hendri menampik Persiraja takut bertanding di venue netral tanpa dukungan suporter mereka.

"Babak ini sudah diputuskan dan disepakati semua peserta, kami ikut saja. Tapi bukan berarti kami takut main di tempat netral. Di mana pun kami siap bertanding. Tapi kami minta wasit memimpin adil dan netral, sehingga nantinya tim yang benar-benar berkualitas berhak menang dan lolos ke semifinal," katanya.

Video: Highlights Persebaya Vs PSS

Berita Terkait