Wawancara Eksklusif Sumardji: Menguak Rahasia Dapur Bhayangkara FC yang Menjelma Jadi La Galacticos

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 01 Feb 2020, 08:15 WIB
Bertabur bintang di musim ini, Bhayangkara FC layak dilabeli sebagai Los Galacticos-nya Indonesia. Simak wawancara Bola.com dengan COO Bhayangkara FC, Sumardji. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Keringat masih mengalir deras dari tubuh Sumardji, Jumat (31/1/2020). Ia baru melaksanakan kegiatan rutinnya setiap menuju akhir pekan, bermain bulutangkis. Itu hobi yang ditekuninya sejak lama.

Sejak tak boleh lagi bermain sepak bola dan futsal oleh istrinya, Chief Operating Officer (COO) Bhayangkara FC itu serius bermain tepok bulu. Bahkan tiap pekannya, minimal tiga kali ia beratraksi di lapangan yang berada di kawasan TVRI, Tanah Abang, Jakarta tersebut.

Advertisement

Akhir-akhir ini, Sumardji begitu sibuk di dunia sepak bola. Ia mengurusi segala kegiatan yang berkaitan dengan perpindahan keluar masuk pemain Bhayangkara FC. Maklum, musim baru akan dimulai. Pelatih Paul Munster pun menyodorkan banyak nama kepadanya. Praktis, ia harus menghubungi agen pemain incaran satu per satu.

Gebrakan awal Bhayangkara FC di lantai bursa terkesan sederhana. Tim berjulukan The Guardians ini hanya mendatangkan dua pemain lokal bukan bintang, Rangga Muslim dari PSS Sleman dan Ahmad Nur Hardianto, mantan penyerang Arema.

Pelan, tapi pasti, manuver Bhayangkara FC mulai menakuti lawan. Gerakan bawah tanah Sumardji menghadirkan kejutan. Dua pemain asing menyusul Rangga dan Nur Hardianto ke ibu kota.

Bek Korea Selatan yang pernah berkiprah di Thailand, Lee Won-jae direkrut. Ia datang secara bersamaan dengan Nady Di Bola Guy-Herve, gelandang bertahan asal Pantai Gading.

Aktivitas transfer Bhayangkara FC tidak berhenti sampai di situ. Bahkan, bisa dibilang baru dimulai. Rumor yang selama ini beredar menjadi kenyataan. Renan Silva, pemain terbaik Liga 1 2018 yang dicampakkan Borneo FC, merapat ke The Guardians.

Yang paling mengejutkan adalah tatkala Bhayangkara FC berhasil mengamankan tanda tangan Ezechiel N'Douassel, penyerang andalan Persib Bandung.

Sudah beberapa waktu terakhir, pemain asal Chad itu berniat mundur. The Guardians perlu merogoh kocek, tetapi tak terlalu dalam, untuk menebus kontrak Ezechiel yang masih tersisa satu musim lagi.

Belum puas, Bhayangkara FC kembali mengagetkan bursa transfer dengan mengumumkan keberhasilan merekrut dua pemain sekaligus, Ruben Sanadi dari Persebaya Surabaya dan Andik Vermansah dari Madura United. Teraktual, The Guardians dikabarkan mendatangkan pemain asli Indonesia tersubur musim lalu dengan 13 gol, Titus Bonai.

Di balik keseriusan Bhayangkara FC menyusun skuat bertabur bintang musim depan, Sumardji memegang peranan penting. Demi mewujudkan target bersaing di tangga juara, The Guardian mesti menjadi Los Galacticos-nya Indonesia.

Bola.com berkesempatan untuk mewawancarai Sumardji secara eksklusif. Berikut tanya jawab dengan pria berpangkat Komisaris Besar (Kombes) Pol. tersebut:

2 dari 6 halaman

Bermula dari Keterpaksaan

Manajer Bhayangkara FC, AKBP Sumardji (kiri) janjikan bonus khusus (dok: Bhayangkara FC)

Bagaimana awal mula terlibat dalam manajemen Bhayangkara FC?

Ceritanya panjang dan membutuhkan waktu yang lama. Mulanya, saya itu asisten manajer Bhayangkara Surabaya United pada 2015. Kala itu, Pak Kapolri menunjuk saya langsung. Berawal dari situ, saya laksanakan tugas sebagai asisten manajer. Seiring berjalannya waktu, manajer Bhayangkara Surabaya United waktu itu tidak begitu aktif. Jadi, perannya diserahkan ke saya. 

Saya mengawali dari nol. Saya tidak tahu apa-apa tentang sepak bola. Tapi, saya harus berusaha dan berusaha semaksimal mungkin karena ini tugas dan tanggung jawab. Perintah dari Pak Kapolri. Saya harus melaksanakan itu dengan sebaik-baiknya. Alhamdulillah.

Pada 2016, ada kompetisi Indonesia Soccer Championship A. Saya masih menjadi asisten. Masuk 2017, saya naik menjadi manajer Bhayangkara FC. Namanya sudah tidak Bhayangkara Surabaya United lagi. Sejak itulah saya membawa nama besar Bhayangkara FC untuk selalu saya perjuangkan dengan segala konsekuensi yang saya hadapi di Liga 1.

Apa yang membuat Anda jatuh cinta dengan sepak bola, khususnya Bhayangkara FC?

Itu karena semua sebuah perintah yang harus dilaksanakan. Sebenarnya keterpaksaan, jujur saja. Saya juga kaget waktu itu. Dengan tekanan yang begitu besar, bertentangan dengan hati. Karena selembar surat perintah yang harus saya laksanakan, saya harus mencintai itu. Saya benar-benar jatuh cinta dengan sepak bola.

Alasan Anda menjadi Chief Operating Officer (COO) dan melepas jabatan manajer Bhayangkara FC?

Harus ada regenarasi yang dibangun. Bukan saya terus yang berada di bench. Kenapa? Karena institusi Polri itu besar dan orangnya cukup banyak. Tergantung kepada bagaimana keinginan, kemauan, dan ketulusan untuk mengemban tugas dan amanah sebagai manajer.

Waktu itu saya sampaikan ke Chief Executive Officer (CEO) Bhayangkara FC, Refdi Andri, Bhayangkara FC harus ada renegerasi supaya tetap berada di jalur yang benar. Tidak mungkin saya selalu harus ada di bangku pemain karena perlu ada penyegaran.

Akhirnya disepakati dan ditunjuk manajer baru, Nyoman Yogi Hermawan, untuk musim depan. Surat perintah sudah turun pada 25 Januari lalu. Posisi saya naik di atasnya menjadi COO, wakil dari CEO.

3 dari 6 halaman

Los Galacticos Indonesia

Skuat Bhayangkara FC untuk Liga 1 2020. (Media Bhayangkara FC).

Bhayangkara FC jorjoran di musim ini. Apakah ini memang taktik untuk kembali menjadi juara seperti 2017?

Begini... Saat kompetisi musim lalu hampir selesai, saya sudah bilang ke CEO. Saya melaporkan ke beliau untuk mohon petunjuk. Saya sebagai pelaksana di lapangan tentu saya akan melaksanakan apa yang menjadi perintah dari CEO. Dengan konsekuensi bahwa kalau targetnya tinggi, berarti bujetnya harus tinggi. 

CEO lalu memberikan arahan ke saya. Tahun ini, kami harus berjuang. Kami harus berada di papan atas. Lalu bagaimana agar berada di papan atas? Mau di jalur juara, tentu konsekuensinya banyak hal yang perlu dilakukan. Terutama transfer pemain. Akhirnya sepakat. Pada musim 2020, kami mencoba untuk berada di jalur juara. Konsekuensinya, perlu belanja pemain dengan kualitas bagus.

Lalu, kalau mau pemain berkualitas bagus, nilai sponsor yang masuk juga harus bagus. Kami sudah berbicara dengan sponsor kami untuk musim depan yang kemungkinan susunannya akan sedikit berbeda. Alhamdulillah, dari pihak sponsor sudah bersepakat sehingga kami berani untuk eksekusi.

Kalau Bhayangkara FC hidupnya dari sponsor. Kami tidak pernah berpikir untuk mengandalkan pendapatan dari penjualan tiket dan merchandise. Tidak mungkin. Kami hanya mengandalkan dari satu hal, sponsor, sehingga kekuatan finansial Bhayangkara FC itu dari sponsor. Bukan dari mana-mana.

Alhamdulillah, sponsor kami semua setia dan dari beberapa yang sudah kami ajak bicara, mereka memang sangat senang dengan keberadaaan Bhayangkara FC. Sebab setiap tahunnya, prestasi kami konsisten. Selalu berada di papan atas. Itu yang saya tangkap dari sponsor.

Berapa anggaran yang dihabiskan oleh Bhayangkara FC untuk belanja pemain musim ini? 

Yang pasti, kami menyesuaikan dana dari sponsor untuk belanja pemain. Tidak berani kami mendatangkan pemain di luar bujet dari sponsor. Kami punya lima sponsor untuk musim depan. Sudah kami hitung jumlah semuanya dari awal kami merekrut pemain hingga tuntas sehingga kenapa pemain Bhayangkara FC merasa aman dan nyaman, mohon maaf, semua sudah teralokasi sebagaimana mestinya. 

Jika nilai dari sponsor tidak mendukung, kami tak bisa memaksakan diri karena memang uangnya tak ada. Berbeda dengan klub-klub lain masih bisa mengandalkan pendapatan dari tiket. Kami tak pernah berorientasi bisnis. Kami hanya bisa memberikan bantuan sumbangan pemain untuk Timnas Indonesia.

Maka setiap tahun, mungkin bisa dicek, Bhayangkara FC menjadi tim yang paling banyak menyumbangkan pemain untuk Timnas Indonesia dan akan saya berikan. Kalau mau diambil semua juga boleh karena kami memang mempersiapkan itu semua.

Buat kami, juara itu bonus. Jujur saja, dari awal, Pak Kapolri menyampaikan kepada kami untuk mengutamakan kebutuhan bangsa dan negara. Hasrat juara itu sebenarnya motivasi kepada pemain, bukan motivasi kepada siapa-siapa. 'Ini lho kamu. Bisa tidak kalau kamu juara selain kamu juga bisa memberikan sumbangan tenaga untuk bangsa dan negara, lalu kamu dapat bonus juga dari Bhayangkara FC.'

Dengan agresifnya Bhayangkara FC di bursa transfer setelah menggaet pemain-pemain ternama, apakah anggaran untuk musim ini juga meningkat?

Yang tahu operasional itu saya. Yang tahu anggaran dan bujet itu saya. Yang mengeluarkan uang itu saya. Berkaitan dengan itu, mungkin terlalu berandai-andai menurut saya sehingga kalau berkaitan anggaran, sebenarnya tidak sebesar itu. Tapi, saya tak bisa sampaikan ke publik. Intinya, pengeluaran Bhayangkara FC di setiap tahunnya pasti menyesuaikan dari pendapatan sponsor. Kami tidak berani melebihi itu.

4 dari 6 halaman

Ezechiel N'Douassel, Osvaldo Haay, dan Saddil Ramdani

Pemain Persib Bandung, Ezechiel N'Douassel saat melawan Mitra Kukar pada laga Liga 1 Indonesia di GBLA, (8/4/2018). Persib Bandung menang 2-0. (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Bagaimana Bhayangkara FC menggaet Ezechiel N'Douassel dari Persib?

Begini. Berawal dari target CEO, saya menilai pelatih Paul Munster punya kemampuan bagus. Dia punya kemampuan untuk mengoordinasi tim. Hasilnya, situasi tim hangat, nyaman, dan semangat makin bertambah, sehingga, pelatih menginginkan beberapa pemain menjadi bidikannya.

Dia menyampaikan ke saya ada enam pemain yang diinginkan. Dari Ezechiel N'Douassel, Andik Vermansah, Ruben Sanadi, Makan Konate, Saddil Ramdani, dan Osvaldo Haay.

Semuanya adalah pemain bintang. Saya bilang saya tak mungkin memenuhi permintaannya semua. Ini pemain mahal semua. Saya tidak berani mengiyakan, tapi saya akan cari sponsor dulu untuk menyesuaikan anggaran yang kami keluarkan.

Begitu Munster memberikan nama-nama ke kami, langsung kami dekati agen-agennya. Saya tanya berapa harga masing-masing pemain. Saat dihitung kami mampu, langsung kami eksekusi.

Saya sempat ajak Saddil dan Osvaldo untuk gabung ke sini. Tapi, mereka bilang akan mencoba untuk berkarier di Eropa lebih dulu. Oke tak masalah buat saya. Tapi, jika nantinya skuat Bhayangkara FC sudah penuh, mereka tak boleh menyesal.

Faktanya, mereka beberapa kali menghubungi saya. Tapi, tak bisa karena skuat kami sekarang sudah penuh. Malah saat ini kami surplus satu pemain, harus meminjamkan. Mau bagaimana lagi. Kondisinya seperti itu.

Apakah ada kesulitan saat bernegosiasi dengan Persib untuk membeli N'Douassel?

Tidak. Kebetulan selama ini saya punya hubungan baik dengan manajemen Persib sehingga apa yang kami lakukan tidak mengalami kendala. Orang PHP (pemberi harapan palsu) dengan yang sungguhan itu berbeda.

Kalau saya dengan manajemen Persib, apa adanya. Tak pernah, mohon maaf, manajemen Persib PHP kepada kami. Jika iya, maka iya. Kalau tidak, maka tidak. Kalau yang lain, terkadang PHP. Bilang iya, tapi iya apanya? Kalau Persib tidak. Jujur, saya sampaikan apa adanya.

Berapa kocek yang dikucurkan untuk transfer N'Douassel?

Masih lebih mahal Bali United ketika membeli Paulo Sergio dari kami pada awal musim lalu. Untuk angkanya, kami tidak dapat menyebutkan karena kami punya hubungan baik. Bhayangkara FC ini selalu berkomitmen. Kami tidak mau PHP.

 

5 dari 6 halaman

Los Bhayangkaraticos

Skuat Bhayangkara FC untuk Liga 1 2020. (Media Bhayangkara FC).

Apa ekspektasi Anda untuk Paul Munster di Liga 1 2020?

Sekarang saya kembalikan ke coach. Apa yang menjadi kemauan dan keinginannya sudah saya penuhi. Sekarang dia harus bisa buktikan. Saya sudah pernah sampaikan ke dia. Sekarang saya ingin dia buktikan yang terbaik.

Yang saya minta, tim bisa konsisten dan menunjukkan prestasi. Satu hal yang saya tekankan. Saya ingin prestasi meningkat, kualitas tim juga meningkat. Lalu, kalau Timnas Indonesia mau ambil pemain kami, silakan pakai. Jangan sampai melarang jika negara membutuhkan.

Untuk Liga 1 2020, apakah Bhayangkara FC akan menyiapkan stadion lain jika Stadion PTIK tak bisa menampung animo penonton?

Saya kira saya akan mengikuti perkembangan yang ada. Saya melihat banyak hal positif yang bisa didapatkan. Contoh, dengan adanya pemain yang punya fans cukup banyak seperti Eze dan Andik. Mereka banyak sekali fans-nya. Harapan saya, fans pribadi mereka juga dapat mendukung Bhayangkara FC.

Harapannya, lambat laun Bhayangkara FC punya fan tidak hanya dari keluarga besar Polri, tapi dari seluruh lapisan masyarakat yang menggemari tim kami karena prestasinya, pelan-pelan akan ada di hati penggemar. 

Dari awal, saya bilang Bhayangkara FC hanya ingin berprestasi. Kalau bicara di-bully, sejak awal sampai sekarang kami selalu di-bully. Tapi, saya selalu sabar, selalu tersenyum. Saya hanya mau membuktikan. Saya ingin menanggapi dengan senyuman dan prestasi terhadap fans yang merasa berseberangan dan tidak nyaman dengan Bhayangkara FC. Harapannya apa? Yang nyinyir Bhayangkara FC, bisa beralih menjadi suka, jadi senang. Dan pada akhirnya, mau mendukung Bhayangkara FC.

Dalam waktu dekat, jika PTIK tak menampung, kami bisa berkandang di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, dan Stadion Madya, Jakarta, atau di manapun tempat yang menghendaki Bhayangkara FC untuk bermain.

Setuju dengan label Los Bhayangkaraticos menyusul banyak pembelian pemain bintang di musim ini?

Memang tujuannya seperti itu sebenarnya. Dengan mengumpulkan pemain bintang, kami tak akan tercerai berai, tapi lebih kompak dan solid. Lalu, penonton mau datang mendukung Bhayangkara FC sehingga kami punya kesempatan untuk membesarkan PTIK.

Ini bagian dari tujuan kami untuk memberikan penampilan yang terbaik supaya orang-orang tertarik mendukung Bhayangkara FC.

Apakah benar tumbuh rivalitas antara Bhayangkara FC dengan Tira Persikabo?

Itu salah. Salah besar itu. Kalau persaingan prestasi, iya. Tak mungkin namanya klub tak bersaing prestasi. Pasti mencari yang terbaik. Yang penting satu yang dijaga, fair play.

Kalau bersaing prestasi iya, tapi di luar itu tidak ada. Selama 90 menit, kami bersaing prestasi. Ibaratnya derbi jika menghadapi Tira Persikabo. Derbi buat kami dan mereka. Itulah yang membuat kami senang, bangga, dan membuat kami tertawa-tawa. Tegang selama 90 menit tapi setelah itu tertawa-tawa.

Saya sempat mengobrol dengan perwakilan Tira Persikabo. Pada tahun ini kami ingin saat kedua klub bertemu, penggemar kami dan Tira Persikabo mendukung secara berdampingan. Anggota TNI juga ikut menonton. Jadi, untuk tahun ini ada kemasan berbeda. Bukan malah tanpa penonton.

Kalau perlu, kami undang petinggi-petinggi polisi dan TNI. Kami sajikan yang terbaik supaya kedua belah pihak dapat tersenyum bersama. Itulah bentuk menyatukan kebersamaan Polri dengan TNI. Bersaing prestasi iya. Di luar itu tidak ada.

Seberapa besar perhatian Kapolri terhadap Bhayangkara FC? 

Pak Kapolri menaruh respek dan perhatian kepada terhadap Bhayangkara FC, di samping prestasi olahraga lainnya seperti bola voli. Tapi, bicara sepak bola, beliau menaruh respek dan perhatian. Sebab, sepak bola bisa menghadirkan banyak suporter.

Siapa pesaing terberat Bhayangkara FC musim depan?

Tak ada rival terberat. Kami ini sifatnya nasional bukan kedaerahan. Jadi, rival yang dikatakan itu adalah kekuatan antara daerah ini dan itu. Sedangkan kami mewakili nasional. Ini yang membuat Bhayangkara FC mudah menang karena tak punya rival.

Jika bicara pesaing utama untuk merebut trofi juara, sampai saati ini kami belum membahas ke arah sana. Nanti kami akan lihat.

6 dari 6 halaman

Mendukung Habis Shin Tae-yong

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, dalam perkenalan pelatih Timnas Indonesia di Stadion Pakansari, Cibinong, Sabtu (28/12). PSSI Kontrak Shin Tae-yong 4 Tahun sebagai Pelatih Timnas.(Bola.com/Yoppy Renato)

Tahun lalu Anda manajer Timnas Indonesia U-22 dan senior. Setelah PSSI menjadikan Shin Tae-yong manajer pelatih, apakah posisi Anda otomatis terganti?

Saya tidak tahu. Kalau posisi saya di timnas, tergantung dari PSSI apakah masih membutuhkan saya atau tidak. Yang pasti kalau saya dibutuhkan, harus ada permintaan dari PSSI kepada Pak Kapolri sehingga beliau dapat mengizinkan saya kembali menjadi manajer timnas.

Anda pernah menyampaikan Timnas Indonesia cocok ditangani pelatih dari Korea Selatan atau Jepang. Kini, Shin Tae-yong terpilih sebagai manajer pelatih timnas. Seberapa besar keyakinan Anda?

Kalau sekarang, mohon maaf, mudah-mudahan tidak salah. Saya memang punya keinginan timnas harus dipegang jika tidak pelatih Korea Selatan atau Jepang. Kenapa? Pertama, saya melihat karakter orang Indonesia tak beda jauh dengan Korea Selatan dan Jepang. Karakter orang Indonesia itu pekerja keras dan mengandalkan kecepatan.

Pemain dari Korea Selatan dan Jepang sama. Tak ada bedanya. Itu yang diandalkan. Lalu, kenapa kami harus memakai pelatih dari Eropa? Saya punya keyakinan di bawah Shin Tae-yong, timnas akan berprestasi. Ini feeling saya mudah-mudahan tidak salah. Insyaallah saya punya keyakinan akan makin bagus.

Tapi, bagaimanapun kondisinya, timnas harus mendapatkan dukungan dari klub. Jangan ada klub yang menghambat lagi. Saat diminta pemainnya, banyak alasan. Ada yang kurang pemain, cedera, sakit sampai tidak punya paspor. Saya mohon dengan ikhlas dan sukarela, klub melepas pemain yang dibutuhkan timnas seperti Bhayangkara FC.

Kalau kami kompak, kualitas kompetisi, pertandingan akan makin bagus. Tentu, dampaknya terasa ke pemain timnas. Saya yakin. Kalau bicara timnas tahun lalu, siapa pun pelatihnya, mati pasti. Bagaimana mungkin dalam tempo 5-6 bulan dapat memberikan prestasi bagi timnas. Pemain timnas itu bisa bermain tiga kali dalam sepekan bersama klub. Setelah itu mereka dipanggil timnas. Mana ada. Tak mati saja mereka sudah untung. Tak masuk akal.

Jadi, kalau sekarang tak ada alasan lagi. Sebab, Liga 1 2020 akan dimulai pada 29 Februari dan berakhir sekitar akhir Oktober 2020. Itu sudah jadwal yang tepat. Dengan begitu, PSSI sudah melakukan perbaikan.

Hanya satu hal yang selalu saya ingatkan jika PSSI bagus, klub juga bagus, namun apabila perangkat pertandingan tak bagus, itu sama saja membunuh klub. Makanya saya selalu ingatkan yang dikatakan bagus itu, semuanya. Federasi memperbaiki mulai jadwal dan perangkat pertandingan. Semuanya ditingkatkan kualitasnya. Semuanya bagus pasti hasilnya bagus.

Apa pesan Anda untuk suporter timnas?

Itulah, mohon maaf, yang jadi kelemahan kita. Jadi, maunya instan, seperti mie instan. Dimasak lima menit jadi, tak ada itu. Semua butuh proses. Proses panjang. Coba lihat Vietnam, jangan melihat rival Malaysia, lihat Thailand saja. Kenapa mereka bisa bagus? Karena prosesnya betul-betul diawali dengan cara yang bagus. Dari pemilihan pemain muda, kompetisi level usia berjalan. Tak ujug-ujug dari usia 19 tahun bisa bermain sepak bola lalu disuruh bagus, mana ada. Bagus paling sesaat. Terkadang mengandalkan nama besar.

Semuanya butuh proses, paling tidak tiga tahun baru bisa dirasakan. Saya yakin selama suporter berkomitmen untuk sabar, federasi mau betul-betul memperbaiki semuanya, mulai pemilihan pemain dari usia dini hingga U-23 dan senior, jangan putus.

Kebiasaan di sini, jika Ketua PSSI ganti, berubah pula aturannya. Berganti lagi kokinya. Itu susah. Saya berharap tahun ini di bawah kepemimpinan Pak Mochamad Iriawan, PSSI maju. Direktur Teknik PSSI harus benar-benar menancapkan fondasi yang benar. Siapapun yang menjadi Ketua PSSI, seharusnya seperti ini.