Kilas Balik Eksistensi Seto Nurdiyantoro Bersaudara dalam Sepak Bola Indonesia

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 29 Mar 2020, 06:15 WIB
Seto Nurdiyantoro (tengah) diapit kedua adiknya Fajar Listyantoro (kanan) dan Yohanes Yuniantoro (kiri) dalam sebuah laga amal di Ceper, Kabupaten Klaten, tahun 2018. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Sleman - Banyak pesepak bola yang berasal dari satu keluarga kandung dan memiliki profesi yang sama. Tentu masih teringat di daratan Eropa begitu banyak pemain yang ternyata kakak beradik ataupun saudara kembar.

Seperti Filippo dan Simone Inzaghi, De Boer bersaudara, Neville bersaudara, Kevin-Prince Boateng dan Jarome Boateng, hingga Paul Pogba dan adiknya Florentin Pogba. Indonesia pun tak ketinggalan memiliki Ortizan dan Boaz Solossa.

Advertisement

Dari tanah Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata juga pernah melahirkan tiga pesepak bola dalam satu keluarga. Mereka adalah Seto Nurdiyantoro, Fajar Lisyantoro, dan Yohanes Yuniantoro.

Ketiga putra daerah Kabupaten Sleman tersebut mewarnai persepakbolaan Indonesia pada medio 2000-an. Seto Nurdiyantoro sebagai kakak tertua, lebih dulu berkecimpung di sepak bola Indonesia pada era Ligina dengan memperkuat Pelita Jaya.

Sebenarnya Seto mengawali karier dengan membela tim asal kelahirannya, PSS Sleman, pada awal 1990 silam. Kemudian potensi besarnya ditebus oleh Pelita Jaya hingga membuatnya sebagai pemain besar dan mampu menembus Timnas Indonesia di Piala Tiger 2000.

Setelah meraih puncak kariernya di Pelita Solo, Seto lantas kembali pulang ke PSS untuk beberapa musim. Kemudian Seto bermain untuk dua tim tetangga, yakni PSIM Yogyakarta dan di Persiba Bantul hingga pensiun.

Tidak hanya sukses sebagai pemain, pria berusia 45 tahun ini ikut menorehkan prestasi gemilang sebagai pelatih. Sebagai pelatih yang masih muda, Seto telah memiliki lisensi kepelatihan AFC Pro.

Puncaknya adalah sukses membawa Elang Jawa PSS Sleman menjuarai Liga 2 2018. Hebatnya lagi PSS mampu finis di peringkat delapan klasemen akhir Shopee Liga 1 2019, dirinya juga nyaris masuk ke jajaran tim pelatih Timnas Indonesia.

Karier Seto disusul oleh adiknya, Fajar Lisyantoro. Pria kelahiran 26 Juni 1981, juga mengawali karier di Bumi Sembada. Namanya bersinar kala memperkuat Persijatim Solo FC pada 2003.

Fajar juga menghabiskan akhir kariernya di PSS hingga musim 2014, atau saat tim pujaan Slemania keluar sebagai juara Divisi utama Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS), saat terjadi dualisme kompetisi.

Adik Seto Nurdiyantoro yang paling bungsu adalah Yohanes Yuniantoro. Bermain di posisi bek sayap kanan, Yohanes mengawali karirnya membela PSS saat masih tampil di Divisi 1 pada 2000. Ia turut membawa PSS promosi ke Divisi Utama.

Meski telah lama pensiun, ketiga bersaudara hingga saat ini masih cukup aktif bermain sepak bola bersama jika ada kesempatan. Seperti dalam sebuah pertandingan amal di lapangan desa Kurung, Ceper, Kabupaten Klaten (29/12/2018).

 

Video

2 dari 2 halaman

Tidak Ada Rivalitas

Hal yang cukup menarik adalah Seto Nurdiyantoro dan adik-adiknya, banyak bermain di klub sekitar kawasan Yogyakarta dan Solo. Klub-klub bumi Mataram seperti PSIM Yogyakarta, PSS Sleman, Persiba Bantul, Persijatim Solo FC, hingga Pelita Solo, pernah menjadi tempat persinggahan ketiganya.

Tidak ada istilah rivalitas bagi mereka jika harus bertemu dengan membawa nama besar klub yang dibelanya masing-masing. Seto Nurdiyantoro mengaku tidak pernah memikirkan soal rivalitas Setiap berkarir di klub manapun, adalah bekerja secara profesional.

"Kami bertiga memang memiliki kebebasan untuk bermain di klub manapun. Termasuk saat akhirnya jadi rekan satu tim, ataupun lawan. Profesionalitas harus diutamakan. Saat saya melatih PSIM, Fajar ikut seleksi pemain," terang Seto Nurdiyantoro.

"PSIM memang punya cerita bagus dalam perjalanan karier saya. Saat bermain, karir cemerlang saya muncul saat di tim itu. Lalu bergabung dengan Pelita Solo sebagai langkah untuk mengembangkan permainan," tuturnya.

Berita Terkait