Musim 1993/1994, Periode Menarik AC Milan: Scudetto Meski Minim Cetak Gol dan Juara Liga Champions

oleh Hendry Wibowo diperbarui 16 Apr 2020, 18:30 WIB
Logo dan ilustrasi AC Milan. (AFP/Paco Serinelli)

Bola.com, Jakarta - AC Milan sukses meraih scudetto pada Serie A musim 1993/1994 yang lalu. Menariknya, Rossoneri sukses meraih gelar juara walau minim cetak gol. Kala itu mereka hanya mencetak 36 gol dari 34 laga yang dimainkan. Milan juga juara Liga Champions pada musim ini.

Di era sepak bola modern, mencetak gol dianggap sebagai faktor penting bagi sebuah tim untuk menang. Makin banyak mencetak gol, peluang menang pun diklaim makin besar. Makin sering menang, juara makin dekat.

Advertisement

Pada musim 2019/2020 ini misalnya, Lazio secara mengejutkan mampu bersaing di papan atas. Tajamnya lini depan Lazio yang dikomandoi Ciro Immobile menjadi kunci. Lazio mencetak 60 gol dari 26 laga dan berada di posisi kedua klasemen.

Namun, yang terjadi pada Serie A musim 1993/1994 berbeda dengan wajah sepak bola saat itu. Ketika itu, tim-tim di Serie A memprioritaskan lini belakang dan AC Milan adalah contoh paling sempurna.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 5 halaman

Persaingan Serie A Musim 1993/1994

Serie A Logo Alternatif (istimewa)

Serie A musim 1993/1994 menampilkan persaingan yang sangat sengit. AC Milan masih menjadi kekuatan utama Serie A usai sukses meraih scudetto pada musim 1991/1992 dan 1992/1993. Milan punya skuad yang hebat.

Lalu, ada Inter Milan yang menjadi runner-up pada musim 1992/1993. Kala itu, Inter Milan punya pemain top seperti Dennis Bergkamp, Ruben Sosa, Giuseppe Bergomi, dan Walter Zenga.

Juventus juga menjadi penantang kuat scudetto. Roberto Baggio menjadi andalan bagi Si Nyonya Tua. Pada musim 1993/1994, pemain yang dikenal dengan gaya ramput kuda tersebut mencetak 17 gol di Serie A.

Selain itu, masih ada kekuatan lama seperti Parma dan Sampdoria. Parma ketika itu punya pemain andalan Gianfranco Zola dan Faustino Asprilla. Sedangkan, Sampdoria punya Roberto Mancini dan Ruud Gullit.

Lazio juga meramaikan persaingan papan atas klasemen. Klub asal ibukota punya mesin gol bernama Giuseppe Signori. Pada musim ini, Giuseppe Signori sukses mencetak 23 gol dan menjadi top skor Serie A.

3 dari 5 halaman

Milan Scudetto Musim 1993/1994

AC Milan musim 1993/1994 ketika meraih scudetto dan Liga Champions. (AC Milan)

Fabio Capello yang menjadi pelatih AC Milan dibekali banyak pemain bintang pada musim 1993/1994. Khususnya di lini belakang. Fabio Capello bisa menerapkan taktik bertahan atau Catenaccio dengan sangat leluasa bermodal pemain yang ada di skuad.

Fabio Capello masih punya sosok yang berpengaruh yakni Franco Baresi di lini belakang. Selain itu, ada juga dua pemain muda yang performanya menanjak yakni Alessandro Costacurta dan Paolo Maldini.

Milan juga memiliki Filippo Galli, Mauro Tassotti, dan Christian Panucci.

Di lini tengah, Milan punya Marcel Desailly, Demetrio Albertini, Roberto Donadoni, Brian Laudrup, dan Zvonimir Boban. Kinerja apik mereka menopang duet Daniele Massaro dan Jean-Pierre Papin di lini depan.

Dengan materi pemain tersebut, Milan tampil sangat perkasa di Serie A. Milan meraih scudetto musim 1993/1994. Milan menutup kompetisi dengan meraih 50 poin dari 34 laga. Milan unggul tiga poin dari Juventus yang berada di posisi kedua.

4 dari 5 halaman

Catenaccio Racikan Fabio Capello

Fabio Capello pelatih Italia yang punya segudang pengalaman bersama klub eropa maupun negara Eropa. (AFP Photo/Jonathan Nackstrand)

Lini pertahanan menjadi kunci dari sukses AC Milan meraih scudetto pada musim 1993/1994. AC Milan memang hanya mencetak 36 gol, tetapi mereka juga kebobolan sangat sedikit. Milan hanya kebobolan 15 gol dari 34 laga yang dimainkan.

AC Milan menjadi tim dengan tingkat kebobolan paling sedikit dibanding tim Serie A lainnya. Juventus yang berada di posisi kedua kebobolan 25 gol.

Jumlah gol Milan memang sedikit, hanya 36 gol. Jumlah tersebut kalah jauh dari Juventus yang mencetak 58 gol. Bahkan, Inter Milan yang berada di posisi ke-13 mampu mencetak 46 gol. Sampdoria yang berada di posisi ketiga menjadi tim paling produktif dengan 64 gol.

Namun, pertahanan adalah kunci bagi AC Milan. Milan hanya dua kebobolan lebih dari satu gol dalam satu laga. AC Milan mengalami momen itu ketika kalah dengan skor 3-2 dari Sampdoria pada laga pekan ke-10 dan imbang 2-2 lawan Udinese pada pekan ke-32.

Milan bahkan tidak kebobolan pada tujuh laga awal secara beruntun. Mauro Tassotti dan kawan-kawan tercatat 22 kali cleansheet dalam satu musim. Capaian yang luar biasa.

5 dari 5 halaman

Cattenacio vs Total Voetbal di Liga Champions

Bukan hanya berjaya di Serie A, AC Milan juga meraih kejayaan di Liga Champions. Rossoneri mampu melaju ke final dan berjumpa Barcelona pada laga yang digelar di Stadion Olimpiade, Athena, 18 Mei 1994.

Saat itu, Barcelona punya trio lini depan top pada sosok Txiki Begiristain, Romario, dan Hristo Stoichkov. Klub asal Catalan juga dilatih sosok yang begitu sohor dengan taktik 'total voetbal' yakni Johan Cruyff.

Namun, yang terjadi pada laga final justru antiklimaks. Barcelona dengan gaya bermain menyerangnya tidak mampu mencetak gol. Josep Guardiola di lini tengah tidak mampu menghadapi duet Albertini dan Desailly di pihak AC Milan.

AC Milan menang dengan skor 4-0 atas Barcelona di final Liga Champions 1993/1994. Daniele Massaro mencetak dua gol untuk AC Milan. Sedangkan, dua gol lainnya dicetak Dejan Savicevic dan Marcel Desailly.

Sumber asli: Dari berbagai sumber 

Disadur dari: Bola.net (Asad Arifin/Published 15/4/2020)