Kenangan Franco Hita Membawa Sarung Tinju ke Latihan Persema

oleh Iwan Setiawan diperbarui 20 Jun 2020, 12:21 WIB
Mantan pemain Arema dan Persema Malang asal Argentina, Franco Hita. (Dok. Pribadi)

Bola.com, Malang - Mantan striker Arema dan Persema Malang asal Argentina, Franco Hita, sampai saat ini masih menjadi seorang idola bagi Aremania. Meski hanya dua setengah musim berbaju Arema, yaitu pada 2003-2005, Franco mampu mengambil hati suporter. Selain ikut memberikan trofi juara Copa Indonesia, tato singa yang menjadi maskot Arema di lengan kanannya menjadi bukti kecintaan striker berwajah garang itu kepada Arema.

Namun, di balik kecintaannya terhadap Arema dan menjadi idola bagi Aremania, ada sebuah cerita yang kurang menyenangkan ketika Franco Hita membela klub sekota Arema, Persema Malang. Beberapa versi cerita mengatakan dia berkelahi dengan rekan satu tim pada 2007.

Advertisement

Franco Hita masih mengingat momen tersebut. Pencetak 22 gol untuk Arema itu mengaku jika kejadian tersebut berawal dari sebuah kesalahpahaman.

"Saya masih ingat kejadian waktu di Persema. Itu hanya salah paham dan saya harus menceritakannya dari awal," ujar Franco Hita yang kini sudah memegang lisensi kepelatihan profesional.

Semua berawal dari ketika kompetisi berhenti selama satu bulan. Hita dan sesama pemain asing Persema, Christian Chiko Olivarez meminta izin untuk pulang ke kampung halaman negara masing-masing. Manajemen Persema memberikan izin saat itu.

Namun, ternyata ketika mereka pulang ke kampung halaman, Copa Indonesia tetap dilanjutkan. Persema harus menelan kekalahan akibat tidak diperkuat Hita dan Chiko yang sudah terlanjut diizinkan pulang.

"Setelah kekalahan itu, Persema menggelar pemusatan latihan di Batu. Saya tidak ikut karena cedera engkel. Malam harinya, Chiko datang ke rumah saya dan bercerita baru saja berkelahi dengan pemain lokal. Selama di Persema, saya sangat dekat dengan Chiko," kisahnya.

Keesokan harinya, Hita datang ke lapangan, tapi bukan untuk berlatih. Ia membawa sarung tinju untuk bertemu dengan pemain lokal yang berselisih paham dengan Chiko.

"Sebelum bermain sepak bola, saya ikut kickboxing. Saya suka olahraga itu. Jadi saya simpan sarung tinju di rumah. Itu saya bawa untuk bertemu pemain lokal di Persema. Sebenarnya saya hanya ingin bercanda, tapi keadaan berubah karena suasananya sudah tidak bagus. Namun, setelah kejadian itu, kami berteman lagi," kenang Franco Hita.

 

 

Video

2 dari 2 halaman

Meninggalkan Persema demi Chiko

Franco Hita mengaku sebelumnya tidak pernah ada masalah, baik dengan pemain lokal Persema, pelatih, maupun manajemen klub. Apalagi dia pencetak gol terbanyak Persema dalam kompetisi saat itu.

"Setelah kejadian itu, pengurus memanggil saya. Mereka mengatakan ingin mencoret Chiko. Kedekatan saya dengan Chiko membuat saya memutuskan untuk keluar," ujar Franco Hita.

"Setelah itu, ada tawaran kembali ke Arema atau ke Persija Jakarta. Namun, ada regulasi pemain asing harus keluar Indonesia dulu setelah bermain lima tahun. Tahun depannya baru bisa kembali lagi," kisah Hita yang saat itu memutuskan berkarier di Chile sebelum kembali ke Indonesia dan membela Mitra Kukar dan Persela Lamongan.

Jika tidak ada regulasi penyegaran pemain asing saat itu, Franco Hita mungkin masih membela Arema atau setidaknya tetap berada di Malang.

Berita Terkait