PSIS Keluhkan Sulit Penuhi Persyaratan dari Gugus Tugas COVID-19 untuk Lanjutan Liga 1 2020

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 15 Jul 2020, 11:45 WIB
Logo PSIS Semarang. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Semarang - Gugus Tugas percepatan COVID-19 memberikan persyaratan rekomendasi untuk kelanjutan kompetisi Liga 1 2020. PSIS Semarang mengaku sangat sulit menerapkan dan menenuhi persayaratan dari Gugus Tugas. 

PSSI menetapkan kelanjutan kompetisi sepak bola Indonesia pada 1 Oktober 2020.

Advertisement

Diperlukan rekomendasi dari berbagai pihak untuk menjalankan kembali roda kompetisi, di tengah pandemi COVID-19 yang belum reda. Satu diantaranya dari gugus tugas penanganan COVID-19.

Adapun syarat dari gugus tugas penanganan COVID-19 yang diketuai Doni Mornado dinilai cukup memberatkan klub peserta. Yakni agar seluruh elemen yang berada di area tempat pertandingan wajib melalui tes PCR, bukan rapid test. Syarat lainnya adalah pemain wajib menjalani isolasi.

Persayaratan itu dikeluhkan PSIS Semarang. GM PSIS, Wahyu Winarto, menilai persyaratan yang dikeluarkan oleh gugus tugas penanganan COVID-19, akan sulit diterapkan karena berbagai faktor.

"Dengan membaca berita di media, pernyataan gugus tugas saya rasa sulit diterapkan. Syaratnya sulit, saya tidak yakin bisa dijalankan," tutur Wahyu Winarto, Selasa (14/7/2020).

"Sekarang contohnya apa ada klub Indonesia apa ada yang sudah memiliki tempat isolasi mandiri? Tim biasanya berada di tempat penginapan seperti hotel atau apartemen," lanjutny GM PSIS Semarang itu. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Mengkaji Ulang

GM PSIS Semarang, Wahyu Winarto di tengah lapangan usai PSIS menang atas Bali United di Stadion Moch Soebroto, Magelang, Jumat (15/11/2019). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Pria yang akrab disapa Liluk ini menambahkan, gugus tugas penanganan virus Corona perlu mengkaji ulang syarat agar lebih masuk akal.

Pihaknya optimistis akan dihasilkan ketentuan yang bisa diterima seluruh pihak, sehingga kompetisi berjalan dengan aman dan lancar.

"Seperti pemain kan juga punya keluarga. Jika mereka pulang ke rumah, mereka juga minimal kumpul dengan keluarganya. Kemudian jadwal antar pertandingan yang berdekatan. Belum lagi tes PCR yang biayanya tidak murah," jelas Liluk.