Masih Ada 2 Stigma Negatif COVID-19 di Tengah Masyarakat

oleh Faozan Tri Nugroho diperbarui 21 Des 2020, 20:40 WIB
Ilustrasi pakai masker. (Photo by Victor He on Unsplash)

Bola.com, Jakarta - Pandemi virus corona penyebab COVID-19 masih belum berakhir. Hingga kini, virus penyebab COVID-19 masih menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Virus corona COVID-19 masih terus menjadi tajuk utama media, baik itu cetak, daring, maupun elektronik.

Banyak media nasional maupun internasional membicarakan virus yang diduga berasal dari Wuhan, China, itu.

Advertisement

Dengan gejala yang mirip flu biasa, namun mudah menular, membuat beberapa kalangan menjadi cemas dan khawatir, tak terkecuali masyarakat di Indonesia.

Situasi tersebut yang kerap menimbulkan berbagai stigma negatif di kalangan masyarakat tentang COVID-19. Apalagi pandemi COVID-19 memang masih belum berakhir.

Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Bidang Perubahan Perilaku, Turro Wongkaren, mengungkapkan hingga saat ini terdapat ada dua stigma negatif tentang COVID-19 yang masih melekat di lingkungan masyarakat.

"Yang pertama, stigma di dalam diri sendiri, itu juga penting. Karena dia merasa khawatir, misalnya kalau ibu atau bapak yang bekerja, dia yang menyebarkan. Jadi, agak malu kalau dia ternyata menjadi penyebar," ujar Turro, saat dialog bertajuk 'Pentingnya Peran Masyarakat Akhiri Pandemi' yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia, Senin (21/12/2020).

"Yang kedua, adalah stigma yang berhubungan dengan cara masyarakat melihat seseorang. Dan ini yang sebenarnya sama, dua-duanya sama-sama menyedihkan karena seharusnya tidak ada," tambahnya.

Meski begitu, stigma negatif tersebut saat ini perlahan sudah berkurang jika dibandingkan dengan stigma yang muncul dari dalam diri sendiri.

"Ketakutan-ketakutan yang dari dalam diri sendiri itu yang banyak. Tapi, sekarang kalau saya lihat pelan-pelan masyarakat sudah mulai membuka diri, COVID-19 perlu penanganan medis," kata Turro.

Berita Terkait