Sembari Menanti Kejelasan Liga 1 2021, PSS Memperbanyak Program Klub

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 03 Feb 2021, 19:30 WIB
Peluncuran buku Super Elja Method oleh development center PSS Sleman di Omah PSS, Jumat (28/1/2021). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Sleman - Manajemen PSS Sleman tidak mau larut dalam keterpurukan pada masa pandemi COVID-19. Situasi yang membuat persepakbolaan di Indonesia ikut terdampak, seperti penangguhan kompetisi sejak tahun lalu.

Seluruh klub, termasuk PSS Sleman, harus menerima keputusan PSSI yang membubarkan kompetisi musim 2020. Alhasil kebijakan kontrak maupun hak dan kewajiban pemain sepenuhnya dikembalikan ke klub.

Advertisement

Selain memetakan persiapan menghadapi kompetisi pada 2021 ini, PSS memiliki segudang agenda yang sudah mulai berjalan. Direktur Utama PSS Sleman, Marco Gracia Paulo, menyikapi awal 2021 dengan membuat klub lebih fokus mengerahkan seluruh energi, waktu, kekuatan, dan sumber dayanya.

Sejauh ini PSS telah mewujudkan tiga program nyata meski belum ada kompetisi. Berawal dengan peresmian Omah PSS, kemudian menjaring mitra bisnis melalui program Kancane PSS, hingga terbaru peluncuran buku berjudul Super Elja Method.

Menurut Marco, patut disyukuri PSS sebagai klb yang utuh tetap melakukan aktivitas bisnis dan manajerial walau kompetisi belum dimulai. Sementara di sisi tim, pelatih Dejan Antonic juga telah menyiapkan kerangka menyongsong kompetisi 2021.

"PSS Sleman sudah berada di jalurnya, sudah on the track. Semoga semangat positif ini tersebar juga di klub-klub lain. Selain itu, PSS juga tetap bisa memberikan kontribusi untuk kemajuan sepak bola Indonesia," ujar Marco Gracia Paulo, Rabu (3/2/2021).

Video

2 dari 2 halaman

PSS Method

PSS Sleman logo.

Manajemen klub berlogo candi tersebut baru saja merilis buku Super Elja Method, Jumat (28/1/2021). Buku ini merupakan metodologi yang berisi kumpulan cara dan metode yang digunakan development center PSS Sleman.

Sebagaimana diketahui, departemen ini mengelola bakat-bakat muda, mulai kelompok usia 16 hingga 20 tahun. Buku yang disusun itu merupakan tahap awal dari sebuah proyek pengembangan jangka panjang.

"Kita semua mungkin sepakat Indonesia sangat kaya dengan bakat-bakat sepak bola terbaik. Namun, selalu muncul pertanyaan mengapa kita selalu gagal bersaing dengan negara-begara elite sepak bola dunia?" tutur kepala development center PSS, Guntur Cahyo Utomo.

"Ada banyak jawaban memang, tapi kami yakin ada satu hal yang sangat luar biasa penting sebagai penyebab, yaitu persoalan cara kami mengembangkan bakat-bakat tersebut," lanjutnya.