Widodo C Putro Kenang Momen Gol Salto, Nomor Punggung 10 di Persija sampai Almarhum Alfred Riedl

oleh Hendry Wibowo diperbarui 13 Feb 2021, 10:30 WIB
Widodo C. Putro. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Apa yang terlintas di benak Sahabat Bola.com bila mendengar nama Widodo C Putro? Semua sepertinya sepakat bakal langsung tertuju kepada gol saltonya ke gawang Kuwait pada Piala Asia 1996.

Gol tersebut seakan mengobati kegagalan Timnas Indonesia melaju ke babak berikutnya di Piala Asia 1996 dan bahkan berkat tendangan salto tersebut, gol Widodo C Putro dikenang sampai sekarang.

Advertisement

Melalui channel Youtube milik Rian D'Masiv, Widodo C Putro mengenang lagi gol indah hasil assist dari Ronny Wabia tersebut. Usut punya usut, pria yang kini menjabat sebagai pelatih Persita Tangerang itu sudah merencanakan gol tersebut pada malam hari sebelum pertandingan.

"Sepak bola itu menurut saya entertainment. Bagaimana cetak gol itu bisa indah. Bukan hanya salto ya, tapi juga prosesnya. Setiap mau main malamnya, saya sudah bayangkan. Kalau ada umpan di sisi ini bagaimana," kata Widodo C Putro.

"Malamnya saya pelajari. Jadi kalau ada kesempatan seperti itu, saya sudah tahu mau apa. Saat itu saya sebenarnya sudah out of position. Sepersekian detik harus putuskan ingin seperti apa."

"Saya langsung refleks (salto). Saya menyebutnya gol anugerah. Karena kita engga lolos. Tapi membawa sesuatu dari Piala Asia itu. Sampai sekarang dikenang," lanjut pria kelahiran Cilacap itu.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 3 halaman

Nomor 10 di Persija

Widodo Cahyono Putro memimpin rekan-rekannya di tim Persija Jakarta Glory 2001. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Widodo C Putro sendiri dikenal sebagai striker terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Pada era jayanya, ia bahkan sempat berstatus pemain termahal ketika meninggalkan Petrokimia Putra dan gabung Persija Jakarta tahun 1998.

Saat kali pertama gabung Persija, Widodo C Putro sendiri sempat kehilangan nomor punggung 7 yang menjadi ciri khasnya. Sebagai gantinya, pembina Persija saat itu, Sutiyoso memberikannya nomor punggung 10.

"Jadi saat saya datang, nomor 7 dipake Aris Indarto. Ya akhirnya terima saja (dikasih nomor 10). Abis itu ke sini-sini ada Luciano Leandro (pakai nomor 10) dan saya pindah lagi ke tujuh," Widodo C Putro menuturkan.

"Nyaman aja pake nomor 7," jawabnya ketika ditanya Rian D'Masiv soal penggunaan nomor punggung 7.

3 dari 3 halaman

Kenangan Alfred Riedl

Pemain yang gagal menajalani instruksi dengan benar mesti melakukan push up sebagai hukuman di sesi latihan Timnas Indonesia tersebut (24/9/2016). (Bola.com/Peksi Cahyo)

Kemudian Widodo C Putro turut ditanya soal kenangannya bersama eks pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl yang meninggal dunia akhir tahun 2020.

Satu hal yang paling dikenang dari sosok Widodo C Putro dari Alfred Riedl adalah pelatih asal Austria itu enggan dipanggil coach.

"Kata Alfred Riedl ngapain panggil-panggil saya coach, panggil nama saja kalau di antara asisten pelatih. Kalau di depan pemain oke. Kita kan sama-sama pelatih," Widodo C Putro mengenang kata-kata Alfred Riedl.

"Usia padahal lebih jauh dia, tapi dia engga mau (dipanggil coach). Suka bercanda juga, baik. Mungkin karena satu profesi. Saya beruntung sempat dua kali sama dia yaitu tahun 2010 sama 2013," lanjutnya.

Berita Terkait