The Jakmania Tolak Tuduhan sebagai Pelaku Pelecehan Rasial terhadap Patrich Wanggai

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 23 Mar 2021, 20:34 WIB
Patrich Wanggai (kanan) mengontrol bola di depan kotak penalti dan kemudian melepaskan tembakan mendatar yang bersarang di pojok kiri gawang Persija Jakarta. (Bola.com/Arief Bagus)

Bola.com, Jakarta - Ketua The Jakmania, Diky Budi Ramadhan menolak tuduhan pihaknya sebagai pelaku pelecehan rasialisme terhadap penyerang PSM Makassar, Patrich Wanggai.

"Saya rasa pelakunya bisa siapa saja," kata Diky kepada Bola.com, Selasa (23/3/2021).

Advertisement

Patrich Wanggai menjadi korban rasialisme online setelah membawa timnya mengalahkan Persija Jakarta 2-0 pada partai pertama Grup B Piala Menpora 2021 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Senin (22/3/2021) malam WIB.

Kabar Patrich Wanggai menerima pelecehan rasial berawal dari utas akun Twitter @medioclubID. Akun tersebut menggunggah potongan layar komentar-komentar bernada rasial di akun Instagram sang pemain, @wanggaipatrich.

Sejumlah netizen menduga aksi rasialisme terhadap Patrich Wanggai dilakukan oleh oknum warganet yang berasal dari suporter Persija.

Patrich Wanggai adalah pencetak gol pertama PSM ke gawang Persija. Sebagai bentuk perayaan, bomber berusia 32 tahun itu berselebrasi menutup mata dengan satu tangan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pesan dari Diky

Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno, saat bermain FIFA 20 di Kantor KLY, Gondangdia, Kamis (25/6/2020). Acara bertajuk BOLA Esports Challenge ini mempertemukan pemain Persija dengan The Jakmania pada pertandingan FIFA 20. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Terlepas dari siapapun pelakunya, Diky meminta The Jakmania belajar dari kasus pelecehan rasialisme terhadap Patrich Wanggai. Pria yang karib dipanggil Diky Soemarno itu menginginkan anggotanya mengubah energi negatif menjadi positif ketika Persija meraih hasil buruk.

"Pesan terhadap The Jakmania, jangan sampai kita mengalihkan kekecewaan terhadap tim kita kepada yang lainnya," tutur Diky.

"Jadikan kekecewaan itu sebagai energi yang besar untuk mendorong terjadinya perubahan dan evaluasi," jelas Diky mengakhiri.

Berita Terkait