Petenis Meja NPC Indonesia Kenang Laga Paling Berkesan: Tak Berdaya di Tangan Peringkat Satu Dunia

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 27 Mei 2021, 05:15 WIB
Atlet andalan NPC Indonesia cabor tenis meja di kelas TT 8, Suwarti. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Solo - Tim tenis meja National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, memiliki satu di antara atlet potensial, yakni Suwarti, yang tampil di kelas TT 8. Suwarti telah menjadi andalan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Perempuan asal Pati, Jawa Tengah tersebut sudah lama diandalkan untuk cabang olahraga tenis meja, baik di nomor tunggal putri maupun ganda dan campuran. Medali emas di sejumlah kejuaraan dunia, khususnya ASEAN Para Games Sejak edisi 2011 dipersembahkan untuk Merah-putih.

Advertisement

Prestasinya paling tinggi adalah menyabet medali emas di nomor ganda campuran pada ajang Asian Para Games di Jakarta pada 2018 lalu. Kini Suwarti kembali mempersiapkan diri untuk peluang tampil di Paralimpiade Tokyo bulan Agustus mendatang.

Terlepas dari rentetan pencapaian prestasi hebat selama membela NPC, Suwarti memiliki momen yang cukup mengesankan dalam kariernya. Yakni pernah melakoni pertandingan yang sangat berat baginya.

Sebuah kesempatan bagi Suwarti saat harus berjumpa atlet tenis meja putri nomor satu dunia asal China tahun 2015. Ia begitu mendapatkan pengalaman yang sangat berharga untuknya.

"Pertandingan paling saya kenang adalah melawan legendanya China, Mao Jingdian yang merupakan juara satu dunia waktu itu. Orang normal, atau pelatih saya saja lawan dia kalah," terang Suwarti kepada Bola.com, Selasa (25/5/2021).

Video

2 dari 2 halaman

Jadi Inspirasi

Atlet andalan NPC Indonesia cabor tenis meja di kelas TT 8, Suwarti. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Mao Jingdian adalah satu di antara atlet China yang membuatnya sebagai inspirasi. Suwarti mengaku bahwa China adalah kekuatan terbesar bagi dunia tenis meja difabel.

Ketika itu, Suwarti bertemu sang juara dunia dalam sebuah pertandingan tour di Jordania. Ia bermain di faktor 20 dan faktor 40.

"Terus terang saya tidak bisa apa-apa, tak bisa berkutik. Seperti nggak bisa main tenis meja karena saking bagusnya dia. Saya pribadi ingin seperti dia (Mao Jingdian)," kenangnya.

"Setiap ketemu China pasti menguras tenaga dan pikiran, karena mereka punya pemain yang memang berkualitas. Setelah itu saya mengalahkan wakil China lainnya yang punya rangking 6," jelas Suwarti.

Berita Terkait