Pemerintah Singapura Larang Elkan Baggott dan 3 Pemain Timnas Indonesia Main di Final Piala AFF 2020 karena Langgar Aturan Bubble

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 01 Jan 2022, 20:26 WIB
Elkan Baggott menjelma menjadi tembok raksasa di Timnas Indonesia. Pria kelahiran Thailand tersebut saat ini tengah merumput bersama klub Inggris, Ipwich Town. Baggott tercatat telah tampil sebanyak empat kali dan berhasil menyumbangkan satu gol di Piala AFF 2020. (Dok. PSSI)

Bola.com, Singapura - PSSI mengabarkan bahwa Pemerintah Singapura melarang empat pemain Timnas Indonesia untuk bermain pada leg kedua babak final Piala AFF 2020 melawan Thailand karena melanggar aturan bubble.

Keempat pemain itu adalah Elkan Baggott, Victor Igbonefo, Rizky Dwi Febrianto, dan Rizky Ridho.

Advertisement

Keduanya tidak dapat membela Timnas Indonesia ketika menghadapi Thailand pada Sabtu (1/1/2022) pukul 19.30 WIB di National Stadium, Kallang.

Pemerintah Singapura melalui Kepala Singapore Sport Institute, Su Chun Wei mengirimkan email kepada PSSI pada Jumat (31/12/2021) terkait pelanggaran aturan bubble oleh empat pemain itu.

Sekjen PSSI, Yunus Nusi mengungkapkan bahwa keempat pemain Timnas Indonesia itu melanggar aturan bubble pada 23 Desember 2021 dan PSSI pun telah membayar denda.

"Kami tidak habis pikir dengan Pemerintah Singapura terkait kejadian ini. Kami sudah mendapatkan denda dari AFF karena empat pemain itu pada 23 Desember 2021," kata Yunus Nusi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (1/1/2022) malam WIB.

"Kami sudah membayar denda itu. Kok sekarang secara mendadak mereka menghukum pemain dengan tidak boleh bermain melawan Thailand," jelasnya.

2 dari 3 halaman

Hukuman yang Aneh

Usai tertinggal, Ricky Kambuaya dan kawan-kawan mencoba mengembangkan permainan. Namun, mereka selalu gagal akibat kedisipinan para pemain Thailand hingga seringkali balik menekan pertahanan Indonesia. (AFP/Roslan Rahman)

Yunus Nusi melihat keanehan dalam hukuman ini mengingat Rizky Ridho dan Elkan Baggott masih dapat bertanding ketika Timnas Indonesia kalah 0-4 dari Thailand pada pertemuan pertama partai final Piala AFF.

Yunus Nusi pun buka-bukaan terkait pelayanan Pemerintah Singapura dan panitia penyelenggara Piala AFF kepada Timnas Indonesia. Sejumlah kejadian mencoreng penerapan protokol kesehatan (prokes) bubble.

Selama di Singapura, Timnas Indonesia tidak mendapatkan makanan yang layak sesuai gizi dan porsi pemain. Selain itu, kasus Baggott yang harus menjalani karantina di Singapura setelah beberapa hari tiba dari Inggris.

3 dari 3 halaman

Noda Konsep Bubble

Pratama Arhan - Pelatih Shin Tae-yong telah memastikan bahwa tidak bisa menurunkan bek kiri utama, Pratama Arhan, pada leg pertama final Piala AFF 2020 kontra Thailand. (AP/Suhaimi Abdullah)

Yunus Nusi juga menceritakan noda konsep bubble Piala AFF seperti Timnas Indonesia menginap selantai dan berinteraksi dengan tamu umum selama menetap di Hotel Orchard.

Selain itu, panitia penyelenggara Piala AFF diklaim juga tidak mengikuti konsep bubble seperti para peserta lainnya.

"Ini juga email dari Pemerintah Singapura tidak ada kop surat dan hanya ditulis badan email. Lalu dikirim malam hari jelang pergantian tahun. Apakah hal ini disengaja atau sesuai peraturan?" imbuh Yunus Nusi.

"PSSI tentu tidak akan berdiam diri. Timnas Indonesia banyak dirugikan selama gelaran Piala AFF di Singapura," tuturnya.

PSSI telah mengajukan banding kepada Pemerintah Singapura, namun belum mendapatkan jawaban resmi. Yunus Nusi mengaku juga intens berkomunikasi dengan Sekjen AFF, Winston Lee.

Berita Terkait