Mantan Anggota PSSI Sebut Pelaksanaan Pertandingan di Indonesia Masih Jauh dari Harapan

oleh Hery Kurniawan diperbarui 04 Okt 2022, 20:35 WIB
Nugroho Setiawan menjadi sorotan usai menjadi salah satu anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) sebab ia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang miliki lisensi FIFA. (www.abc.net.au)

Bola.com, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan lebih dari 125 jiwa pada akhir pekan lalu terus memancing perhatian. Apalagi banyak kejanggalan dari tragedi selepas laga antara Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) lalu.

Banyak hal dalam Tragedi Kanjuruhan yang kemudian mendapat sorotan. Misalnya jumlah penonton yang melebihi kapasitas. Tembakan gas air mata dari suporter, hingga waktu kick-off yang terlalu malam.

Advertisement

Belakangan diketahui juga hanya satu orang Indonesia yang memiliki lisensi FIFA di posisi Security Officer. Menariknya, Nugroho kini sudah tidak ada di pengurusan PSSI lagi.

Kepada kanal Youtube Sport77 Official, Nugroho berbicara mengenai kejadian memilukan di Kanjuruhan, Malang itu. Ia mengaku miris dan tidak bisa berkata-kata.

"Merinding saya, itu seharusnya tidak boleh terjadi, dan tidak boleh terulang lagi," katanya.

2 dari 4 halaman

Pentingnya Pengaturan Pertandingan

Sepasang sepatu kets terinjak-injak di tribun Stadion Kanjuruhan menyusul tragedi mengeneskan usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Indonesia, Minggu (02/10/2022). Setidaknya lebih dari 100 orang tewas ketika penggemar tuan rumah yang marah menyerbu lapangan dan polisi menanggapi dengan gas air mata yang memicu desak-desakan. (AP/Hendra Permana)

Nugroho kemudian berbicara mengenai kondisi pertandingan sepak bola di Indonesia. Sosok berkacamata itu merasa pelaksanaan pertandingan sepak bola di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan.

"Kalau di Indonesia memang belum sesuai yang diharapkan. Di sepak bola ada FIFA, FIFA ada aturan itu ribuan berdasarkan masalah yang banyak termasuk permasalahan soal pengaturan pertandingan," jelasnya.

Nugroho menyebut di dalam sebuah pertandingan ada yang namanya perencanaan. Di proses perencanaan itu lah manajemen resiko dibahas.

Harus ada kesepahaman mengenai pengendalian masa ketika terjadi kejadian yang tidak diinginkan oleh pihak-pihak terkait. Terutama panitia pelaksana dan pihak keamanan.

"Ada proses perencanaan, artinya melakukan kajian berdasarkan fakta-fakta atau penilaian resiko. Bagaimana mengindari atau memperingan risiko," katanya.

3 dari 4 halaman

Berbahaya Jika Terlalu Malam

Para pemain dan ofisial klub Arema FC usai mendoakan para korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang di Malang, Senin, 3 Oktober 2022. Ratusan orang meninggal dunia dalam tragedi kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Salah satu hal yang disoroti dari pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya adalah soal waktu kick-off. Diketahui, laga itu baru dimulai pada pukul 20.00.

Padahal pihak keamanan dan panitia pelaksana sudah meminta operator liga dan juga pihak penyiar untuk memajukan jadwal kick-off di pukul 15.30. Alasannya tentu keamanan. Meski kemudian permintaan itu tak diindahkan.

Nugroho menyebut menggelar pertandingan sepak bola di malam hari di Indonesia memang penuh resiko. Apalagi instfrastuktur banyak stadion di Tanah Air masih jauh dari kata layak.

"Kalau malam hari, effortnya lebih besar butuh penanganan khusus. Biasanya stadion di Indonesia terang di dalam di luar gelap," ujarnya.

"Gensetnya hanya bisa menghidupi lapangan di ruangan di dalam saja. Sehingga ada area blind spot, dari sisi keamanan membahayakan," sambung Nugroho.

4 dari 4 halaman

Butuh Penerangan Tambahan

Polisi dan tentara pun akhirnya turun untuk mengamankan situasi. Kalah jumlah personil, mereka pun terlihat beberapa kali menembakkan gas air mata dalam kerusuhan suporter usai laga Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Jika kondisi seperti itu terjadi, panitia pelaksana pertandingan memang butuh melakukan sesuatu yang lebih. Seperti menyediakan tenaga listrik cadangan untuk menerangi bagian luar stadion.

"Kalau harus malam juga, ada mitigasinya misalnya ada genset cadangan untuk menyalakan lampu di laur. Tapi ini akan keluar biaya lagi," tutut Nugroho.

Selain tenaga listrik tambahan, kondisi pertandingan di malam hari menurut Nugroho juga memerlukan tambahan tenaga keamaan

'Orangnya (keamanan) juga harus lebih banyak karena blind spot lagi. Ini harus dilakukan di tahap persiapan tadi," tegasnya.

Berita Terkait