3 Bek Kiri Legendaris Andalan Timnas Indonesia Sebelum Pratama Arhan: Memukau pada Masanya!

oleh Wahyu Pratama diperbarui 18 Des 2022, 09:04 WIB
Timnas Indonesia - Ortizan Solossa dan Aji Santoso (Bola.com/Bayu Kurniawan Santoso)

Bola.com, Jakarta - Pratama Arhan bakal kembali menjadi andalan di sisi kiri pertahanan Timnas Indonesia di Piala AFF 2022. Walaupun belum diumumkan secara resmi, namanya masuk dalam daftar pemain yang tengah menjalani pemusatan latihan Tim Garuda di Bali.

Pelatih Shin Tae-yong terlihat sangat terpikat dengan permainan Pratama Arhan. Ia telah memercayakan sektor kiri pertahanan kepada Arhan sejak masih membela Timnas Indonesia U-19 pada 2020 lalu.

Advertisement

Tak mengejutkan bila pemain asal Blora itu menjadi pemain yang paling banyak mendapatkan caps di era pelatih yang akrab disapa STY tersebut. Bersama Rachmat Irianto, mereka telah mengumpulkan 21 penampilan di Timnas Indonesia senior.

Keberhasilan Arhan mendapatkan tempat utama tentu tidak mudah. Kepergiannya ke klub kasta kedua Jepang, Tokyo Verdy, membuktikan pemain yang masih berusia 20 tahun itu merupakan sosok yang tidak pernah lelah untuk belajar.

Tekad Arhan untuk sukses di lapangan hijau, mengingatkan adanya sosok yang lebih senior yang mengawal sisi kiri pertahanan Timnas Indonesia. Deretan pemain legendaris ini melalui tempaan keras untuk menjadikannya pemain yang disegani. Siapa saja mereka?

2 dari 4 halaman

Aji Santoso

Pelatih kepala Persebaya Surabaya, Aji Santoso merupakan pemain sekaligus kapten Timnas Indonesia di ajang Piala Tiger 2000. Di bawah kepemimpinannya, Skuat Merah Putih berhasil menembus babak final untuk pertama kalinya. Namun, Aji dkk harus kalah 1-4 dari Thailand. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Aji Santoso, yang kini lebih dikenal sebagai pelatih Persebaya Surabaya ini, merupakan bek kiri kebanggaan Indonesia saat masih aktif bermain. Ia merupakan bek kiri terakhir Timnas Indonesia yang mengecap manis di SEA Games 1991.

Walaupun tak memiliki postur ideal, pria asal Malang ini begitu sulit untuk dikalahkan. Mentalitas pemenang sudah mengakar dalam dirinya. Masa kecilnya yang keras membantunya melewati semua rintangan untuk menjadi pesepakbola profesional.

Tak hanya itu, Aji juga dikenal dengan permainannya yang sporadis. Julukan Si Kancil disematkan kepadanya merujuk gaya permainnnya yang lincah, ngotot, dan memiliki umpan serta tendangan yang akurat.

3 dari 4 halaman

Ortizan Solossa

Aksi, Ortizan Solossa, pemain Persipura saat bersua klub China Changchun Yatai di Liga Champions Asia 2010. (Bola.com/ China Daily)

Nama selanjutnya yang berada dalam daftar ini adalah pemain asal Papua, Ortizan Solossa. Kakak kandung Boaz Solossa ini merupakan satu di antara bek kiri terbaik yang dimiliki Indonesia dalam dua dekade terakhir.

Pria yang dijuluki Roberto Carlos-nya Indonesia ini memang jadi satu di antara pemain yang tidak terlupakan di Timnas Indonesia. Daya jelajah tinggi, ditunjang kecepatan dan tendangan keras, membuatnya jadi sosok mematikan di sektor bek kiri.

Pria yang kini menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) ini mengenyam segalanya di level klub dengan meraih tiga trofi Liga Indonesia. Namun, Ortizan gagal mempersembahkan gelar untuk Indonesia lantaran takluk dari Singapura di Final Piala AFF 2004.

4 dari 4 halaman

M. Nasuha

Muhammad Nasuha. Bek yang pensiun dari Timnas Indonesia di 2011 ini mampu mencetak 1 gol saat melawan Malaysia di Piala AFF 2010. Gol tersebut dicetaknya di final leg kedua (29/12/2010), skor akhir 2-1 untuk Indonesia. Timnas gagal juara setelah sebelumnya kalah 0-3 di leg pertama. (AFP/Bay Ismoyo)

Timnas Indonesia pernah memiliki bek kiri modern dalam diri M. Nasuha. Pemain serbabisa ini merupakan kepingan terakhir dalam skema permainan mendiang Alfred Riedl di Piala AFF 2010.

Kombinasinya dengan nama-nama debutan macam Okto Maniani dan Irfan Bachdim di sektor sayap mampu memukau banyak pihak. Sayangnya, Timnas Indonesia kembali gagal juara setelah takluk dari Malaysia dalam pertandingan penuh kontroversi.

Apesnya lagi, ia mengalami cedera lutut parah pada 2011 setelah direkrut Persib Bandung. Setelah bergulat dengan cederanya selama beberapa tahun, ia akhirnya memutuskan pensiun dini pada 2015, di mana saat itu usianya baru 31 tahun. Kini ia meneruskan karier sebagai asisten pelatih RANS Nusantara FC.

Berita Terkait