Keunikan Stadion Manahan, Calon Venue Penutupan dan Final Piala Dunia U-20 2023

oleh Radifa Arsa diperbarui 16 Mar 2023, 09:00 WIB
Piala Dunia U-20 (Bola.com/Decika Fatmawaty)

Bola.com, Solo - Panitia Penyelenggara Piala Dunia U-20 2023 (INAFOC) sudah berencana untuk mengajukan Stadion Manahan, Solo, sebagai venue upacara penutupan sekaligus pertandingan final.

Jika dibandingkan stadion-stadion lainnya yang bakal menjadi venue Piala Dunia U-20 2023, Stadion Manahan memang terhitung segar karena baru saja menjalani renovasi besar-besaran pada 2018 silam.

Advertisement

Dana sebesar Rp301 miliar yang dianggarkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR akhirnya menyulap wajah Stadion Manahan menjadi venue olahraga yang lebih megah dan modern.

Namun demikian, renovasi besar-besaran ini tak lantas menghilangkan identitas budaya Stadion Manahan yang menjadi kebanggaan Wong Solo. Sebab, nilai-nilai kultural tetap disematkan pada stadion yang menjadi destinasi sport tourism di Kota Bengawan ini.

 

2 dari 6 halaman

Bentuk Fisik dan Lokasi

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir kembali melakukan Tour de Stadium untuk melihat kesiapan venue ajang Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023 mendatang. Setelah sebelumnya meninjau dua stadion sekaligus, Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring dan Stadion Si Jalak Harupat pada Sabtu (11/3/2023), maka pada Minggu (12/3/2023) giliran Stadion Manahan Solo yang dikunjungi. Didampingi Waketum PSSI, Zainudin Amali, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan Direktur Prasarana Strategis Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Essy Asiah, Erick Thohir menilai Stadion Manahan Solo layak diajukan sebagai venue menggelar partai final sekaligus upacara penutupan Piala Dunia U-20 2023 mendatang. (Bola.com/Radifa Arsa)

Jauh sebelum menjadi venue olahraga megah seperti saat ini, kompleks Stadion Manahan dulunya merupakan lapangan yang digunakan untuk pacuan kuda Kadipaten Mangkunegaran.

Pembangunan Stadion Manahan tak terlepas dari kekuasaan Presiden Soeharto. Awalnya, stadion ini merupakan persembahan dari Yayasan yang dimiliki oleh Ibu Tien Soeharto.

Dimulai pada tahun 1989, pembangunan Stadion Manahan menghabiskan waktu selama sembilan tahun hingga akhirnya diresmikan pada 21 Februari 1998.

Stadion berkapasitas 25 ribu penonton ini memang terletak di jantung Kota Bengawan, tepatnya di jalan Adi Sucipto, Manahan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.

Sebagai informasi, kompleks Stadion Manahan berdiri di atas tanah seluas 170.000 m2. Adapun luas bangunan stadion utamanya sekitar 33.300 m2. 

Untuk area lapangan, rumput yang digunakan berjenis Dactylon Cynodon. Stadion ini juga dilengkapi dengan lintasan lari, atletik, hingga lompat jauh.

 

3 dari 6 halaman

Markas Persis Solo hingga Dijuluki Mini GBK

Irfan Jauhari (tengah) merayakan gol yang disambut rekan-rekannya dalam laga kontra PSM Makassar di Stadion Manahan, Kamis (29/9/2022). (Dok. Persis Solo)

Jika merujuk pada sejarahnya, sudah ada beberapa klub sepak bola Indonesia yang pernah berbasis di Stadion Manahan, mulai dari Pelita Solo, Persijatim Solo FC, hingga Persis Solo.

Namun, saat ini memang hanya Persis Solo yang mendaftarkan Stadion Manahan ini sebagai homebase-nya di kompetisi BRI Liga 1 2022/2023.

Salah satu keunikan dari stadion ini ialah wajah barunya yang disebut-sebut sebagai versi mini dari Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Selain itu, identitas yang tak bisa diabaikan dari Stadion Manahan ialah tribune penonton yang memiliki corak motif batik Kawung. Batik ini memang menjadi salah satu ciri khas budaya Solo.

Selain tribune penonton, perpaduan warna coklat dan emas motif batik Kawung yang menghiasi dinding bangunan luar juga menambah kesan mewah dari stadion kebanggaan warga Solo ini.

 

4 dari 6 halaman

Jejak Historis Ki Ageng Pemanahan

Pertunjukan kembang api saat Upacara Penuntupan ASEAN Para Games 2022 di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (6/8/2022). Tuan rumah Indonesia menjadi juara umum pada ASEAN Para Games 2022 tersebut. (FOTO: Dok. ASEAN Para Sports Federation)

Dari sejarahnya, penamaan Stadion Manahan tak terlepas dari sosok tokoh Mataram Islam, Ki Ageng Pemanahan. Kawasan berdirinya stadion ini memang disebut sebagai tempat bermukimnya.

Selain itu, area ini juga berkembang menjadi lokasi kerabat Mangkunegaran berlatih memanah. Sebab, keluarga kerajaan memang dikenal gemar berburu binatang di hutan.

Jejak historis inilah yang diyakini menjadi asal-usul penamaan Stadion Manahan. Selain relasinya dengan Ki Ageng Pemanahan, faktor kedekatan dengan Mangkunegaran juga mengiringi asal usulnya.

 

5 dari 6 halaman

Biasa Menggelar Event Besar

Sejak pertama kali dibangun, Stadion Manahan langsung menjadi lokasi penyelenggaraan puncak peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke XVI pada 1999.

Partai final kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2005/2006 antara Persik Kediri melawan PSIS Semarang juga berlangsung di lokasi ini.

Ada pula partai-partai besar seperti final Piala Indonesia 2010, pembukaan kompetisi Liga Primer Indonesia 2011, hingga final Inter Island Cup 2012.

Untuk event-event internasional, stadion ini pernah dua kali menyelenggarakan ajang ASEAN Para Games, yakni pada edisi 2011 dan 2022.

6 dari 6 halaman