Direktur Teknik Persija Ingatkan PSSI Jangan Hanya Genjot Naturalisasi: Akar Rumput Dalam Negeri Perlu Diurus Maksimal

Naturalisasi boleh, ta[i PSSI juga kudu ingat nasib bakat-bakat muda di akar rumput.

BolaCom | Choki SihotangDiterbitkan 17 Januari 2025, 16:30 WIB
Momen striker Timnas Jepang, Koki Ogawa (19) bersalaman dengan bek Timnas Indonesia, Calvin Verdonk, dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta, Jumat (15/11/2024). Kedua pemain tersebut merupakan rekan setim di klub Belanda, NEC Nijmegen. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bola.com, Jakarta Tak dapat dipungkiri, kebijakan PSSI yang tancap gas terkait program naturalisasi berdampak signifikan bagi performa Timnas Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Tapi PSSI juga kudu ingat nasib bakat-bakat muda di akar rumput.

Seperti diketahui, Timnas Indonesia yang dijejali pemain-pemain naturalisasi mampu melangkah hingga ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang membuka peluang lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.

Advertisement

Sebelumnya, Timnas Indonesia U-23 juga melaju ke semifinal Piala Asia U-23 2024 dan itu merupakan sejarah bagi Garuda Muda di ajang bergengsi di kawasan Asia.

Hanya, saja PSSI jangan sampai mengabaikan akar rumput yang justru sebagai 'lumbung' masa depan Timnas Indonesia.

Hal tersebut dilontarkan Direktur Teknik Persija Jakarta, Ricky Nelson, via kanal YouTube Bicara Bola besutan Akmal Marhali belum lama ini.

"Pembinaan pemain di Indonesia ini masih lambat. Karena masih banyak yang terlalu fokus ke Timnas Senior. Pergerakan PSSI di akar rumput sangat lambat," kata Ricky Nelson.


Kompetisi Usia Dini Minim

Akademi Pro bentukan Nova Arianto dan Markus Horison mendidik pemain-pemain usia 14 hingga usia 19. (Bola.com/Erwin Snaz)

Menurut Ricky Nelson, kedatangan pemain naturalisai dan pemain diaspora membuat para pemain muda Indonesia semakin termotivasi guna mengembangkan bakat agar tak kalah bersaing.

"Para pemain sebenarnya sangat menyambut kedatangan para pemain diaspora. Mereka sangat ingin menjadi seperti mereka secara teknik dan taktik," ujar Ricky Nelson.

Hanya saja, masi kata Ricky Nelson, kompetisi usia dini di dalam negeri masih sangat minim. Akibatnya jelas, talenta-talenda muda tak maksimal mengembangkan bakat serta skilnya.

"Kenapa banyak yang layu sebelum berkembang karena di Indonesia ini kompetisi u15 - u17 tidak ada," sungutnya.

 


Tantangan Persija

Asisten pelatih baru Persija Jakarta, Ricky Nelson (kiri) memberikan keterangan saat konferensi pers yang berlangsung di Nirwana Park, Bojongsari, Sawangan, Sabtu (29/06/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bagi manajemen Persija, banyaknya pemain Macan Kemayoran yang dipanggil memperkuat Timnas Indonesia, termasuk di level kelompok usia, menjadi tantangan sekaligus peluang.

Tantangan, karena manajemen semakin bertekad untuk mengentaskan pemain-pemain muda lainnya ke level teratas.

"Persija banyak sekali yang harus membela Timnas Indonesia diberbagai kelompok umur. Ini adalah tugas kita agar menciptakan pemain-pemain berbakat lainnya," kata Ricky Nelson.


Infrastruktur dan Organisasi

Lantas, apa kendala utama pembinaan usia muda di Indonesia? "Buat saya, kendala dalam pembinaan lebih ke Infrastruktur dan Organisasinya," pungkasnya.

Berita Terkait