Pierluigi Collina Usulkan Perubahan Radikal dalam Aturan Penalti, No Rebound!

Wasit legendaris, Pierluigi Collina, menyerukan perubahan radikal pada tendangan penalti.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 12 Februari 2025, 05:45 WIB
Pierluigi Collina adalah salah satu wasit terbaik dunia. Dia pernah memenangkan Penghargaan Wasit Terbaik Dunia IFFHS enam kali berturut-turut, dari tahun 1998 hingga 2003. Wasit berkepala plontos ini menjadi wasit FIFA dari tahun 1995-2005. (Foto: AFP/Martin Bureau)

Bola.com, Jakarta - Pierluigi Collina, satu di antara wasit paling legendaris dalam sejarah sepak bola, mengusulkan perubahan besar dalam aturan penalti.

Menurutnya, seorang eksekutor penalti seharusnya tidak diperbolehkan mencetak gol jika gagal dalam upaya pertamanya.

Advertisement

Collina, yang memimpin final Liga Champions antara Manchester United dan Bayern Munchen pada 1999 serta final Piala Dunia 2002, dikenal karena sikap tegasnya di lapangan.

Sosok berkepala plontos asal Bologna ini sering membuat para pemain gentar, tetapi juga dihormati karena kemampuannya mengendalikan pertandingan dengan adil.

Setelah pensiun pada 2005, Collina tetap berperan aktif dalam dunia perwasitan dan kini menjabat sebagai Kepala Perwasitan UEFA sejak 2017.

Hampir dua dekade setelah meninggalkan lapangan, ia kembali mencetuskan ide yang berpotensi mengubah aturan permainan.


Usulan Collina

Pemain Bayern Munchen, Harry Kane, mencetak gol melalui tendangan penalti ke gawang Dinamo Zagreb pada laga Liga Champions 2024/2025 di Allianz Arena, Munchen, Jerman, Rabu (18/09/2024). (AP Photo/Matthias Schrader)

Dalam wawancara dengan Repubblica, Collina mengungkapkan keprihatinannya terhadap keunggulan yang terlalu besar bagi eksekutor penalti dibandingkan kiper.

"Saya percaya ada kesenjangan yang terlalu besar antara peluang yang dimiliki penyerang dan kiper. Rata-rata, 75% penalti berhasil dieksekusi, dan sering kali peluang penalti lebih besar daripada peluang yang dihalangi oleh pelanggaran," ujarnya.

Ia juga menyoroti keuntungan tambahan yang didapat penendang ketika bola memantul kembali setelah ditepis kiper.

"Selain itu, penyerang masih diberikan kesempatan untuk memanfaatkan bola rebound. Menurut saya, seharusnya para kiper yang mengeluh," lanjutnya.


Penalti Tanpa Rebound

Pemain Sporting CP, Viktor Gyokeres, mencetak gol melalui tendangan penalti ke gawang Manchester City pada laga Liga Champions 2024/2025 di Jose Alvalade, Lisbon, Portugal, Rabu (06/11/2024) WIB. (AFP/Filipe Amorim)

Sebagai solusi, Collina mengusulkan penerapan aturan "satu tembakan" seperti dalam adu penalti setelah perpanjangan waktu.

"Satu solusi adalah aturan 'satu tembakan'. Seperti dalam adu penalti setelah extra time. Tidak ada rebound. Anda harus mencetak gol atau permainan berlanjut dengan tendangan gawang, titik."

Selain itu, ia menilai aturan ini dapat menghilangkan kerumunan pemain yang sering mengganggu eksekusi penalti.

"Aturan ini juga akan menghilangkan keributan yang sering kita lihat sebelum penalti diambil, di mana banyak pemain berdesakan di sekitar kotak penalti," tutur Collina.


Dukungan dari Fans Sepak Bola

Penyerang Al Nassr, Cristiano Ronaldo, mengeksekusi penalti pada pertandingan Liga Pro Saudi melawan Al-Okhdood Club di Al-Awwal Park, Jumat dini hari WIB (10-1-2025). (Bola.com/ X Al Nassr)

Usulan Collina ini mendapat respons positif dari banyak penggemar sepak bola yang menganggap perubahan ini akan membuat aturan penalti lebih adil.

Seorang penggemar berkomentar;

"Itu ide yang bagus. Sejak adanya VAR, jumlah penalti meningkat dan banyak di antaranya berasal dari pelanggaran yang sebenarnya tidak cukup serius untuk memberi peluang mencetak gol. Tanpa rebound, tingkat konversi penalti akan lebih rendah, sehingga lebih adil."

Pendukung lainnya menambahkan:

"Akhirnya ada perubahan yang bisa saya dukung."

Sementara itu, seorang penggemar mengusulkan agar aturan ini dibarengi dengan perubahan lain dalam teknik eksekusi penalti.

"Masuk akal. Juga, kiper harus tetap di garis, sementara eksekutor bisa melakukan berbagai trik langkah kecil."

 

Sumber: Give Me Sport