Menyingkap Makna dari Bangku Cadangan MU yang Penuh Bintang Muda

Bangku cadangan MU yang dihuni pemain-pemain muda bisa menjadi hal yang positif.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 22 Februari 2025, 13:30 WIB
Pelatih Manchester United, Ruben Amorim, memberi isyarat dari depan bangku cadangan selama pertandingan Liga Primer Inggris antara Tottenham Hotspur dan Manchester United di London, Minggu, 16 Februari 2025. (Foto AP/Ian Walton)

Bola.com, Jakarta - Bangku cadangan MU saat menghadapi Tottenham memiliki rata-rata usia di bawah 20 tahun, sebuah tanda positif bahwa tim mulai memanfaatkan bakat muda dari akademi Carrington untuk membangun kembali skuad.

MU sedang menjalani satu di antara musim terburuk dalam sejarah modern mereka.

Advertisement

Di bawah asuhan Ruben Amorim, tim hanya mengumpulkan 14 poin dari 14 pertandingan Premier League, terdampar di peringkat ke-15, dan hampir tersingkir dari persaingan menuju Liga Champions.

Namun, di tengah keterpurukan ini, ada satu hal positif yang mencuat: munculnya sederet talenta muda di bangku cadangan.


Dari Krisis Pemain ke Peluang Talenta Muda

Victor Lindelof. Beberapa kali kesulitan mengawal pergerakan Gabriel Jesus dan Bernardo Silva. Ia pun hampir membuat gol bunuh diri yang dapat diselamatkan oleh aksi gemilang David De Gea. Layak diberi nlai 4. (AFP/Oli Scarff)

Situasi skuad MU saat ini sangat mengkhawatirkan. Dalam kekalahan 0-1 melawan Tottenham, akhir pekan lalu, bangku cadangan mereka diisi oleh pemain-pemain muda dengan usia rata-rata di bawah 20 tahun, dengan hanya Victor Lindelof sebagai pemain utama yang tersedia.

Absennya banyak pemain kunci akibat cedera dan sakit memaksa Amorim untuk memanggil banyak pemain dari akademi Carrington.

Hal ini memunculkan dua pandangan yang berlawanan. Sebagian orang menganggap ini sebagai bukti bahwa MU telah mencapai titik nadir hingga tak punya pilihan lain selain menurunkan pemain muda yang minim pengalaman.

Di sisi lain, ini bisa menjadi peluang bagi Setan Merah untuk kembali menemukan identitas mereka, seperti yang pernah mereka lakukan di masa lalu dengan mengandalkan generasi muda.


Tradisi Memercayai Akademi

David Beckham sering dianggap sebegai gelandang terbaik pada generasinya. Sepanjang kariernya di Old Trafford, ia berjasa membawa 6 gelar Liga Inggris, 1 trofi Liga Champions, dan 6 piala domestik. Namun, pertikaiannya dengan Sir Alex Ferguson membuatnya hengkang dari Setan Merah. (AFP/Paul Barker)

MU memiliki sejarah panjang dalam mengembangkan pemain muda. Generasi "Class of '92" dengan Ryan Giggs, Paul Scholes, David Beckham, dan Gary Neville adalah bukti nyata.

Bahkan di masa sulit, MU selalu memiliki pemain muda yang muncul dan memberikan dampak, dari Darren Fletcher, Marcus Rashford, hingga Alejandro Garnacho baru-baru ini.

Akademi Carrington terus menghasilkan talenta berbakat, seperti yang diungkapkan dalam laporan The Athletic tentang sistem pembinaan pemain muda MU.

Meski ada kesenjangan besar antara tim akademi dan tim utama, pemain seperti Kobbie Mainoo membuktikan bahwa dengan kesempatan yang tepat, pemain muda bisa memberikan perbedaan.


Jalan Realistis

Sir Jim Ratcliffe (tengah) sendiri merupakan miliarder Inggris yang lahir di Failsworth, Manchester. Ia mengungkapkan bahwa sejak kecil dirinya memang merupakan penggemear MU. (AFP/Valery Hache)

Satu di antara masalah terbesar MU saat ini adalah keuangan mereka. Klub masih dibebani utang besar akibat era Glazer dan tidak bisa belanja pemain seperti dulu.

Kendati Sir Jim Ratcliffe dan INEOS telah mengambil alih manajemen sepak bola, anggaran belanja di musim panas 2025 tetap akan terbatas.

Hal ini berarti MU tidak bisa sekadar "membuang uang" untuk mendatangkan pemain bintang demi memperbaiki tim dengan cepat.

Sebaliknya, mereka harus membangun strategi pengembangan yang lebih berkelanjutan dengan mengombinasikan pemain berpengalaman dan talenta muda dari akademi.


Tantangan Amorim

Pelatih Manchester United, Ruben Amorim, memberikan instruksi ke pemainnya pada laga lanjutan Liga Inggris 2024/2025 melawan Fulham di Craven Cottage, London, Senin (27/01/2025) dini hari WIB. (AFP/Glyn Kirk)

Meski memiliki potensi besar, mengembangkan pemain muda bukanlah proses instan.

Mantan bek tengah MU, Raphael Varane, pernah mengatakan kepada The Athletic bahwa tekanan bermain untuk Setan Merah sangat besar, dan tidak semua pemain muda siap untuk langsung memikul tanggung jawab tersebut.

Tantangan bagi Ruben Amorim adalah menemukan cara yang tepat untuk memanfaatkan talenta mudanya. Sekadar memasukkan mereka ke tim utama tanpa rencana yang jelas tidak akan membantu MU keluar dari krisis.

Namun, jika Amorim mampu menciptakan lingkungan yang stabil dan mendukung perkembangan mereka, MU bisa saja sedang meletakkan fondasi untuk masa depan yang lebih cerah.


Sinyal Optimisme

Chido Obi-Martin, pemain muda Manchester United. (Bola.com/manutd.com)

Walau MU sedang menghadapi banyak kesulitan, keberadaan pemain muda di bangku cadangan adalah pertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa klub masih memiliki talenta yang siap untuk naik ke level berikutnya saat dibutuhkan.

Jika dikembangkan dengan benar, generasi ini bisa membantu MU kembali ke puncak dalam beberapa tahun mendatang.

Sejarah telah membuktikan bahwa MU selalu berada di puncak ketika mereka memiliki fondasi yang muda dan ambisius.

Dalam kondisi sulit seperti sekarang, memercayai akademi bukan hanya solusi jangka pendek, tetapi juga bisa menjadi kunci bagi tim untuk keluar dari krisis dan kembali bersaing di level tertinggi.

Berita Terkait