Fakta Perjalanan Manchester United di Musim 2024 / 2025 yang Bisa Berujung Amsyong

Manchester United mengalami musim yang buruk dengan banyak masalah di berbagai aspek, dari performa hingga manajerial.

BolaCom | Nurfahmi BudiDiperbarui 11 Maret 2025, 19:35 WIB
Striker Manchester City, Erling Haaland dikepung para pemain Manchester United dalam laga Community Shield di Wembley, Sabtu (10/8/2024) malam WIB. (AFP/Henry Nicholls)

Bola.com, Jakarta - Manchester United telah mengalami musim 2024/2025 yang jauh dari harapan para penggemar. Saat ini mereka terjerembab di posisi ke-14 klasemen sementara Premier League 2024/2025, dengan koleksi 34 poin dari 28 pertandingan.

Jauh sebelum kondisi sekarang, MU sudah mengirim sinyal tak mengenakkan. Pada akhir Oktober 2024, mereka hanya sanggup mengumpulkan 11 poin dari sembilan pertandingan. Armada Old Trafford hanya mencetak delapan gol.

Advertisement

Situasi semakin memburuk ketika Manchester United mengalami tiga kekalahan kandang beruntun di Old Trafford pada bulan Desember 2024. Kekalahan telak 0-3 dari Bournemouth dan 0-2 dari Newcastle United menambah catatan buruk mereka. Pada awal Januari 2025, mereka masih terjebak di posisi ke-14 dengan 22 poin, hanya tujuh poin di atas zona degradasi.

Pergantian manajer dari Erik ten Hag ke Ruben Amorim pada bulan November 2024 tidak membawa perubahan signifikan. Kekalahan yang terjadi di Old Trafford menunjukkan masalah besar dalam tim, baik dari segi taktik, mental, maupun kualitas pemain. 

Musim ini dianggap sebagai satu di antara yang terburuk dalam sejarah MU di panggung Premier League, bahkan dibandingkan dengan musim 2014/2015 di bawah Louis van Gaal. Manchester United kini menghadapi krisis yang nyata, dan kekhawatiran besar muncul di kalangan penggemar tentang masa depan klub.


Pergantian Manajer dan Ketidakstabilan Tim

Winger Manchester United, Marcus Rashford, gagal mencetak gol saat timnya takluk 6-7 (1-1) dari Manchester City lewat drama adu penalti pada Community Shield 2024 di Stadion Wembley, Sabtu (10/8/2024) malam WIB. (AP Photo/David Cliff)

Pergantian manajer menjadi salah satu faktor penyebab ketidakstabilan tim. Erik ten Hag dipecat pada Oktober 2024 setelah serangkaian hasil buruk. Ruben Amorim ditunjuk sebagai pengganti.

Namun, ia menghadapi tantangan besar dalam membalikkan keadaan. Ketidakstabilan ini diperburuk masalah cedera yang dialami beberapa pemain kunci.

Amorim berusaha menerapkan formasi dan strategi baru, tetapi hasilnya masih jauh dari harapan. Situasi ini membuat penggemar semakin khawatir tentang masa depan tim dan potensi kesuksesan mereka di sisa musim.


Masalah Keuangan dan Infrastruktur Klub

Gelandang Manchester City asal Portugal #20, Bernardo Silva, bereaksi saat gelandang Manchester United asal Pantai Gading #16, Amad Diallo, merayakan gol kedua tim selama pertandingan Liga Primer Inggris antara Manchester City dan Manchester United di Stadion Etihad di Manchester, Inggris barat laut, pada tanggal 15 Desember 2024. (Paul ELLIS/AFP)

Di tengah performa buruk, Manchester United juga menghadapi masalah keuangan yang signifikan. Laporan kerugian terus-menerus dan kebutuhan untuk restrukturisasi menjadi tantangan tersendiri bagi klub. 

Pemotongan anggaran menyebabkan pengurangan staf dan fasilitas, yang berdampak pada moral dan operasional klub. Rencana pembangunan stadion baru untuk menggantikan Old Trafford juga menambah beban finansial di tengah kinerja tim yang menurun. 


Rekrutmen Pemain yang Tidak Efektif

Pemain Manchester United, Bruno Fernandes (kedua kiri) bersama Joshua Zirkzee (tengah) dan Rasmus Hojlund (kedua kanan) melakukan selebrasi usai pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris melawan Manchester City di Stadion Etihad, Manchester, Inggris, pada 15 Desember 2024. (Paul ELLIS/AFP)

Satu di antara masalah utama Manchester United adalah rekrutmen pemain yang tidak efektif. Sejumlah nama yang datang dengan biaya tinggi tidak memberikan kontribusi sepadan. Bos besar MU, Sir Jim Ratcliffe, secara terbuka mengkritik beberapa pemain seperti Casemiro, Antony, Jadon Sancho, Rasmus Højlund, dan André Onana, menyebut mereka 'tidak cukup baik' dan 'dibayar berlebihan'.

Investasi besar pada pemain-pemain ini tidak sebanding dengan performa yang ditampilkan di lapangan. Walhasil, hanya membebani keuangan klub tanpa hasil yang memuaskan. Hal ini menambah tekanan bagi manajemen untuk melakukan perubahan signifikan dalam skuad.


MU Susah ke Papan Atas Liga Inggris

Berita Terkait